Disisi lain,Dipta baru saja membuka ponselnya yang mati,betapa terkejutnya ia melihat pesan yang disampaikan oleh Harumi. Detik itu juga jantungnya seperti berhenti berdetak. Perasaan bercampur aduk badannya Â
"maaf Rum.. "maaf Arum..
"semua salah aku, gara-gara aku kamu ketakutan..
Kalimat itu terus keluar dari mulut Dipta,ia melajukan motornya agar cepat sampai di tempat tujuan. 10 menit kemudian ia sampai pada salah satu gang yang memang paling sepi. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan mencari Harumi. Langkah kaki terus membawanya sampai pada sebuah gubuk gelap,entah kenapa hatinya berkata bahwa Harumi berada disana. Sesampainya disana ia membuka pintu gubuk itu dan betapa terkejutnya ia melihat gadis yang sangat ia kenali sekarang pakaian dan rambutnya yang berantakan sembari duduk memeluk kedua lututnya. Dipta berjalan mendekati HarumiÂ
"pergi,aku ga butuh siapapun disini,aku udah ga berguna,aku ga pantes hidup lagi,aku udah kotor udah hina" isak tangis Harumi kembali menggema
Dipta yang melihat gadis itu menangis ia merasa nyeri,gadis cantik yang merupakan sahabat kecilnya sekaligus cintanya malah menjadi korban pelecehan seksual. Disana Dipta berusaha menenangkan Harumi yang menangis histeris. Ia berusaha membujuk Harumi agar pulang bersamanya. Namun,siapa sangka ia menemukan sebuah jaket hitam tebal dan kacamata yang tergeletak disana. Pikirnya tak mungkin Harumi membawa jaket setebal itu dan kacamata untuk bermain badminton. Tanpa berpikir panjang Dipta mengambil jaket dan kacamata itu dan memasukkannya ke dalam tas miliknya.Â
Kini tiada lagi Harumi yang ceria dan periang,tiada lagi senyum manis yang bisa ia suguhkan. Kini hanya ada Harumi yang mengurung diri di kamarnya, Harumi yang selalu merasa kotor,berdosa dan bersalah. Semua mimpi dan harapannya telah sirna,tiada lagi Harumi yang ingin menjadi seorang guru. Seminggu berlalu, namun pintu kamar Harumi tidak kunjung terbuka. Kedua orangtuanya sudah mengetahui apa yang sudah terjadi pada anaknya. Sadipta sudah menceritakan semuanya, ibunya yang tak kuasa menahan air mata sampai pingsan tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Begitu pula dengan ayahnya. Namun mereka tidak sedikitpun menyalahkan Harumi,anak mereka hanyalah korban dari orang yang tidak bertanggungjawab. Keduanya sudah mulai bisa menerima kenyataan pahit yang menimpa anaknya.Â
'Tok tok tok' suara ketukan pintu itu kembali terdengar di kamar Harumi.
"Arum sayang,buka nak pintunya. Sudah seminggu Arum mengurungkan diri,tidak bertemu ayah dan ibu,tidak makan. Ibu rindu sayang sama Arum,keluar nak" tangis Dini. Sementara Adam hanya bisa menenangkan Dini yang menangis.
Tak hanya Dini dan Adam sahabat dari anaknya itu pun setiap pulang sekolah selalu ke rumahnya untuk sekedar mengetok pintu kamar Harumi,namun sama saja tidak ada jawabannya.
'clek' pintu terbuka dan menampakkan Harumi dengan penampilan yang cukup berantakan. Ibunya pun memeluk Harumi dengan hangat menangis disana. Sementara Harumi hanya diam tak berkutik.