Mereka melihat Sang Pemuka mengenakan jubah sambil memegang tongkat dit angan kanan dan sebuah kalung rosario di sebalah kiri.
Mulai dari hiasan ular diatas kepala, kalung, gelang yang melingkar kedua lengannya, juga sabuk, semua dari emas dengan taburan permata berwarna warni.
Sang pemuka naik ke podium dan mengangkat tongkat tinggi-tinggi, lalu perlahan musik menjadi pelan.
Semua perhatian sekarang ke arah Sang Pemuka Utama menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Pemuka berdiri di atas podium sejajar dengan Sphinx menghadapkan badan ke arah matahari yang sebentar lagi terbit.
Piramida Khufu dan piramida-piramida lainnya yang lebih kecil berada di latar belakangnya.
"Amun Re! Kami bersama putramu, Anubis, dan kami anak-anakmu," kata Sang Pendeta mulai membuka acara puncak. "Pagi hari ini kami berkumpul di tanah para Dewa untuk mempersembahkan puja untukmu."
"Puja puja kami persembahkan untukmu karena berkat kemurahan hatimu selama ini Engkau berikan cahayamu untuk kehidupan kami yang abadi."
Matahari mulai menampakan diri. Di ufuk timur bergerak muncul bulat sempurna.
Cahayanya mulai bersinar terang dan menimbulkan bayangan memanjang membasuh wajah Anubis dari embun pagi.
Serentak para pendeta-pendeta pengiring yang berdiri di teras bawah podium mengangkat tongkat masing-masing.
"Amun Re, sinar kehidupan!" seru mereka serentak menyambut Dewa yang telah menampakkan diri hari ini. "Berkati kami, anak-anakmu."
Langit sudah terang sepenuhnya, namun sang pemuka utama rupanya belum sampai pada acara penutup karena masih mengangkat tongkatnya menunggu sebuah momen.
Tetapi, tanpa disangka-sangka oleh semua, tiba-tiba langit berubah lebih terang daripada cahaya yang berasal dari matahari.
Semua mata terpaku memandang ke atas sampai terheran-heran karena tidak tahu apa yang terjadi?