Mohon tunggu...
Angel Graceline
Angel Graceline Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pelajar dengan minat tulisnya.

Pelajar SMA Kelas XII Jurusan IPS Sekolah Dian Harapan, Lippo Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendekar Tanah Airku

12 Mei 2020   09:13 Diperbarui: 12 Mei 2020   09:32 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram ykhaamelz

"Baiklah, baiklah. Kita harus lewat mana?", tanyaku kepada Daan.

"Ayo, kita masuk lewat pintu belakang. Aku sudah meminta temanku untuk diam-diam melepas kunci pintu belakang setiap harinya di minggu ini.", ujar Daan sambil berjalan.

"Kami berjalan dengan hati-hati menuju belakang rumah tersebut. Setelah sampai, Daan membobol masuk pagar yang melingkari rumah. Dari luar, aku melihat beberapa perempuan cantik yang mengintip dari jendela. Tanpa aku hiraukan, aku lanjut berjalan dan mencoba masuk ke dalam rumah itu. Di dalam, aku melihat beberapa prajurit Jepang yang tertidur lelap . Wangi alkohol yang aku hirup menusuk dengan tajam. Saat itu, aku pun tersadar.

"Daan, jangan bilang....", ucapku dengan ragu-ragu.

"Iya, ini rumah penampungan jugun ianfu. Disini, temanku di sekap dan di paksa melayani prajurit Jepang. Kita harus cepat, tidak biasanya tempat ini sekosong ini. Pasti karena berita kekalahan Jepang, seluruh prajurit sedang sibuk.", jelas Daan dengan berbisik.

Ucapan Daan menjelaskan siapa perempuan-perempuan cantik yang tadi aku lihat di luar. Kami pun perlahan-lahan membuka kamar demi kamar di rumah itu. Daan menyuruh seluruh perempuan untuk keluar  dengan diam dan tidak bersuara. Aku menyadari bagaimana Daan mencoba mencari seseorang setiap kali dia memasuki kamar-kamar.

"Kamu mencari temanmu? Seperti apa wajahnya, aku ingin membantu.", ucapku kepada Daan.

"Iya, namanya Ayu Diah. Rambutnya hitam panjang, dan dia memiliki bekas luka di jidatnya.", ujar Daan.

"Aku tidak melihat satu pun perempuan dengan luka di jidatnya. Semua pintu sudah di buka?", tanyaku memastikan.

"Iya, aku sudah membuka semua pintu. Dimana dia..?", ucap Daan dengan gugup.

Aku berjalan menyusuri lorong dan menydari satu pintu yang tidak terlihat. Tidak ada gagang dan warnanya di cat sama seperti tembok disampingnya. Namun, aku melihat lubang kunci di bagian kiri pintu. Aku menyadari terdapat suara perempuan dari dalam kamar, aku pun memanggil Daan dengan melambaikan tanganku.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun