Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

18 Desember 2018   11:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:23 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin ke dalam, hutannya semakin lebat dengan pepohonan yang bertajuk lebar sekali hingga menutupi matahari.  Lantai hutan sangat lembab dan dingin.  Jika bukan langkah kaki yang terlatih dengan ilmu kanuragan, pasti akan terpeleset dengan mudahnya.  Dyah Puspita tidak meninggalkan kewaspadaannya sama sekali.  Bisa saja kegelapan hutan menyimpan sesuatu yang lebih ngeri daripada misteri.  Sebelum melangkah di lantai hutan yang basah, dia selalu melemparkan batu atau kayu terlebih dahulu.  Takut jika ada semacam jebakan di situ.  Sampai sejauh ini semuanya berjalan dengan baik.  Hingga akhirnya mereka keluar dari kerimbunan yang mencekam itu dan sampai di sebuah tempat yang akan membuat siapapun tercengang!

Di depan mereka, terpampang hamparan luas padang rumput hijau yang asri.  Dihiasi oleh sepasang air terjun yang tidak terlalu tinggi namun cantik bukan main. Air yang mengalir dari air terjun itu membentuk sebuah sungai bening yang mengalir membelah padang rumput. Di tengah tengah padang rumput itu ada sebuah taman bunga yang luar biasa indah.  Beraneka ragam bunga ada di situ.  Beraneka warna mekar di situ.  Beraneka wangi semerbak mengharumi seantero lembah.

Dan di sebuah sudut lembah yang dipunggungi oleh tebing tebing yang curam, berdiri kokoh sebuah pondok cukup besar yang terbuat dari kayu. Pondok itu tidak bisa dibilang sederhana.  Kayu kayunya adalah kayu pilihan.  Bahkan atapnya terbuat dari anyaman bambu yang begitu halus sehingga nampak seperti genting istana.  Dindingnya juga terbuat dari bambu keras yang dijalin sedemikian rupa hingga rapat dan menyebabkan kesulitan bagi angin yang berusaha menerobos.

Dyah Puspita yang sangat menyukai keindahan bunga, terpesona oleh pemandangan di depan matanya.  Berdecak kagum tak henti henti atas siapapun yang telah membuat taman dengan begitu indahnya.  Membuat pondok di tengah belantara yang begitu menawannya.  Arya Dahana yang rasa penasarannya lebih besar dibanding kekagumannya, mendekati pondok itu dengan hati hati. 

Kalau memang ini pondok Nyi Genduk Roban, maka dia harus waspada.  Nenek itu ahli sihir tingkat dewa yang bisa menyimpan jebakan jebakan sihir. Di belakangnya Sima Lodra terlihat santai dan tidak tegang.  Hal ini rupanya tidak diperhatikan oleh Arya Dahana.  Padahal salah satu kelebihan Sima Lodra adalah bisa merasakan aura sihir berdasarkan penilaian nalurinya.  Yang jauh lebih matang dibandingkan seorang jago sihir sekalipun.

Semua yang ada di sini sangat terawat rapi.  Bahkan sedikit debu pun tak nampak di rumah indah itu.  Arya Dahana sudah sampai di depan pintu. Sebelum dia sempat mengulurkan tangannya untuk mengetuk.  Tahu tahu pintu itu terbuka dan seorang gadis muda muncul di depannya.  Gadis itu tinggi langsing dengan kulit putih.  Wajahnya sangat cantik.  Bersinar sinar seperti matahari pagi.  Senyumnya sangat ramah ketika dia menyapa Arya Dahana,

"Kisanak yang baik.  Apakah kamu tersesat? Ada yang bisa dibantu?"

Yang disapa hanya terbengong bengong.  Ini pasti sihir lagi...tak mungkin Nyi Genduk Roban semuda dan secantik ini...pikir Arya Dahana mereka-reka. Si gadis sekali lagi tersenyum ramah.

"Kisanak, ada yang bisa aku bantu? Atau kamu mau minum dulu?  Sepertinya kamu habis ketemu hantu..."

Arya Dahana tergagap gagap menjawab,

"Oohh...ehh..ahh...ehmm...ya ya boleh. Aku memang ketemu hantu tadi....hantu harimau itu..." Tangannya menunjuk ke arah Sima Lodra.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun