Mohon tunggu...
Hallo SobatKampus
Hallo SobatKampus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hallo semangat yaa!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Layu yang Abadi

23 Desember 2024   09:21 Diperbarui: 23 Desember 2024   09:21 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"sudah ayo kita ke ruang tengah" ucap ayahnya 

Diruang tengah tidak ada suara yang memulai percakapan,semua sibuk pada pikiran masing- masing yang terdengar hanyalah isak tangis Harumi.

"maafin Arum Bu,yah" lirih Harumi

"ini bukan salah kamu nak,kamu hanya korban disini" jawab ayahnya

"semua mimpi dan harapan Arum pupus yah,Arum udah ga berguna,Arum udah gapunya masa depan,Arum hancur yah,Arum hancur" tangisnya pecah

Adam yang melihat anaknya seperti itu pun tak kuasa menahan tangisnya,dan memeluk Harumi.

"kamu masih punya ibu nak,punya ayah,punya kedua sahabat kamu. Kami disini untuk kamu sayang" jawab ibunya lagi

Harumi hanya diam dan menangis,rasa bersalah dan berdosa terus menghantuinya. Belum lagi rasa trauma,takut dan benci yang setiap hari menemaninya. Ia tidak bisa untuk mengontrol dirinya untuk tenang, ia sudah tidak sanggup untuk menjalani hidupnya. Kemudian ia pamit kepada ayah dan ibunya,untuk masuk ke kamarnya terlebih dahulu. Sesampainya di dalam 

kamarnya,ia duduk di kursi belajar dan memandang satu per satu catatan dan notes yang terpajang di sana.

"Kini Harumi Mehrunisa sudah mati,namun raganya saja yang masih bernafas. Tidak adalagi Harumi yang punya banyak mimpi dan harapan hidup karena hidupnya telah mati. Aku sudah layu,layu sebelum berkembang. Tidak ada yang bisa aku harapkan dari kehidupan ku yang sekarang,aku sudah mati" lirihnya Harumi mengambil sebuah kertas dan pena, tangannya menari lihai di atas kertas tersebut. Disana ia menuliskan apa yang dia rasakan,dan siapa dalang di balik semua yang terjadi padanya. Tertulis satu nama yang ia sendiri pun tidak menyangka bahwa dia lah yang membuat hidupnya hancur dalam sekejap. Selesai menulis,ia meletakkan kertas itu di atas tumpukan buku- bukunya. Ia segera berjalan menuju balkon kamarnya. Di situ ia melihat bulan yang kurang jelas karena awan-awan. Kini hidupnya telah tiada berarti,tiada lagi harapan yang bisa ia harapkan untuk dirinya. Kenyataan yang pahit membuat sosok seorang Harumi itu menyerah pada dunia. Memilih jalan pintas agar dia tidak perlu merasa trauma dan bersalah Ia masuk kembali ke kamarnya,dan membuka laci meja belajarnya. Ia mengeluarkan kotak kecil yang didalamnya terdapat beberapa buah pil. Tanpa berpikir panjang Harumi menelan pil itu satu-persatu hingga termuntah,namun itu tidak mengurungkan niatnya untuk menelan pil tersebut. Dan pada akhirnya,hidup Harumi berakhir pada malam itu. Harumi mengakhiri hidupnya sendiri akibat kesalahan orang lain. Entah apa yang merasuki jiwanya hingga ia memilih jalan kematian. Harumi yang malang sudah layu sebelum berkembang, sekarang harus pulang tanpa di jemput.

Pemakaman Harumi telah selesai. Kedua orangtuanya menangis keras melihat anak satu-satunya pergi meninggalkan mereka. Mereka yang pertama mengetahui bahwa anaknya telah tiada. Mereka menemukan Harumi tergeletak tak berdaya di kamarnya dengan mulut yang penuh buih serta badan yang lebam-lebam. Betapa hancurnya hati mereka. Tak hanya ayah dan ibunya,Shyla dan Dipta pun turut hadir, keduanya terpukul atas kepergian sahabat kecilnya. Mereka menatap gundukan tanah yang bernamakan Harumi Mehrunisa itu 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun