"Oh ... baik-baik saja, kok! Seniornya ramah, begitu juga dengan para masukan baru. Kalau masalah sudah dapat teman atau belum ... tentu saja belum. Aku belum berbicara pada siapapun. Aku masih malu," jelasnya yang beberapa dari pernyataannya itu dusta.
"Oh, tidak apa-apa. Mungkin saat kau sudah berada di kelas. Tenang saja, orang baik sepertimu pasti mendapatkan banyak teman," dukung Ibunya.
"Semoga saja, ya ...."
**
Keesokan harinya, Vanilla pergi ke sekolah lagi. Menurut si mungil itu, akan ada pembagian kelas dan belum mulai kegiatan belajar-mengajar. Vanilla juga berharap agar dia tidak satu kelas dengan si pemilik bahu lebar yang kemarin menguntitnya ke Cafe.
Sesampainya di sekolah, semua murid baru berjalan menuju lapangan. Di sana ada guru-guru yang telah berjajar di depan mereka. Beberapa murid baru, terkhususnya perempuan berteriak heboh ketika ada guru yang menurut mereka itu berparas tampan, namanya Mr. Max.
Vanilla yang tidak peduli dengan wajah-wajah para guru di depan, dia sibuk memainkan ponselnya. Seperti biasa, dia membuka timeline dan itu semakin memperlihatkannya bahwa dia itu 'jomblo'.
"Selamat pagi, Anak-anak!" sapa sang Kepala Sekolah yang kemudian dibalas oleh semua murid.
"Hari ini akan ada pembagian kelas dan belum diadakannya kegiatan belajar-mengajar," seperti yang Vanilla pikirkan, "dan bisa kalian lihat di depan, merekalah guru-guru yang akan mengajari kalian di sini. Di sebelah sana ada guru favorit senior kalian, Mr. Max!" seketika beberapa murid baru berteriak heboh ... lagi.
Para guru memperkenalkan namanya dan di bidang apa mereka mengajar. Selesainya, Kepala Sekolah menambahkan sepatah kata, "Setelah pembagian kelas, akan diadakan demonstrasi dari berbagai ekstrakulilkuler di SMA ini."
Yes ... Aku ga sabar liat kakak kelas yang ganteng. Pasti kebanyakan dari club basket.