"Kue apa tuh yang Firza bawa?"Â
"Brownies, Bu. Bikinan Bunda Firza. Enak banget, loh, Bu. Firza jamin," ujar Firza sambil nyengir lebar, memperlihatkan gusinya yang ompong karena dua gigi seri atasnya yang sudah tanggal.Â
"Maksudnya, ini Firza jualan kue? Membantu mama?" tanya guru lain masih dengan wajah bingung.Â
"Mmm ... bukan, Bu ... Eh ... maksud Firza, iya. Memang kue ini Firza jual. Tapi ini karena ikut lomba."Â
"Lomba?"Â
"Iya, Bunda Firza ngajak Firza dan kakak ikut permainan. Namanya permainan wira usaha. Caranya dengan jualan. Nanti yang dapat uang paling banyak yang menang dan dapat hadiah istimewa dari bunda."Â
Para guru kembali saling pandang. Tapi kali ini mereka sudah paham situasi. Beberapa guru tampak menghela napas panjang. Terharu melihat bocah kecil yang lugu ini.Â
"Firza tinggal aja kuenya, ya. Sekarang Firza silakan kembali ke kelas." Seorang guru senior menghampiri Firza. Ia ambil loyang-loyang berisi brownies dari tangan Firza sembari mengusap kepala bocah itu.Â
"Baik, Bu. Assalammualaikum." Firza balik badan lalu berlari kembali ke kelas.Â
Usai jam sekolah, Firza kembali ke ruang guru. Ia kaget sekaligus girang luar biasa mendapati semua loyang sudah kosong dan di dalamnya ada tumpukan uang. Ada uang seratus ribu, beberapa lembar pecahan limapuluh ribu dan dua puluh ribu.Â
*****Â