"Nek, baru kali ini aku mendengar nenek meminta bayaran untuk hal yang bisa dibantu oleh nenek. Â Bukankah selama ini nenek dengan senang hati mau menolong orang tanpa bayaran sepeserpun?"
Nyai Genduk Roban mencium kening cucunya dengan sayang,
"Cucuku, aku tidak meminta bayaran uang. Â Tenang sajalah. Â Aku akan menyelesaikannya dengan gadis cantik ini."
"Nahh bagaimana nduk? Â Kalau kau bersedia memenuhi bayaran yang aku minta. Â Aku akan menyembuhkan temanmu itu."
Tanpa pikir panjang lagi Dyah Puspita menyahut,
"Aku sanggup nyai. Â Apapun bayarannya itu. Â Bahkan jika harus dengan nyawaku sekalipun.."
Ayu Wulan terbelalak mendengar jawaban tegas itu. Â Dia menoleh kepada neneknya seperti memohon jangan minta bayaran yang aneh aneh.
Nyai Genduk Roban menghela nafas panjang,
"Aku tidak meminta nyawamu nduk. Â Aku hanya minta kau jagalah cucuku ini selama aku pergi. Â Kau boleh membawanya kapan saja dan kemana saja selama aku pergi. Â Satu lagi, kau ajarkanlah sedikit ilmu kanuragan supaya dia bisa membela diri suatu saat dibutuhkan. Â Aku hanya bisa mengajarkannya ilmu sihir karena aku sendiri tidak bisa kanuragan."
"Sebagai imbalannya aku akan mengajarkanmu ilmu sihirku. Â Kau sudah punya ilmu yang sangat tinggi. Â Akan sangat mudah bagimu mempelajari sihirku. Â Aku punya waktu dua minggu untuk mengajarimu sebelum aku memenuhi janji pada Huntara tadi."
"Aku mempercayaimu nduk. Â Aku yakin kau dapat menjaga cucuku satu satunya ini. Â Satu satunya keluargaku yang masih tersisa...." sedikit isakan terdengar saat Nyai Genduk Roban melanjutkan ucapannya.