Suara Arya Dahana luar biasa cemas sekarang. Â Dia meloncat untuk menyiapkan baju dan bekal. Â Namun terhuyung huyung jatuh. Â Rupanya semangatnya tidak didukung oleh kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah. Â Dewi Mulia Ratri melompat cepat seperti kilat menahan tubuh pemuda itu.
Arya Dahana tertahan dari terjatuh karena Dewi Mulia Ratri sempat memeluk pinggangnya sebelum benar benar terjatuh. Â Dua muda mudi ini seperti sedang dalam keadaan berpelukan mesra. Â Sima Lodra yang melihat itu mengaum ngaum seolah olah ikut gembira.Â
Arya Dahana yang dipeluk sedemikian eratnya oleh Dewi Mulia Ratri menjadi merinding bukan main. Â Tubuhnya yang memang masih lemas menjadi semakin lemas. Â Dewi Mulia Ratri sendiri terkejut mendapati dirinya gemetar. Â Jantungnya berdegup kencang. Â Aliran darahnya seolah mengalir semua ke kepala. Â Dia tidak tahu harus berbuat apa. Â Jika menuruti kemauannya dia akan tetap memeluk pemuda itu. Â Namun rasa malunya menutupi kemauannya, dan.....bruukkkk! Â Tubuh Arya Dahana berdebum jatuh ke tanah setelah dilepaskan oleh Dewi Mulia Ratri dari pelukannya.
Pemuda itu meringis kesakitan. Â Pantat dan punggungnya menimpa tanah dengan keras. Â Sial! Hari ini sudah bisa dipastikan adalah hari pengapesan dia. Â Dia harus lebih hati hati sekarang, pikir Arya Dahana sedikit geli.
Dewi Mulia Ratri menjadi kasihan melihat pemuda itu meringis ringis menahan sakit. Â Tapi diurungkannya niatnya membantu karena pemuda itu berusaha bangkit berdiri sendiri. Â Untuk mengalihkan hal yang membuatnya kembali merasa bersalah itu, Dewi Mulia Ratri kemudian berkata,
"Aku akan menemanimu ke ibukota kerajaan Majapahit, Dahana. Â Tapi aku harus menyamar sebagai laki laki agar tidak dikenali orang di sana. Â Banyak telik sandi dan tokoh Sayap Sima yang hafal dengan wajahku. Â Nah...Dahana kau tunggulah di sini. Â Aku akan menyiapkan perbekalan. Dan...ehh apakah harimau besar itu ikut dengan kita?"
Sima Lodra mengaum sekali. Â Arya Dahana tersenyum mengerti.
"Ratri, Sima Lodra akan ikut dengan kita. Â Saat nanti kita mendekati ibukota Majapahit. Â Kita akan tinggalkan dia di hutan sekitar kota. Â Seperti itulah selama ini yang aku dan Puspa lakukan dalam pengembaraan selama ini. Â Tentu saja kita tidak boleh melewati kampung atau desa. Â Kita akan melalui jalanan yang tidak biasa dilalui oleh orang biasa."
Dewi Mulia mengangguk. Â Dia segera menyiapkan perbekalan secukupnya untuk perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu jauh itu. Â Arya Dahana sudah mulai pulih. Â Pasti dia mampu menempuh perjalanan ini. Yang penting tidak terlalu terburu buru, apalagi mereka tidak perlu berlari mengerahkan ilmu meringankan tubuh. Â Setelah semuanya siap. Â Sepasang muda mudi dan harimau raksasa itu memulai perjalanan penuh resiko menuju ibukota Kerajaan Majapahit.
**************
Bersambung Bab XV