Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

18 Desember 2018   11:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:23 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arya Dahana semakin melotot ke arah Sima Lodra.  Ih, pengadu ini bercerita lengkap rupanya.  Yang ditatap semakin nyengir dan goyangan ekornya semakin bahagia.

"Aku belum tahu namanya Puspa...tapi mungkin saja itu tadi Nyi Genduk Roban sendiri yang sedang memasang guna guna.." Arya Dahana berkelit sambil bertambah nyengir nyengir kuda.

Dyah Puspita menoleh pada Sima Lodra," Sima, apa yang kau rasakan?  Adakah aura sihir gelap di sini?"

Sima Lodra menjawab dengan mengaum pelan.

"Tidak? Baiklah...Arya, ayo ketuk pintunya."

Arya Dahana mengangguk lalu mengetuk pintu kayu itu beberapa kali.  Pintu itu terbuka dan si gadis cantik itu menyodorkan sebuah gelas bambu yang berisi air kepada Arya Dahana sambil tetap tersenyum ramah.  Pemuda itu menjadi salah tingkah sambil melirik lirik Dyah Puspita. Disodorkannya gelas bambu dan berkata pelan,

"Terimakasih Nyai muda.....minumlah Puspa.  Kamu terlihat kehausan.."

Dyah Puspita menerima gelas itu dan meminumnya sampai habis.  Arya Dahana sampai melongo melihat cara Dyah Puspita minum.  Benar benar sekali tenggak air minum dari gelas bambu besar itu langsung habis?!

Sekarang gadis cantik tuan rumah itu yang gantian melongo.  Tamu-tamunya hari ini sangat aneh.  Seorang pemuda konyol, seekor harimau jadi jadian, dan seorang gadis jelita yang cara minumnya sangat tidak masuk akal.  Neneknya sedang pergi keluar. Biasanya sang nenek tidak mau menerima tamu lama lama. Tapi dia butuh teman!  Cepat cepat dibukanya pintu itu lebar lebar dan dipersilahkannya tamu tamu itu masuk rumah.

Gadis itu memperkenalkan diri dengan nama Ayu Wulan.  Dia tinggal di pondok ini bersama neneknya yang sering dipanggil sebagai Nyi Genduk Roban.  Sudah belasan tahun dia tinggal bersama neneknya.  Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.  Sehingga neneknya lah satu satunya kerabat yang masih tersisa.  Neneknya jarang sekali kedatangan tamu.  Sehingga sejak kecil, jika yang jarang jarang itu terjadi, Ayu Wulan sangatlah bahagia. Dia bisa minta tamu neneknya bercerita tentang dunia luar itu seperti apa.  Apakah ada hutan hutan lain yang lebih indah dari hutan ini.  Dan masih banyak pertanyaan lagi yang biasanya mengalir tiada henti hentinya.

Sesorean itu Dyah Puspita bercakap cakap dengan Ayu Wulan.  Dia jatuh iba kepada gadis yang kelihatan sekali sangat kesepian itu.  Diceritakannya dengan semenarik mungkin bagaimana dunia di luar Alas Roban sangatlah luar biasa.  Ayu Wulan benar benar tertarik mendengar cerita gadis jelita itu.  Dia tidak lagi memperdulikan Arya Dahana dan Sima Lodra yang duduk terkantuk kantuk mendengar cerita yang amat sangat panjang lebar itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun