Mereka sama-sama sedang menangisi semua yang sedang terjadi sekarang ini.
"Pah, papah kemarin keliatan sedih terus itu karena ini ya ? Papah pasti udah tau ya bunda sakit ? Kenapa papah gak bilang lewat mimpi ? Semalem Senjani nungguin papah datang tapi sampai tadi papah gak datang-datang. Atau papah hadir ke mimpi bunda ya ? Papah kuatin terus bunda ya di dalam mimpinya, Senjani mohon sama papah untuk kali ini" tanpa Senjani sadari ternyata Dewi sudah berada dibelakangnya.
Tanpa banyak bicara dewi langsung memeluk anaknya itu, Dewi tidak ingin terlihat rapuh didepan anaknya itu.
"Bunda gak kenapa-napa kok, kamu jangan takut. Bunda bakal terus disini sama kamu sampai kapanpun. Jangan nangis ya sayang nanti cantiknya ilang"
"Bun aku takut banget, penyakit ini juga yang dulu ambil papah dari kita kan ? Senjani takut" Senjani semakin menangis dipelukannya, dewi hanya bisa tersenyum karena ia tidak ingin putrinya itu merasa lebih sedih .
"Nggk kok Senjani, bunda gak bakal kemana-kemana. Kamu jangan takut ya ? Bunda janji bunda bakal disini nemenin kamu" janji Dewi yang dia sendiri tidak yakin akan hal itu.
Waktu begitu cepat berlalu.
Minggu, bulan bahkan sudah tahun terlewati kembali.
Sekarang Senjani sudah mulai duduk dikelas 12, masih dengan peringkat pertama.
Dewi pun semakin buruk keadaanya rambutnya sudah mulai rontok, sudah tidak ke kedai kopinya lagi, jalannya pun sudah dibantu kursi roda.
Tepat hari ini, hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa dan siswi di Indonesia. Hari penerimaan SNMPTN, Senjani sangat berharap ia dapat masuk ia juga sedikit percaya diri karena nilai yang ia punya.