Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

18 Desember 2018   11:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:23 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nenek sedang keluar mencari ramuan Paman.  Tapi Paman bisa menyampaikan maksud tujuan Paman sekalian kepada saya.  Saya Ayu Wulan. Cucu dari Nyai Genduk Roban."

Para tokoh Majapahit itu sekarang memperhatikan Ayu Wulan.  Gadis cantik yang nampak lugu ini sepertinya bisa dipercaya.  Maesa Amuk berkata lebih lanjut,

"Baiklah baiklah.  Kalau memang demikian.  Kami akan menunggu nenekmu pulang.  Sementara menunggu, kami harus mengamankanmu lebih dahulu Dyah Puspita."

Dyah Puspita tidak bisa lagi menahan kemarahannya sekarang.  Dia menarik lengan Ayu Wulan agar menjauh dari arena.

"Maesa Amuk...aku percaya sekali bahwa kau adalah seorang tokoh besar.  Dan aku yakin bahwa kau pasti tidak mudah percaya terhadap isu dan desas desus.  Namun kali ini kepercayaan dan keyakinanku ternyata salah besar..."

"Kalau kalian memang mau menangkapku, lakukan saja.  Tapi jangan ganggu seujung rambutpun gadis ini."  Dyah Puspita mulai bersiaga penuh.

Maesa Amuk yang memang terkenal dengan ketidaksabarannya.  Bergerak maju dengan maksud melumpuhkan gadis  ini dengan satu dua pukulan. Sikap memandang remeh ini hampir membuat Maesa Amuk terkena getahnya.  Pukulan main mainnya tadi bertemu dengan tangan halus Dyah Puspita.

".....Dessss...Dessss....Wuadoooohhhhh..."

Maesa Amuk tergetar hebat tubuhnya saat Dyah Puspita yang juga tidak mau melukai tokoh ini hanya mengerahkan tidak sampai setengah tenaganya.

Kali ini Maesa Amuk sadar bahwa gadis putri Ki Tunggal Jiwo ini memang sangat tangguh dan lihai.  Tokoh berangasan ini merangsek maju dengan ganas.  Kelebihan paling utama Maesa Amuk adalah jika dia sudah mengeluarkan pukulan Sewu Maesa Amuk yang akan melipatgandakan tenaganya hingga puluhan kali dan membuat tubuhnya bahkan kebal terhadap senjata tajam.

Dyah Puspita juga tidak mau memandang remeh tokoh satu ini.  Ayahnya pernah bercerita dulu bagaimana cara menghadapi tokoh tokoh hebat Tanah Jawa.  Namun setelah menghadapi langsung salah satunya, tetap saja terasa berat.  Dyah Puspita sadar bahwa pasukan ini tidak berniat baik.  Jadi sebaiknya dia harus mengulur waktu sampai ada bantuan datang.  

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun