"Para hadirin, dimohon untuk tetap di tempat anda dan jangan panik.", ujarku di depan podium.
"Kalian tidak perlu mengetahui nama saya atau darimana saya berasal. Tetapi, apakah kalian tersadar? Semua perbuatan kalian atas Indonesia hanyalah sebuah tindakan kebencian. Para pejuang bangsa rela bertumpah keringat, tangis, dan bahkan darah agar kita dapat mencintai dan membanggakan persatuan yang mereka perjuangkan. Memang benar bahwa negara tidak secara pasti terbebas dari ancaman internasional. Tetapi, hal yang sepatutnya kita lakukan adalah berdiri bersama dan menjaga tanah ini.", jelasku kepada hadirin.
"Untuk Jenderal Besar Bimasena, aku tahu semua cerita mengenai hidupmu dikarenakan aku dididik olehmu. Aku mengerti bagaimana hampir seluruh keluarga anda di bunuh oleh Jepang dan Belanda guna memperjuangkan tanah ini. Anda melampiaskan kekejian dengan kekejian. Jika keluarga anda begitu berarti, jagalah tanah yang sudah mereka rebut dengan darah mereka. Hari ini, semua keputusan berada di tangan kalian. Untuk mencintai tanah ini dengan perdamaian, atau menghancurkan negeri ini diatas nama perjuangan yang kalian percayai. Terima kasih.", ujarku sambil meninggalkan podium.
Aku menuruni tangga podium dan melirik ke arah diri kecilku yang sedang duduk manis disana. Aku mengedipkan salah satu mataku dan tersenyum lebar. Setelah itu, aku berlari kencang ke arah Daan dan menarik tangannya untuk keluar. Kami berlari ke arah taman dan duduk beristirahat.
"Tadi kamu sangat keren!", puji Daan kepadaku.
"Semoga ucapanku dapat mengubah pikiran mereka. Aku takut semua akan sama saja setelah aku kembali.", ujarku dengan khawatir.
"Tenang saja. Kamu hebat diatas sana, pasti kamu berhasil.", ujar Daan sambil memegang tanganku.
"Terima kasih! Oiya, hari ini adalah hari terakhir kita. Lebih baik kita kembali nanti malam karena tidak ada tempat untuk  kami beristirahat hari ini. Bagaimana jika sebelum itu aku mengajakmu berkeliling di sekitar sini?", tanyaku kepada Daan.
"Itu ide yang bagus untuk perpisahan kita!", celetuk Daan dengan girang.
Kami menghabiskan sisa hari itu dengan berjalan dan mengitari Kepulauan Natuna. Kami bercanda dengan girang dan menghabiskan waktu sebaik-baiknya. Setelah aku dan Daan kembali ke waktu masing-masing, kami tidak akan bertemu lagi. Langit mulai berubah menjadi malam, dan kami pun kembali ke taman kota untuk terakhir kalinya.
"Kaia, terima kasih sudah memberikanku salah satu waktu terbaik dalm hidupku selama 2 hari ini.",ujar Daan sambil berjalan disampingku.