Mohon tunggu...
Alifia DwiGustami
Alifia DwiGustami Mohon Tunggu... Psikolog - Baru baru

Ig : alfdw_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Looking for: Amour

3 Februari 2020   11:00 Diperbarui: 3 Februari 2020   11:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Vanilla yang tercengang saat Travis menyuarakan namanya langsung menundukkan kepalanya. Saat ini, Dia sedang tidak ingin melihat muka si bongsor itu. Apakah ini yang dinamakan salah tingkah?

Beberapa murid pun maju ke depan setelah Frans memperkenalkan dirinya. Mereka yang maju ke depan diminta untuk bertanding selama 2 menit dan ketika mereka sudah dibagi tim, permainan pun mulai.

Saat Frans bermain basket, di situlah karismanya memancar. Murid-murid baru terpesona olehnya ... bahkan kakak kelas, namun tidak dengan Vanilla. Tentu, sedari tadi Dia terus menundukkan kepalanya.

"Hey! Vanilla jangan tidur!" kata Amber yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.

Waktu bermain tersisa 45 detik lagi dan permainan pun semakin tegang karena score antar kedua tim seri. Meskipun ini bukan pertandingan resmi, namun mereka semua yang berada di sekitar lapangan terbawa suasana.

Frans yang sedang mengoper bola ke teman satu timnya, meleset dan tidak sengaja mengenai kepala seseorang cukup keras. Vanilla pun langsung menghampiri orang itu dan Dia berharap orang itu tidak apa-apa. Namun, harapannya buyar ketika orang itu menampakkan wajahnya. Vanilla Vanval, Dialah orangnya.

"Ka-kau tidak apa-apa kan?" tanya teman Vanilla -John- yang berada di belakangnya. Vanilla yang awalnya merasa sangat kesakitan, tiba-tiba rasa sakitnya hilang ketika melihat sesosok yang menghampirinya. Mereka berdua -Frans dan Vanilla- tampak terdiam sambil bertatapan muka yang kemudian dipecahkan oleh suara peluit.

Frans meminta bolanya kembali dan Dia mendekat ke area timnya. Pertandingan selesai dan mereka yang berani maju diberi hadiah oleh club basket. Lalu mereka dipersilahkan kembali ke barisan kelasnya masing-masing. , yang tadi maju ke depan langsung diserbu oleh teman-temannya ... yang jelas untuk melihat hadiahnya, termasuk Amber.

"Van? Kenapa sedari tadi terus terdiam?" tanya Penelope.

Bukan apa-apa ... gumam Vanilla.

**

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun