"Piknik ke mana? Syukur bisa mampir ke sini."
"Bukan piknik. Mbak Wiwin, mohon maaf ... kedatangan kami sengaja bertamu di rumah Mbak Wiwin."
"Sengaja?"
"Tak ada yang kebetulan. Mungkin Mbak masih ingat janji saya ketika di Jamarat?"
"Iii...iya...."
Siang  itu sungguh sebuah acara mendadak yang luar biasa. Dua buah keluarga  yang belum saling kenal tampak akrab. Wiwin sendiri merasa heran,  kedatangan keluarga Denny sama sekali tak dirasakannya sebagai orang  asing. Benar. Ia merasakan keluarga itu telah dikenal lama. Wiwin  merasakan itu. Tapi sepanjang ia mengulur ingatannya, tampaknya pemuda  bernama Denny memang belum pernah datang secara nyata. Dalam mimpi?  Dalam getaran firasat sekilas? Gadis itu hanya menduga-duga.
Siang  itu Denny mengajak Wiwin bicara penting. Pemuda yang akhirnya tahu  bahwa Mira adalah adik Wiwin diajak serta. Kini ketiganya duduk di  gazebo sisi rumah.
"Mira sudah lama?" tanya Denny sambil tersenyum. Mira terheyak tiba-tiba ditanya seperti itu.
"Lama apanya?"
"Cantiknya."
Tak  tersadar Wiwin dan Denny tertawa tergelak-gelak. Sementara itu Mira  yang merasa dikerjai hanya bisa memerah mukanya dan salah tingkah.