"Aku juga berterima kasih sudah meyakinkan diriku kemarin dan hari ini. Semua ini tidak akan terjadi tanpa dirimu.", ucapku kepada Daan.
"Tidak. Semua tidak akan terjadi tanpa sifat teguh dan tulus yang ada didirimu. Dengan memperjuangkan perdamaian, kamu adalah pendekar tanah airku, Kai. Terima kasih.", ujar Daan sambil menghentikan langkahnya.
"Intinya, kami berdua berhasil melaksanakan misi ini! Aku tidak akan pernah melupakanmu Daniel.", ujarku kepada Daan.
"Daniel? Darimana kamu mengetahui nama lahirku? Hahaha.", tanya Daan kepadaku.
"Hei, aku rajin membaca buku sejarah kau tau!", ujarku sambil menyenggol tangannya.
"Baiklah, sepertinya sudah saatnya kita berpisah.", ujar Daan dengan sedih.
Tanpa pikir panjang, aku memeluk erat Daan sebagai tanda perpisahan. Kami kembali menduduki kursi di taman dan mencoba untuk memejamkan kedua mata kamu. Kami akan benar-benar berpisah. Aku dengan tahun 2020ku dan Daan dengan tahunnya.
"Sampai jumpa, Daan.", bisikku setelah memejamkan mata.
"Aku akan merindukanmu, Ka-", balasnya terpotong.
Aku merasakan sinar matahari menyinari wajahku dengan hebat. Aku membuka kedua mataku dan menyadari tempat asing ini. Aku terbangun di sebuah kelas kosong. Aku menundukkan kepalaku dan menyadari bahwa aku mengenakkan seragam dengan tanda nama 'Kaia Prisa'". Dengan bingung, aku membuka pintu kelas dan bergegas keluar. Tak lama setelah itu, bel sekolah berbunyi. Tiba-tiba, seorang perempuan menarik tanganku dan mengajakku untuk berlari.
"Ayo, Kai! Kelas sejarah akan segara dimulai.", ujarnya.