"Alhamdulillah  .... nama Mbak Wiwin sekarang sudah tak ada lagi. Yang ada adalah De Wiwin. De  Wiwin ..... De Wiwin adalah buah doaku, berkah dari haromain. Terima kasih  De ...." Kata Dennny perlahan hampir tak terdengar.
Keduanya  berjalan saling diam menuju ruang tamu untuk menemui orang tua mereka.  Namun ada yang mereka lupakan. Mira. Mereka tidak tahu dalam jarak  sekitar tiga meter Mira berlindung di balik gordyn. Dengan lensa tele,  mahasiswa Statistika Unisba itu telah merekam seluruh adegan dan  percakapan yang romantis dan mendebarkan dalam rekaman video.
"Untuk surprise saat pernikahan Teteh nanti ...." gumam Mira dengan senyum puas.
Dengan  tak sadar, gadis itupun membayangkan kelak akan datang seorang pemuda kepada dirinya seperti Denny. Ta'aruf dengan doa, lalu Allah memberikan isyarat.  Lamar. Gadis itu tersenyum. ***
                        Majalengka, 23 Oktober 2017
   * Request dari Wiwin Yulianingsih
      Guru Bahasa Jerman SMAN 1 Majalengka
    * Cerpen ini fiksi murni , tidak ada kejadian yang mirip atau sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H