"Aku akan menjelaskannya nanti. Cepat, waktu kita tidak banyak.", ucap Daan dengan cepat.
"Baiklah, jangan mengintip!", ujarku dengan berteriak kecil.
"Aku akan usahakan.", ujar Daan dengan bercanda.
Aku mengganti bajuku dan memasukkan rambutku ke dalam topi yang diberikan Daan. Mengapa dia menyuruhku berpenampilan sebagai laki-laki? Setelah berganti, aku menepuk kecil pundak Daan dan mengajaknya berjalan menuju tempat yang ia maksud.
"Kamu benar-benar terlihat seperti laki-laki. Hahaha.", canda Daan.
"Diam kamu. Kita mau kemana memangnya?", ucapku dengan sedikit kesal.
"Lihat di depanmu. Kamu lihat tempat itu?", tanya Daan sambil menunjuk ke sebuah rumah.
"Iya, temanmu di sekap disana?", tanyaku sambil berjalan mendekati rumah itu.
"Astaga, Kaia! Kamu benar-benar tidak ada rasa takut. Kamu tidak bisa langsung mengetuk pintu rumah itu dan membebaskan temanku.", jelas Daan sambil memberhentikanku.
"Kita bisa masuk dan melawan mereka kan? Apa kamu takut? Hahaha.", candaku sambil menyenggol tangan Daan.
"Aish, bukan itu. Lebih baik jika kita tidak menimbulkan kerusuhan, ini tengah malam!", jelas Daan sambil menepuk jidatnya.