"Um, ta-tadi aku mendengar suara tangisan ... di tangga lantai 4. Aku kira itu suara temanku, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Itu membuatku takut," jelasnya yang sebenarnya bukanlah sebuah dusta.
"Oh begitu ... maaf jika aku tidak sempat menceritakan kisah menyedihkan di sekolah ini." balas Travis.
"Kisah apa? Ta-tapi kalau Kakak mau cerita, menurut Aku jangan di sini ... takutnya ... ya," ujar Vanilla menyarankan.
"Mau membicarakan ini di Cafe de Flore? Itu tempat yang bagus untuk berdiskusi," tawar Travis yang kemudian disetujui oleh adik kelasnya itu.
Can I call this as my first date? pikir Vanilla.
**
Suasana paripurna menghiasi taman di sekitar Eiffel Tower. Seperti biasa, dikelilingi oleh keluarga bahagia yang sedang bermain, sepasang kekasih yang sedang bermesraan, dan kumpulan remaja yang sedang berfoto-foto.
Situasi ini sudah menjadi hal yang biasa dilihat oleh si pemilik rambut jambul. Dia datang ke sini bisa dikatakan ... setiap pulang sekolah. Daripada menunggu orang tuanya pulang di rumah dengan tidak melakukan apa-apa, Frans lebih baik berkeliling taman dengan anjingnya ditemani dengan buku novel tebalnya.
Dilihatnya bangku taman kosong di hadapannya, dengan segera dia mendudukinya dan membiarkan anjingnya bebas berkeliaran sementara. Dia terus membaca buku novelnya dengan serius. Tidak disangka seorang Frans Hart suka membaca buku ... dan parahnya bukunya bisa dibilang tebal bagi orang yang tidak suka membaca.
"Serius sekali membacanya .... " Frans seketika terbangun dari alam fantasinya lalu menengok ke arah sumber suara.
"Eh, Georgie! Kau mengagetkanku saja. Kau sedang apa di sini? Aku kira anak seumuranmu tidak diizinkan keluar rumah pada sore hari. Apa Kau bersama orang tuamu?" Dia -Georgie McKennie- mendatangi sepupunya, Frans Hart.