Tapi ini Senjani, ia yang selalu melakukan sesuatu dengan penuh perhitungan, ia takut akan sesuatu akan terjadi karena tidak dilandasi teori yang pasti dan ia juga ingin lebih mandiri.
Sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasa dua insan ini melakukan rutinitasnya yaitu sarapan bersama.
"Makan yang banyak sayang" Dewi yang menambahkan lauk keatas piring Senjani.
"Iya bun makasi banyak ya" ucapnya diiringi dengan senyum yang sangat manis yang menjadi pembuka untuk hari itu.
"oh iya bun kayaknya nanti aku pulangnya agak sorean. Bunda gak usah jemput, terus jauh juga takutnya bunda cape habis dari kedai terus nunggu aku dulu. Aku pulangnya naik gojek aja" membereskan piring yang telah dipakai sarapan itu lalu mencucinya, itung-itung sebagai sogokan untuk bundanya.
"Oh kamu jadi sen buat masuk pecinta alam itu ?"
"Iya jadi bun, janji Senjani gak bakal kecapean"
"Mana ada pecinta alam gak ngerasa cape, kamu aneh-aneh aja"
"Hehe, kali ini aja ya bun izinin aku"
"Gak tau, nanti bunda pikirin lagi"
Setelah percakapan itu selesai dan membereskan piring selesai mereka langsung bergegas.