"ya itulah kenyataannya. Mana aku udah suka dia lagi. Masa secepat ini harus patah hati" kata Zara
"kalian saling suka, gada salahnya nyoba jalani dulu,Zar" balas Yuna
"dari awal udah salah Yuna, ga seharusnya aku suka Sabiru. Kalo udah kayak gini aku harus gimana? Menjauh?" keluh Zara
"Zar, kamu taukan masjid Istiqlal dan Katedral aja bisa berseberangan, bahkan sekarang ada lorong untuk menghubungkan keduanya" kata Alia serius
Zara termenung, ia benar-benar sudah jauh terbawa perasaan kepada Sabiru
"aku tau, tapi mereka hanya bersebrangan Al, bukan bersama. Apa yang aku cari selama ini aku dapatkan dari Biru. Mau bagaimana pun, Shalom bukanlah jawaban dari Assalamualaikum" ucapnya
"sejahat apapun aku, aku ga akan rebut Sabiru dari Tuhannya. Dan sebahagia apapun aku ketika sama Biru, aku ga akan pernah meninggalkan Tuhan aku" sambung Zara dengan berlinangan air mata
Alia dan Yuna hanya mampu menenangkan Zara yang sudah larut dalam kesedihan. Begitu besar rasa Zara kepada Sabiru. Mereka memeluk Zara dengan hangat. Sesulit inikah kisah yang sejak awal sudah salah?
Dering telpon Sabiru berbunyi, membuyarkan lamunan laki-laki itu, tertera sebuah nama yang mampu mengangkat bibirnya tersenyum tipis
"Halo cantik" sapa Sabiru
"ih Biru apaan sih, ini aku mau bilang nenek mau ketemu kamu, kamu bisa hari ini?" Tanya Zara di seberang