Mohon tunggu...
Asti Nirwani
Asti Nirwani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4 SMAN 1 PADALARANG

every day is a second chance.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bhumi Niscala

20 Februari 2022   21:49 Diperbarui: 20 Februari 2022   21:56 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada perubahan sedikitpun yang bundanya alami, hanya ada suara EKG yang memberinya sedikit ketenangan. 

Hari ini juga ia berniat untuk menemui Dean, banyak sekali yang senjani lalui akhir-akhir ini.

"Halo pah, maaf senjani baru bisa kesini soalnya bunda drop pah. Pah, banyak sekali yang ingin senjani ceritakan. Tapi tiga hari ini Senjani selalu merasa takut akan keadaan bunda. Bunda tidak ada perubahan sedikit pun, bahkan setiap hari alat medis ditambahkan. Pah kalo senjani minta sama papah, papah jangan bawa dulu bunda ya pah. Senjani butuh banget bunda ada beberapa permintaan bunda yang belum senjani penuhi bahkan kalau bisa, Senjani akan mengulur waktu lebih lama lagi. Pah, senjani gak punya siapa-siapa lagi sekarang kecuali bunda, senjani takut banget pah sama dunia, dunia selalu jahat sama senjani, dunia selalu merampas kebahagiaan senjani, bahkan sekarang senjani udah gak tau lagi gimana caranya buat ngejalanin hidup pah. Senjani ikut nyerah aja ya pah ?" Setelah mengucapkan itu ia lanjutkan dengan menangis bahkan matanya sudah tidak mampu lagi untuk melihat kedepan. 

Matanya terlalu sembab karena ia tidak berhenti menangis selama tiga hari yang menurutnya tiga hari yang sangat menakutkan.

Hari ini tepat hari minggu dimana setiap orang akan merasa bahagia karena mereka dapat beristirahat sejenak dari pekerjaannya.

Lain haknya dengan Senjani ia merasa hari ini ia begitu lemas dan tak berdaya seakan dunianya sedang berhenti karena beberapa menit lalu ia mendengar ucapan dari sang dokter bahwa keadaan bundanya semakin memburuk bahkan seluruh tubuhnya penuh dengan alat dan suara EKG yang sedikit menenangkan dirinya pun menjadi ancaman untuknya sekarang.

Ia tidak pernah meninggalkan Dewi sedetikpun, ia terus menunggu bundanya itu didepan kaca.

Ia sangat berharap bundanya dapat sadar kembali.

Tapi ternyata Tuhan berkata lain tepat pukul 14.00 suara EKG mulai berhenti tapi tidak dengan tangisannya itu.

Dokter serta suster berlalu lalang memasuki ruangan ICU itu.

Terlihat sangat jelas dalam raut wajah mereka sebuah ketakutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun