Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Auditor - PNS

PNS yang hobi olahraga dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Bunda Terpaksa Membohongi Kalian, Nak

22 Oktober 2022   15:39 Diperbarui: 22 Oktober 2022   15:40 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aisyah gelisah setelah melihat uang di dompetnya hanya tersisa empat ratus ribu. Sementara, di rekening juga sudah tak ada lagi uang yang bisa ditarik, hanya tersisa saldo minimal, lima puluh ribu. 

Rekening itu memang tak pernah lama memiliki saldo. Tiap tanggal empat terisi beberapa ratus ribu rupiah dari bagi hasil menulis di aplikasi literasi berbayar, KBM App, tetapi di hari yang sama langsung kosong karena segera ia tarik seluruhnya untuk menambah-nambah biaya kebutuhan harian. 

Minggu depan jatuh tempo bayar kontrakan. Tidak besar sebenarnya, karena hanya paviliun sederhana di sebuah gang sempit, hanya tiga ratus ribu sebulan sewanya. Tapi bagi Aisyah terasa sangat besar. Ia hanya seorang 'single parent' dengan empat anak yang masih kecil: tiga orang usia SD dan satu orang belum genab dua tahun. 

Sepeninggal suami, Aisyah dan keempat buah hatinya bertahan hidup hanya dari tabungan yang jumlahnya tak seberapa, dan sekarang hanya tersisa empat ratus ribu. Penghasilannya dari menulis hanya mampu menunda sementara habisnya tabungan itu. 

Aisyah sudah mencoba cari tambahan lain. Ia berjualan macam-macam secara online, tapi tak ada yang laku. 

Kadang ia heran, kenapa Tuhan tak menggerakkan hati para tetangga dan kerabat agar sudi membeli dagangannya. Tidak kasihankah mereka pada keempat anak-anaknya yang yatim? 

Pernah pula ia merasa Tuhan tidak adil. Tulisannya di KBM App hanya menghasilkan 200 - 300 ribu sebulan. Padahal ia merasa sudah menulis dengan bagus. Telah menerapkan semua kaidah menulis yang baik serta mempraktekkan berbagai kiat membuat cerita supaya menarik yang ia pelajari dari beberapa penulis hebat. Tapi tetap saja hasilnya tak seberapa. 

Sementara, ada penulis yang hidupnya sudah sejahtera malah berpengahasilan puluhan juta, padahal karyanya biasa-biasa saja. Sungguh tidak adil. 

Di tengah kebuntuan, dengan rasa bimbang Aisyah coba menghubungi kakak iparnya. 

[Bang, tidak adakah jatah warisan almarhum Bapak yang menjadi hak suamiku? Jika ada, aku mohon bisa menerimanya, Bang. Aku dan anak-anak butuh untuk menyambung hidup] 

Rasa ragu Aisyah tadi terbukti. Pesan itu dibaca, tapi sudah bermenit-menit tak kunjung dibalas. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia duga. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun