Mohon tunggu...
Hallo SobatKampus
Hallo SobatKampus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hallo semangat yaa!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Layu yang Abadi

23 Desember 2024   09:21 Diperbarui: 23 Desember 2024   09:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

karya surga Ningsih

Bagian 1

Happy ending adalah kalimat yang diharapkan menjadi sebuah akhir cerita yang menyenangkan. Namun,kita tahu bahwa tidak semua cerita akan berakhir bahagia.

Hai,perkenalkan aku Harumi Mehrunisa,seorang gadis pemuja bulan. Kehidupan ku berjalan sempurna selama 16 tahun,kehangatan,kebahagiaan keluarga semua bisa aku dapatkan. Hidupku mengalir selayaknya air sungai yang jernih dan penuh kehidupan di dalamnya,tetapi tentu ada beberapa batu kerikil yang sering kali membuat aku terluka dan berdarah. Dari sanalah aku merasa bahwa semesta menjadikan aku sebagai salah satu favoritnya. Hingga hari itu tiba,nyatanya semesta tidak mempunyai favoritnya tersendiri.

Aku berusia 16 tahun,dimana pada tahun ini aku akan berusia 17 tahun. Ayah dan ibu ku masih lengkap,dan aku adalah anak tunggal. Keluarga kami bukanlah berasal dari keluarga yang kaya raya,namun pekerjaan ayah dan ibu cukup untuk menghidupi keluarga kecil kami. Ayah ku bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta ya sebagai karyawan. Dan ibu ku memiliki sebuah toko kue yang tidak terlalu besar namun selalu ramai pengunjungnya.

Hobiku adalah bermain bulu tangkis,bersama sahabat kecil ku yaitu Arshyla. Aku sering memanggilnya Shyla. Kami sudah bersahabat dari kecil atau bahkan sejak dalam kandungan,karena ibu ku dan ibu Shyla juga bersahabat dan ditambah lagi rumah kami yang jaraknya hanya 2 rumah. Tak hanya Shyla,aku juga mempunyai sahabat laki-laki yang sering ku panggil Dipta,Sadipta Elfatir namanya. Aku dan Dipta juga sudah berteman sejak usia kami 5 tahun,karena rumahnya Dipta itu depan rumahku. Sadipta adalah lelaki tampan,parasnya yang begitu perfect bagiku. Mungkin aku jatuh cinta padanya,namun tidak dengan Dipta.

Sore ini,aku,Dipta dan Shyla sedang duduk ditaman komplek perumahan kami,ya kami memang selalu ke sini bertiga saja

"pendek" ucap Dipta.

"ah gamau males" ketus Harumi

"eh kalian udah ada rencana mau masuk eskul di sekolah?" Tanya Dipta.

Sekedar untuk kalian tahu,kami bertiga bersekolah di tempat yang sama,yaitu SMA NAVAGHARA salah satu sekolah terkenal di Jakarta dan isinya kebanyakan anak-anak orang kaya dan anak-anak pejabat. Aku,dan Shyla bisa masuk ke sekolah itu karena prestasi sehingga mendapatkan beasiswa. Sementara Dipta,ya karena dia anak orang kaya walaupun kepintarannya tidak seberapa.

"kayaknya aku bakal ambil eskul renang deh,karena ya memang suka renang dan kalian tahu itu" kekeh Shyla. "kalo kalian apa?" Tanya Shyla lagi

"aku kayaknya tetap di badminton deh" ujar Harumi 

dambakan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Meskipun terkadang selalu berganti entah ingin menjadi hakim,pengusaha,dokter,seorang akuntan,atau yang lainnya. Di meja itu terdapat beberapa foto Harumi yang sedang karnaval dengan mengenakan baju guru,ia pun tersenyum melihatnya. Harumi memiliki banyak sekali mimpi dan tidak pernah menyesal karena telah memiliki banyak mimpi. Selagi masih bisa bermimpi dan berusaha untuk mewujudkan mimpi,kenapa tidak? Iya kan?.

Namun seketika senyumnya kembali mengembang,melihat sosok gadis di depannya itu tersenyu riang "sepertinya salah satu bakat yang tak pernah aku tunjukkan pada orang lain adalah memendam perasaan. Bahkan hingga akhir,dirinya tidak akan menyadari bahwa aku telah menaruh hati" ujarnya.

Setelah selesai family time,Harumi masuk ke kamarnya. Dia meraih ponselnya yang berada di dekat meja samping kasurnya,disana ia mengotak atik ponselnya dan sedetik kemudian tersenyum. Ia melihat ada foto Harumi kecil bersama Dipta di depan pagar rumah Dipta,seingatnya itu adalah foto waktu ia dan Dipta berumur 10 tahun dan foto itu diambil langsung oleh Ayahnya Dipta.

"udah,jangan sedih,kan ada aku dan Shyla,keluarga kita juga keluarga kamu Dip,jadi jangan pernah merasa sendiri ya" ujar Harumi

"iya Dip,kita ini sahabat,jadi kamu gaboleh merasa sendiri" sahut Shyla Dipta mengaangguk dan tersenyum.

Hari semakin sore,ketiganya mulai beranjak untuk pulang. Setelah pulang Harumi segera membersihkan diri. Setelah membersihkan diri,iya duduk di kursi dekat meja belajarnya,tiba-tiba terbesit nama Dipta di kepalanya. "Dip,aku suka kamu. Tapi kamu bisa ga merasakan apa yang aku rasa tanpa aku bilang" gumamnya. Harumi kemudian membuka ponselnya,dan membuka aplikasi instagram,dilihatnya akun Dipta yang berisikan foto-foto keren dan tampan laki-laki itu.

"Dipta,kamu itu tampan meskipun tengil" kekeh Harumi.

Meletakkan ponselnya,Harumi pergi ke luar balkon kamarnya,cuaca cukup cerah malam ini. Harumi melihat bulan begitu indah didampingi bintang-bintang yang bercahaya. Namun ada satu bintang yang tidak dekat dengan bulan itu,ia seakan menjauh dari bulan.

"jika diibaratkan,Dipta adalah bulan yang indah seperti di atas sana,yang bintang-bintang itu merupakan para perempuan pengagum Dipta. Dan bintang yang di pojok sana adalah aku,yang hanya mengagumi Dipta dari kejauhan meskipun aku juga bintang yang dekat dengannya" gumam Harumi

"Apa setelahnya,aku memutuskan untuk membuang jauh semua perasaanku?" sambungnya.

Malam semakin larut,Harumi segera masuk ke kamarnya untuk segera tidur. Keesokan harinya,pagi-pagi sekali Harumi sudah siap dengan seragam sekolahnya,dengan penuh semangat ia menuruni anak tangga satu per satu

"pagii ayah,ibu" ucap Harumi 

"aduh,maaf nih aku gabisa. Mau bantu ibu dirumah soalnya ada sodara mau dateng" jawab Shyla "yahh ga seru dong,kamu bisakan Dip" Tanya Harumi kepada Dipta

"bisa dong,yaudah sama aku aja" ujar Dipta

Setelah itu ketiganya masuk ke kelas masing-masing. Bel menandakan pulang sekolah pun berbunyi. Harumi bergegas keluar menuju kelas Shyla. Di tengah tergesa-gesanya Harumi,ia tak sengaja menabrak seseorang.

"aduh" ucap Harumi

"eh maaf maaf. Aku ga sengaja" lanjutnya "cantik" gumam Rafa

Melihat orang di depannya tidak menjawab melainkan hanya tersenyum, Harumi pun meninggalkannya begitu saja. Dan sekarang ia berada di kelas Shyla ternyata Shyla telah pulang,kini di depan kelas Dipta ia berada. Hampir 30 menit menunggu namun Dipta tidak kunjung datang,ia pun nekat untuk mengintip kelas Dipta dan nihil ia tidak mendapatkan sosok laki-laki itu. Melihat Dipta tidak ada,Harumi pun bergegas pergi dan menggerutu

"mana sih,tadi katanya bisa kok sekarang gada"

Ditengah jalan menuju halte tak sengaja Harumi melihat sosok Dipta,namun kali ini dia tidak sendiri, melainkan bersama seorang perempuan. Jiana. Harumi memperhatikan keduanya dari jarak yang cukup dekat namun keduanya tidak menyadari kehadirannya.

Dengan perasaan kesal, Harumi berjalan melewati keduanya,namun lagi-lagi mereka tidak menyadari kehadiran Harumi mereka asik bercanda.

keinginannya. Ini seharusnya bukan suatu hal yang harus ia tangisi. Harumi mengusap air matanya lagi,ia menghembuskan nafas sepelan mungkin entah kenapa butiran air itu tidak berhenti mengalir dari mata indahnya. Tapi sejenak Harumi berfikir,tidak salahkan kalau ia hanya ingin menangis?

"hei,kenapa menangis?" tanya seseorang

Harumi menengok dan ternyata itu adalah Rafa. Namun Harumi tidak menghiraukannya,ia hanya diam sambil memalingkan wajahnya.

"jutek amat sih" lanjut Rafa

Lagi-lagi Harumi tidak menjawabnya,hal itu pun membuat Rafa berdecak kesal. Kemudian ia meninggalkan Harumi sendiri. Baru kali ini ada perempuan yang bersikap begitu ke Rafa,biasanya para perempuan itu mengejar-ngejar Rafa. Rafa pun penasaran,siapa gadis itu?

Harumi sudah sampai dirumahnya, seperti tidak ada semangatnya ia menaiki anak tangga rumahnya dengan gontai menuju kamarnya. Tidak ada seorang pun dirumah karena ayah dan ibunya sedang bekerja. Sesampainya di kamar Harumi segera membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya di kasur yang bermotif bulan dan bintang. Segera ia mengecek ponselnya dan melihat beberapa pesan disana

"hm,malam ini badminton lagi" gumamnya

Baru hendak mengejamkan mata, ponselnya kembali berdenting, menandakan sebuah pesan masuk 

Arum pun pergi keluar,ia memilih untuk berjalan kaki karena jam segitu orang-orang masih berlalu-lalang ya masih ramai. Ia berjalan kaki melewati beberapa gang sepi,namun tidak ada ketakutan dirinya,ia berjalan sambil bersenandung ria. Ponselnya kembali berdenting menandakan sebuah pesan masuk, ternyata Dipta pengirimnya

"kamu dimana? tadi aku liat keluar rumah sendirian jalan kaki" tulisnya "aku mau badminton,di tempat biasa" balas Arumi

"kenapa tidak minta untuk di antarkan? ya jam segini memang masih ramai,tapi nanti kamu selesai jam berapa dan itu pasti sudah sepi,Arum" jawab Dipta di pesannya.

Harumi terkekeh melihat sifat cerewet Dipta kembali keluar "tidak usah khawatir,aku baik-baik saja" tulis Harumi

Di rumahnya,Dipta berdecak kesal dengan sahabatnya itu, kemudian sebuah pesan baru masuk ke ponselnya disana tertera nama Jiana,ada apa pikirnya.

"Dip,lagi sibuk ga? bisa temenin aku pergi beli barang sebentar gak? soalnya sopir ku lagi ga ada" tulis Jiana

Dipta menghembuskan nafas,lalu mengetik sesuatu disana "iya, sebentar aku siap-siap ke sana" balasnya.

"siapa kalian? kenapa mengikuti aku?" pekiknya, kemudian tanpa berkata lagi Harumi berlari sekuatnya untuk menghindari kedua orang itu

Harumi terus berlari namun akhirnya kelelahan,dan ia berhenti sembari bersembunyi di balik tong sampah,ia segera merogoh kantong celananya untuk mengambil ponsel

"Dip.. "tolongin aku... "aku takut...

"Dip mereka ngikutin aku... "aku takut Dip,takut...

Begitulah isi pesan yang ia kirimkan kepada Dipta,namun tidak mendapatkan balasan dari Sadipta. Harumi tergesa-gesa ingin keluar dari persembunyiannya dan lanjut ingin berlari. Namun,tenaga Harumi yang sudah terkuras membuat ia berlari sangat pelan. Alhasil kedua orang tadi bisa menangkapnya.

Harumi duduk sendirian di ruang gelap, takut dan hancur karena peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi. Tubuhnya bergetar dan hatinya dipenuhi oleh rasa malu dan penderitaan. Dia mencoba mengingat setiap detail kejadian itu, saat dirinya menjadi korban pemerkosaan yang brutal. Harumi berharap ini adalah sebuah mimpi buruk dimana ia akan segera bangun dari tidurnya. Namun itu hanya harapannya,harapan Harumi dalam ruangan gelap gulita,hanya menyisakan dirinya sendiri.

Disisi lain,Dipta baru saja membuka ponselnya yang mati,betapa terkejutnya ia melihat pesan yang disampaikan oleh Harumi. Detik itu juga jantungnya seperti berhenti berdetak. Perasaan bercampur aduk badannya  

"maaf Rum.. "maaf Arum..

"semua salah aku, gara-gara aku kamu ketakutan..

Kalimat itu terus keluar dari mulut Dipta,ia melajukan motornya agar cepat sampai di tempat tujuan. 10 menit kemudian ia sampai pada salah satu gang yang memang paling sepi. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan mencari Harumi. Langkah kaki terus membawanya sampai pada sebuah gubuk gelap,entah kenapa hatinya berkata bahwa Harumi berada disana. Sesampainya disana ia membuka pintu gubuk itu dan betapa terkejutnya ia melihat gadis yang sangat ia kenali sekarang pakaian dan rambutnya yang berantakan sembari duduk memeluk kedua lututnya. Dipta berjalan mendekati Harumi 

"pergi,aku ga butuh siapapun disini,aku udah ga berguna,aku ga pantes hidup lagi,aku udah kotor udah hina" isak tangis Harumi kembali menggema

Dipta yang melihat gadis itu menangis ia merasa nyeri,gadis cantik yang merupakan sahabat kecilnya sekaligus cintanya malah menjadi korban pelecehan seksual. Disana Dipta berusaha menenangkan Harumi yang menangis histeris. Ia berusaha membujuk Harumi agar pulang bersamanya. Namun,siapa sangka ia menemukan sebuah jaket hitam tebal dan kacamata yang tergeletak disana. Pikirnya tak mungkin Harumi membawa jaket setebal itu dan kacamata untuk bermain badminton. Tanpa berpikir panjang Dipta mengambil jaket dan kacamata itu dan memasukkannya ke dalam tas miliknya. 

Kini tiada lagi Harumi yang ceria dan periang,tiada lagi senyum manis yang bisa ia suguhkan. Kini hanya ada Harumi yang mengurung diri di kamarnya, Harumi yang selalu merasa kotor,berdosa dan bersalah. Semua mimpi dan harapannya telah sirna,tiada lagi Harumi yang ingin menjadi seorang guru. Seminggu berlalu, namun pintu kamar Harumi tidak kunjung terbuka. Kedua orangtuanya sudah mengetahui apa yang sudah terjadi pada anaknya. Sadipta sudah menceritakan semuanya, ibunya yang tak kuasa menahan air mata sampai pingsan tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Begitu pula dengan ayahnya. Namun mereka tidak sedikitpun menyalahkan Harumi,anak mereka hanyalah korban dari orang yang tidak bertanggungjawab. Keduanya sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit yang menimpa anaknya. 

'Tok tok tok' suara ketukan pintu itu kembali terdengar di kamar Harumi.

"Arum sayang,buka nak pintunya. Sudah seminggu Arum mengurungkan diri,tidak bertemu ayah dan ibu,tidak makan. Ibu rindu sayang sama Arum,keluar nak" tangis Dini. Sementara Adam hanya bisa menenangkan Dini yang menangis.

Tak hanya Dini dan Adam sahabat dari anaknya itu pun setiap pulang sekolah selalu ke rumahnya untuk sekedar mengetok pintu kamar Harumi,namun sama saja tidak ada jawabannya.

'clek' pintu terbuka dan menampakkan Harumi dengan penampilan yang cukup berantakan. Ibunya pun memeluk Harumi dengan hangat menangis disana. Sementara Harumi hanya diam tak berkutik.

"sudah ayo kita ke ruang tengah" ucap ayahnya 

Diruang tengah tidak ada suara yang memulai percakapan,semua sibuk pada pikiran masing- masing yang terdengar hanyalah isak tangis Harumi.

"maafin Arum Bu,yah" lirih Harumi

"ini bukan salah kamu nak,kamu hanya korban disini" jawab ayahnya

"semua mimpi dan harapan Arum pupus yah,Arum udah ga berguna,Arum udah gapunya masa depan,Arum hancur yah,Arum hancur" tangisnya pecah

Adam yang melihat anaknya seperti itu pun tak kuasa menahan tangisnya,dan memeluk Harumi.

"kamu masih punya ibu nak,punya ayah,punya kedua sahabat kamu. Kami disini untuk kamu sayang" jawab ibunya lagi

Harumi hanya diam dan menangis,rasa bersalah dan berdosa terus menghantuinya. Belum lagi rasa trauma,takut dan benci yang setiap hari menemaninya. Ia tidak bisa untuk mengontrol dirinya untuk tenang, ia sudah tidak sanggup untuk menjalani hidupnya. Kemudian ia pamit kepada ayah dan ibunya,untuk masuk ke kamarnya terlebih dahulu. Sesampainya di dalam 

kamarnya,ia duduk di kursi belajar dan memandang satu per satu catatan dan notes yang terpajang di sana.

"Kini Harumi Mehrunisa sudah mati,namun raganya saja yang masih bernafas. Tidak adalagi Harumi yang punya banyak mimpi dan harapan hidup karena hidupnya telah mati. Aku sudah layu,layu sebelum berkembang. Tidak ada yang bisa aku harapkan dari kehidupan ku yang sekarang,aku sudah mati" lirihnya Harumi mengambil sebuah kertas dan pena, tangannya menari lihai di atas kertas tersebut. Disana ia menuliskan apa yang dia rasakan,dan siapa dalang di balik semua yang terjadi padanya. Tertulis satu nama yang ia sendiri pun tidak menyangka bahwa dia lah yang membuat hidupnya hancur dalam sekejap. Selesai menulis,ia meletakkan kertas itu di atas tumpukan buku- bukunya. Ia segera berjalan menuju balkon kamarnya. Di situ ia melihat bulan yang kurang jelas karena awan-awan. Kini hidupnya telah tiada berarti,tiada lagi harapan yang bisa ia harapkan untuk dirinya. Kenyataan yang pahit membuat sosok seorang Harumi itu menyerah pada dunia. Memilih jalan pintas agar dia tidak perlu merasa trauma dan bersalah Ia masuk kembali ke kamarnya,dan membuka laci meja belajarnya. Ia mengeluarkan kotak kecil yang didalamnya terdapat beberapa buah pil. Tanpa berpikir panjang Harumi menelan pil itu satu-persatu hingga termuntah,namun itu tidak mengurungkan niatnya untuk menelan pil tersebut. Dan pada akhirnya,hidup Harumi berakhir pada malam itu. Harumi mengakhiri hidupnya sendiri akibat kesalahan orang lain. Entah apa yang merasuki jiwanya hingga ia memilih jalan kematian. Harumi yang malang sudah layu sebelum berkembang, sekarang harus pulang tanpa di jemput.

Pemakaman Harumi telah selesai. Kedua orangtuanya menangis keras melihat anak satu-satunya pergi meninggalkan mereka. Mereka yang pertama mengetahui bahwa anaknya telah tiada. Mereka menemukan Harumi tergeletak tak berdaya di kamarnya dengan mulut yang penuh buih serta badan yang lebam-lebam. Betapa hancurnya hati mereka. Tak hanya ayah dan ibunya,Shyla dan Dipta pun turut hadir, keduanya terpukul atas kepergian sahabat kecilnya. Mereka menatap gundukan tanah yang bernamakan Harumi Mehrunisa itu 

"Arum,kenapa kamu pergi secepat ini? masih banyak mimpi kita Arum,mimpi yang mau kita gapai sama-sama" tangis Shyla

"Arum,maafin aku kalau saja malam itu aku cepat membalas pesan mu,pasti semua tidak akan seperti ini Rum. Arum,tenang disana ya kami disini pasti akan selalu merindukanmu. Selamat jalan cinta ku,aku terlalu lama untuk mengatakan semuanya Rum. Kini cintaku telah pergi,dunia ku telah hilang separuh,bagaimana aku bias melanjutkan hidup jika salah satu alas an ku untuk tetap hidup adalah kamu Arum." gumam Dipta.

Kini, kehilangan Harumi adalah hal yang menyakitkan. Mereka semua kehilangan sosok seorang yang selalu ceria itu. Tidak ada lagi Harumi yang cerewet. Harumi memilih untuk meninggalkan dunia yang kejam ini.

"SEORANG SISWI SMA NAVAGHASA BUNUH DIRI KARENA PELECEHAN SEKSUAL"

 

Bagian 4

 

Berita itu sudah meluas kemana-mana,semua orang sudah tahu bahwa Harumi yang bunuh diri. Mendadak Dipta dan Shyla menjadi seperti artis yang selalu di kejar dan dimintai keterangan tentang kematian sahabatnya itu. Namun keduanya lebih memilih diam dan kadang bersembunyi agar tidak ada yang melihat mereka. Kini keduanya berada di taman kompleks perumahan mereka, biasanya mereka disini bertiga sekarang hanya tinggal berdua. Keduanya masih hening,tiada yang memulai percakapan. Mereka masih sibuk dengan pikirannya sendiri, mengenang kenangan mereka bersama Harumi di tempat ini.

"kita harus buka kasus ini Dip" Shyla memulai percakapan

"iya La,tidak adil sekali rasanya jika Harumi pergi selamanya gara-gara ulah oknum,namun oknumnya bebas dan baik-baik saja" tambah Dipta

"tapi bagaimana kita bisa mencari siapa pelakunya, sementara kita hanya ada jaket dan kacamata yang belum tentu punya siapa" keluh Shyla

Keduanya kembali terdiam,saling memikirkan ide masing-masing,namun setelahnya keduanya berpandangan

"kamar Arum" seru keduanya.

Mereka bergegas pergi menuju rumah Harumi. Tak lama kemudian mereka sampai di rumahnya, tak banyak yang berubah dari rumah itu masih terlihat sama. Mereka di sambut oleh ayah dan ibu Harumi yang sedang cuti bekerja.

"assalamualaikum Tante,om" ucap keduanya

"waallaikumsalam,eh nak Dipta nak Shyla, bagaimana kabarnya?" tanya Dini "Alhamdulillah,baik bu,ibu gimana?" tanya Shyla lagi

"Alhamdulillah,baik saja" jawab Dini. Mereka pun di persilahkan masuk dan sekarang sedang berada di ruang tamu 

Dipta dan Shyla menjelaskan maksud dan tujuan mereka datang,mereka bilang ingin membuka kasus Harumi ini dan mencari keadilan untuknya.

"kalian yakin nak,mau membuka kasus ini?" tanya Adam ragu

"yakin om,kami tidak rela jika Arumi pergi meninggalkan kita semua,namun pelakunya masih bisa berkeliaran di dunia ini" jawab Dipta

"izinkan kami untuk membuka kasus ini om,Tante" sambung Shyla

Dini dan Adam saling pandang,dan kemudian menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Setelah mendapatkan izin dari kedua orangtuanya Harumi,mereka mulai memasuki kamar Harumi. Tidak banyak yang berubah dari kamar itu,hanya saja tidak berpenghuni. Kenangan lama kembali menjelma dalam ingatan keduanya,dimana mereka sering berkumpul di dalam kamar ini bersama Harumi.

"ayo La,kita coba cari petunjuk di kamar ini,tidak mungkin Harumi menghilangkan jejak pelaku itu,dia itu cerdas pasti dia ada menyimpan sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mencari siapa pelakunya" ucap Dipta

Keduanya mulai membongkar semua yang ada di dalam kamar Harumi,mencari bukti-bukti yang mereka berharap ada. Namun nihil,tidak ada sesuatu yang bisa membantu mereka untuk 

membuka kasus ini lebih dalam. Dalam keheningan mereka terus mencari sesuatu di dalam sana,sampai suara Shyla memecahkan keheningan keduanya

"Dip,liat deh ini tulisan tangannya Arum, sepertinya baru di tulis deh ini" ucap Shyla sambil menunjukkan kertas tersebut. Mereka saling pandang,dan deg-degan untuk melihat apa isi dari surat tersebut, akankah ini bisa membantu mereka? perlahan Shyla membuka kertas yang sedikit kusut itu dan mulai membacanya bersama

Hai, siapapun kamu yang udah baca surat ini berarti itu tandanya aku udah gada ya Disini aku cuma mau minta maaf dan terimakasih kepada orangtuaku dan sahabat ku. Ayah,ibu maaf telah membuat ayah dan ibu khawatir serta membuat ayah dan ibu kehilangan akan aku,aku tidak bisa mengontrol diri ini untuk selalu tenang yah,Bu. Rasa bersalah dan berdosa selalu menghantuiku,rasa trauma,takut terus menemaniku. Tapi terimakasih juga karena sudah rela membesarkan aku dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Anak yang kalian banggakan kini sudah menorehkan arang di muka kalian,malu bukan kepalang ya yah,bu. Tapi satu yang aku aku ingin ayah dan ibu,aku selalu sayang sekali sama ayah dan ibu:3 _Dan terakhir ini terkhusus untuk kedua sahabatku Sadipta dan Arshyla. Kalian baik banget,makasih ya udah mau jadi temen aku, terimakasih untuk waktunya selama 16 tahun. Maaf kalo aku ninggalin kalian berdua di saat mimpi-mimpi kita masih di ujung. Tapi intinya aku bahagia punya kalian. Oh iya,kalian pasti penasaran kan siapa dalang di balik ini semua? aku takutnya kalian tidak menyangka atau tidak percaya atas apa yang aku ucapkan. Tapi akan tetap aku beritahu pada kalian. Kalian tau siapa yang sudah menghancurkan hidupku di malam itu? Dia adalah Rafa Biantara. Aku tidak tahu apakah kalian percaya atau tidak. Tetapi pada malam na'as itu Rafa lah yang aku lihat,dia memandang ku dengan tatapan meremehkan sehingga semuanya terjadi. 

Sekarang aku sudah bebas dari rasa trauma dan takut ku. Semoga kalian juga selalu bahagia. Selamat tingga dunia....

Begitulah kira-kira isi surat yang ditinggalkan Harumi. Keduanya terkejut. Rafa? Bagaimana bisa? Ternyata pelakunya adalah Rafa,sosok yang terkenal akan kekayaan,kekuasaan dan kesombongannya 

"Dip,orang yang akan kita lawan adalah Rafa,bagaimana ini? Apakah mereka semua mempercayai ini?" ucap Shyla

"tenang La,kita tidak hanya punya bukti surat ini,aku juga menemukan sebuah jaket dan kacamata hitam,yang aku rasa itu memang punya Rafa,karena yang aku tahu dia pernah memakai jaket dan kacamata itu juga memposting di media sosialnya. Kita punya itu sebagai bukti. Shyla mengangguk,kemudian mereka pamit untuk pulang kepada orangtua Harumi 

"RAFA BIANTARA PELAKU PELECEHAN SEKSUAL SEHINGGA KORBAN BUNUH DIRI"

 

Begitulah isi berita yang saat ini gempar di media sosial. Semuanya membicarakan Rafa,ada yang percaya ada juga yang tidak percaya. Bahkan lingkungan sekolah hingga masyarakat semuanya membicarakan hal ini. Karena ini adalah kali pertama nama keluarga Biantara tercoreng.

"sial,siapa yang menyebarkan berita ini? Padahal kejadian itu sudah tiga minggu berlalu kenapa baru sekarang?" geram Rafa 

"RAFA BIANTARA,KEMARI KAMU" teriak seseorang dibawah sana. Yang tak lain dan tak bukan adalah Radian Biantara,ayahnya.

Radian Biantara adalah seorang politikus,pengusaha dan merupakan orang yang terpandang dan terkenal. Siapa yang tidak mengetahui bahwa ia punya kuasa dimana saja. Ia bisa melakukan dan menghalalkan segala cara untuk mendapaatkan apa yang ia kehendaki. 

Rafa menghembuskan nafasnya kasar,ia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Rafa pun pergi menemui ayahnya. Disana ayahnya duduk di kursi kebesarannya di ruang tamu bersama para bodyguard nya.

"jelaskan Rafa" ucap Radian dingin

"Rafa tidak sengaja pa,Rafa mabuk kemarin" jawabnya.

"kamu tau Rafa,kamu ini sedang tidak membahayakan dirimu saja,namun juga papa dan perusahaan kita" seru Radian

"maafin Rafa pa, Rafa khilaf dan janji tidak akan mengulanginya lagi" jawabnya

Radian menghembuskan nafasnya kasar dan beranjak meninggalkan Rafa yang tertunduk lesu.

"hubungi semua media,dan minta mereka menghilangkan semua berita sampah itu. Bayar berapapun mereka mau,jika mereka tidak mau berilah mereka pelajaran" ucap Radian kepada bodyguard nya serasa tidak boleh terbantahkan.

"kita liat saja,seajuh mana kalian bisa menghancurkan nama ku. Selagi kami yang memegang kekusaan di atas kalian masyarakat kecil" sinis Rafa

Dipta yang baru saja terbangun dari tidurnya,mengumpulkan nyawa untuk bangun. Kemudian ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana. Namun ia terkejut melihat sudah tidak ada satu berita pun tentang Rafa yang ia dan Shyla publis kemarin. Apa yang ia dan Shyla takutkan memang terjadi dalam satu malam. Keluarga Biantara pasti telah menyuruh semua media berita untuk menghapusnya.

"sial,lihat saja Rafa sejauh mana kamu bisa memakai kekuasaan mu" geram Dipta Dipta mengotak-atik ponselnya kembali dan menghubungi seseorang disana.

"bisa bantu aku? Kali ini saja?" ucapnya untuk orang diseberang sana.

Kemudian Dipta mematikan telpon tersebut dan segera menghubungi Ashyla. Disinilah mereka berada sekarang,sebuah cafe yang sudah mereka tetapkan untuk bertemu. Keduanya saling diam sampai seorang peremuan menghampiri keduanya.

"maaf ya telat" ucap perempuan itu

"iya kak,gapapa makasih udah dateng" ucap Shyla

Dipta dan Shyla menceritakan apa maksud dan tujuan mereka kepada perempuan yang bernama Indira itu. Advokat Indira,seorang pengacara yang telah menghadapi banyak kasus korupsi dan kejahatan siap membantu mereka. Advokat Indira yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap keadilan,meskipun terancam kehilangan pekerjaannya. Dia tahu bahwa untuk melawan kekuatan yang lebih besar mereka membutuhkan bukti yang kuat dan strategi yang matang. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk membahas dan menyusun rencana. Mereka menyadari bahwa bukti yang mereka punya tidaklah cukup kuat untuk menuntut Rafa Biantara tersebut.

Maka mereka mulai mencari latar belakang dari Rafa Biantara itu,mereka yakin bahwa Harumi bukanlah korban pertama.

Selama mereka mencari bukti-bukti mereka tidak menemukan apapun. Perjuangan mereka menjadi lebih sulit saat mereka mendapatkan ancaman,manipulasi,dan intimidasi dari pihak keluarga dan pihak-pihak yang mendukung keluarga Biantara. Keluarga pemuda itu semakin mengancam mereka dan menggunakan segala cara untuk menutupi kesalahan Rafa.

"itu salah ceweknya sendiri ngapain keluar malam sendirian...

"salah ceweknya itu,mungkin dia memang menyukai Rafa namun Rafa tidak suka,jadi si cewek menfitnah Rafa...

"ceweknya aja yang kegatelan,udah tau malam masih aja suka keluyuran... "itu ceweknya ga bener...

Begitulah cemoohan yang mereka dapatkan selama mencri bukti-bukti yang kuat. Harumi sudah tidak ada saja mereka masih bisa berkata begitu,apalagi jika Harumi masih hidup sampai sekarang.

"Arum kita sedang berusaha untuk mencari keadilan untuk mu" ucap Shyla

"kami akan usut tuntas kasus ini Arum. Kita memiliki hak untuk hidup dengan aman dan bebas dari rasa takut. Mari kita berjuang dan bersatu untuk mendapatkan keadilan untuk Harumi Mehrunisa dan semua perempuan yang pernah mengalami hal serupa." sambung Dipta.

Shyla mengangguk setuju,tatapannya dipenuhi oleh tekat yang kuat. Dengan semangat baru yang mereka temukan. Mereka merasa bahwa mereka harus berani melawan ketidakadilan ini. Mereka tidak ingin ada korban selanjutnya yang memilih diam serta menderita hingga bunuh diri. Sementara sang pelaku malah hidup bahagia dengan sanjungan-sanjungan yang memuji dirinya.

"Dip,kita harus cari bukti kemana lagi? Semua media dan pihak yang terakit lebih memilih untuk menutup mulut mereka" keluh Shyla 

Semakin berjalan semakin jelas bagi Dipta dan Shyla bahwa keluarga Biantara telah menggunakan kekuatan dan kekayaan mereka untuk menutupi setiap jejak yang mengarah

kepada Rafa. Mereka tidak berputus asa,mereka tahu bahwa ini adalah pertarungan yang benar- benar adil dan harus dilakukan untuk mencari keadilan di negerinya. Telah banyak mereka melaporkan kejadian itu baik kepada polisi,kepada pengacara, bahkan seorang hakim pun memilih untuk diam dan seakan tidak peduli.

Negara macam apa ini? Yang keadilannya hnya untuk orang yang punya kuasa,dimana pemerintah? Apakah semua sudah kekenyangan dengan sogokan uang sehingga kasus masyarakat ini di biarkan begitu saja. Mereka seakan bisu dan tuli, ketika masyarakat melaporkan kejadian seperti ini. Dimana keadilan di negeri ini? 

Ayah dan ibu Harumi terus mendukung kedua anak itu. Bagaiaman pun mereka telah bersusah payah berjuang untuk mencari keadilan untuk Harumi. Sebulan berlalu mereka telah kehilangan Harumi,namun kasus ini tak kunjung selesai. Adam geram melihat kasus anaknya yang disepelekan oleh orang banyak dan malah menyalahkan anaknya. Pada hari itu ia pergi ke rumah kediaman Rafa Biantara dengan membawa senjata tajam,tanpa mengetuk pintu ia menyelonong masuk ke rumah itu dimana keluarga Biantara sedang berkumpul untuk makan besar

"dasar anak tidak tahu diri,masih bisa kau bahagia diatas kematian anakku?" pekik Adam dengan menarik Rafa dan menyodongkan sebuah pistol di kepalanya

"heh apa-apaan ini lepaskan aku" teriak Rafa Sedetik kemudian ponsel mereka mulai mengarah kepada keduanya,mereka berdalih ke media sosial bahwa Adam hendak melakukan pembunuhan terhadap Rafa. Tidak disangka Adam di bawa mereka ke meja hijau. Di depan hakim mereka mengatakan bahwa Adam mencoba melakukan pembunuhan dirumah mereka. Dipta,Shyla,Indira, dan Dini merasa geram. Adam datang hanya ingin meminta pertanggungjawaban bukan ingin membunuh,tetapi mereka menggiring opini agar semua pihak mendukung mereka. Rafa belum mati dan hanya di minta pertanggungjawaban namun seakan-akan dia adalah korban. Semua pihak hukum malah membicarakan keluarga Adam yang ingin melakukan pembunuhan. Sementara kasus yang sebenarnya terjadi adalah pelecehan seksual yang di alami oleh anak mereka yang dilakukan oleh Rafa itu sendiri.

Di persidangan Adam hampir saja di jatuhi hukuman penjara 4 tahun atas dasar percobaan melakukan pembunuhan,namun itu tidak terjadi karena Indira bisa mematahkan argument dari pihak yang menuntut. Sehingga Adam tidak jadi di tahan.

Disela Dipta,Shyla dan pengacara Indira terus mencari bukti-bukti,mereka didatangi oleh seorang perempuan cantik. Perempuan itu mengetahui bahwa mereka bertiga sedang mencari bukti yang kuat. Perempuan itu bernama Azura,salah satu korban dari pemerkosaan yang dilakukan oleh Rafa Biantara,bahkan Azura sempat disekap di rumahnya. Ia memiliki banyak bukti baik itu laporan yang ia tulis dan beberapa video CCTV yang dia ambil dari rumah Rafa.Dan ternyata tidak hanya Rafa yang melakukan kekejaman,begitu juga dengan keluarganya. Setiap hari asisten rumah tangga di rumah mereka di siksa jika melakukan kesalahan meskipun kesalahan kecil. tak hanya itu ternyata Radian Biantara juga menjadi bandar narkoba yang ia tutupi serapat mungkin sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Begitu rapi permainan dari keluarga Biantara ini sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Dan tidak lupa dengan kasus korupsi yang telah ia lakukan,bermilyaran uang-uang rakyat yang ia makan sendiri dan lagi-lagi tidak ketahuan.Setelah sekian lama mengumpulkan bukti-bukti yang kuat mereka mulai membawa kasus ini ke meja hijau. Dipta,Shyla,Azura dan advokat Indira mengumpulkan bukti-bukti baru yang mendukung kebenaran bahwa Rafa Biantara dan ayahnya benar-benar terlibat dalam kejahatan ayng dituduhkan. Mereka melakukan investigasi sendiri,dan mewawancarai saksi-saksi kunci, dan kumpulan rekaman CCTV yang tidak pernah terungkap sebelumnya. Tak lupa mereka juga mempublikasikan bukti-bukti yang mereka dapatkan ke media,dengan harapan tekanan publik dapat memberikan dorongan yang dibutuhkan untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi. Dengan keberhasilan mereka mempengaruhi pihak kepolisian dan pengadilan untuk bertindak adil, advokat Indira menggunakan keahliannya dan pengetahuannya tentang hukum untuk menemukan celah atau kelemahan dalam kasus tersebut.

 

Semakin hari semakin banyak bukti yang terungkap dan semakin kuat argument mereka. Media sosial berkembang menjadi alat yang kuat dalam memperjuangkan keadilan, dengan banya orang yang menyuarakan dukungan mereka untuk Dipta,Shyla dan advokat Indira.

"ayo semangat kita akan segara sampai pada puncaknya" seru advokat Indira 

"terimakasih atas bantuannya kak" jawab Shyla

Dipta hanya tersenyum penuh haru. Namun keluarga Biantara semakin marah dan berusaha menjatuhkan ketiganya dengan menggunakan kekuasaan dan pengaruh mereka.

Bagian 5

Lagi dan lagi Dipta,Shyla dan advokat Indira tidak menyerah. Mereka tetap berjuang dengan keberanian dan determinasi yang tak tergoyahkan. Mereka serta merta melaporkan intimidasi dan manipulasi yang mereka alami kepada pihak berwenang yang berwenang serta ke media. Melalui keberanian mereka,orang-orang lain yang juga menjadi korban keadilan mulai berbicara. Semakin banyak kasus serupa yang terungkap,semakin banyak masyarakat yang terinspirasi untuk mengambil langkah dan melawan keadilan yang tidak adil yang dilakukan oleh sebagian pemerintah yang telah menerima sogokan uang dari keluarga Biantara. 

Perjuangan Dipta,Shyla,dan advokat Indira menjadi semangat bagi banyak orang. Mereka menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan manipulasi yang dilakukan oleh pihak yang berkuasa.

Pada akhirnya,keberanian dan ketekunan mereka membuahkan hasil. Kasus mereka dilanjutkan dengan jujur dan adil. Rafa Biantara dan Radian Biantara dinyatakan bersalah dan dihukum sesuai dengan tindakkannya.

Berkat keberanian dan ketekunan mereka,kebenaran akhirnya terungkap. Fakta-fakta baru muncul dan masyarakat terkejut dengan kejahatan yang telah dilakukan oleh orangtua dan anaknya. Ayahnya yang terhormat terlihat sebagai seorang pelaku dan pendukung kejahatan anaknya serta reputasinya hancur.

Dipta,Shyla dan advokat Indira mendapatkan keadilan yang mereka cari,namun tidak dapat menghilangkan rasa sakit yang orangtua Harumi rasakan yang akan selalku terukir di dalam hati mereka. Setiap kali mengingat bagaimana kepergian anak mereka,dadanya masih terasa berat dan dendam yang mereka rasakan memenuhi pikirannya.

"Harumi,kita sudah mendapatkan keadilan untukmu. Apakah kau tak ingin kembali? Kita kembali berkumpul disini lagi. Dan banyak sekali yang ingin aku ceritakan pada mu,bagaimana perjuangan aku dan Shyla untuk memberikan keadilan kepada mu atas apa yang sudah terjadi. Aku mengerti Arum bahwa setiap orang ada masanya,namun bolehkah aku sedikit egois untuk tetap meminta kamu berada disini? Namun semua sungguh tidak memungkinkan lagi" gumam Dipta.

Meski mereka sudah mendapatkan keadilan di ruang pengadilan,kegelapan dalam hatinya masih tak terpecahkan. Rasa sakit yang Dipta alami karena kehilangan sahabat dan cintanya tidak akan pernah hiang begitu saja dan setiap hari ia berjuang untuk melupakan. Mereka tahu mereka masih harus berjuang bukan hanya untuk Harumi,tetapi juga untuk semua korban kejahatan diluaran sana 

Lambat laun semuanya mulai menmukan kedamaian dalam hatinya. Ayah dan ibu Harumi perlahan sudah mengikhlaskan anak mereka dan membula lembaran baru. Mereka belajar untuk menerima apa yang sudah terjadi meski luka-luka itu takkan pernah smbuh dengan benar.

"terimakasih Dipta,Shyla dan Indira. Berkat kalian Arum mendapatkan keadilan meski ia sudah tiada,terimakasih atas perjuangan kalian selama ini" ucap Adam

"terimakasih juga om dan tante,sudah selalu mendukung kami dan mendoakan kami dalam mencari keadilan di negeri ini. Ini kami lakukan bukan hanya untuk Harumi naun untuk semua orang yang pernah mengalami hal serupa" jawab advokat Indira.

"semua orang berhak untuk mendapat keadilan termasuk diri mu,Harumi" ucap advokat Indira 

"om,tante izinkan kami bertiga untuk pergi mengunjungi makan Arum,sudah lama sekali kami tidak pernah ke sana" sahut Dipta

"iya,silakan nak. Tapi om dan tante tidak bisa ikut karena harus membereskan beberapa hal dirumah" jawab Dini tersenyum

Ketiganya mengangguk kompak,dan pergi meninggalkan Adam dan Dini. Dan di sinilah mereka sekarang,menatap gundukan tanah yang bernama Harumi Mehrunisa.

"semua orang berhak untuk mendapat keadilan termasuk diri mu,Harumi" ucap advokat Indira

Dipta menghapus air mata yang jatuh ke pipinya, rasa rindu menyelimuti hatinya. Rindu pada sosok gadis yang ia cintai.

Dihening senja,rindu membisu Kisah kita terukur dalam kata

Kalimay malam menggenggam cerita Hari ini rindu kembali bercerita Maka beginikah seharusnya?

Kau beranjak pergi tanpa sepatah kata Maka beginikah seharusnya?

Kau terbang berkelana,sedang aku terkurung nestapa

 

Dipta melanjutkan hidupnya yang sepi tanpa kehadiran Harumi dan kedua orangtuanya. Shyla yang kehilangan sahabat sejatinya.

Serta orangtua Harumi yang perlahan menyembuhkan luka yang terpahat di hatinya dan mungkin akan abadi selama hidupnya

Tamat

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun