Berhubung "Catatan Harian Mei 1998" sudah lama saya sebar-luaskan, maka giliran "Catatan Hariam Mei 1994" ini muncul. Saat para pimpinan mahasiswa dari UI muncul pada jejaring masing-masing pada 1998, empat tahun sebelumnya mereka berada pada kancah hubungan yang saling benci, tetapi tetap berada dalam satu tikar pandan. Tak suka, dikatakan ke wajah sosok yang tak disukai.Â
Pun saya minta maat, jika ada nukilan hubungan percintaan teman-teman saya di sini. Saya belum minta izin mereka. Tetapi, apakah saya perlu minta izin, mengingat MEREKA yang sekarang tentu berbeda dengan MEREKA yang ada dalam catatan harian ini. Jadi, permintaan maaf saya sungguhlah sikap yang penuh dengan keculasan.Â
Pada akhirnya, UI! UI! Kampusku! Bersatu! Almamaterku!Â
Kamis, 5 Mei 1994
Pagi mencoba mendengarkan kaset rekaman SNAM (Simposium Nasional Angkatan Muda 1990-an: Menjawab Tantangan Abad 21), mencari Taufik Rahzen. Tapi tak mendapatkan. Padahal, aku janji untuk merekamkan ulang bagi Fahri Hamzah, anak FEUI yang menemuiku kemaren.
Tidak ada kuliah -- Bayangkan, alangkah tidak disiplinnya para dosen!.
Minjam buku Deliar Noer. Becanda dengan Musa Emyus cs. Membicarakan acara ulang-tahunku dan Elsye Meilani di rumah Fana D Savitri.
Diskusi dengan Mbak Reni Pujiastuti tentang SMUI. Menemani tiga cewek IKIP Jakarta di perpustakaan. Aku merasa tidak perlu kenal nama dan alamat mereka.
Makan siang di Balsem dengan Subuh Prabowo. Sebelumnya mengenal Zulkieflimansyah secara lebih dekat dan Ai, Campaign Manager-nya.
"Memilih Zul bukan sebagai primus enter pares, tapi yang jelek di antara paling jelek," kataku.