Mohon tunggu...
Alifia DwiGustami
Alifia DwiGustami Mohon Tunggu... Psikolog - Baru baru

Ig : alfdw_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Looking for: Amour

3 Februari 2020   11:00 Diperbarui: 3 Februari 2020   11:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hmm .... perkataanmu memang benar, Wen.

**

Suasana senja memang menjadi teman bagi si pemilik mata samudera ini -Travis Roui- ini. Melihat langit oranye dan awan sirus adalah pemandangan yang indah bagi Travis jika dilihat dari jendela kamarnya. Dia pendiam, suka sekali melamun walau sebenarnya di sekolahnya tidak. Tentu, semenjak orang tuanya bercerai, Dia tinggal bersama ayahnya. Bagi Travis, Ayahnya itu tidak bisa diajak bicara dan Ayahnya sibuk bekerja. Jadi, Travis selalu sendirian di rumah sampai lampu tidur dunia muncul di langit malam.

Kring ... Kring ... Kring ...

Siapa itu? Jarang ada yang bertamu, ungkapnya.

Travis beranjak dari kamar dan membuka pintu depan rumahnya. "Atas nama Belle Roui?" Ah, ternyata ada yang mengirim paket, pikir Travis.

"Iya ... itu Ibu saya," jawabnya singkat. Pengirim paket menyerahkan lembaran yang harus ditandatangani lalu menyerahkan paketnya. Travis menutup pintu dan kembali ke kamarnya untuk melihat isi dari paket yang dikirim Ibunya.

"Ah ... Aku merindukanmu, Ibu!" ungkap Taeyeon setelah membaca surat dari Ibunya.

Travis~
Ternyata, sudah 7 tahun lamanya kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar Ayahmu? Kamu sudah SMA, ya? Wah ... anak Ibu sudah besar ternyata. Kalau dihitung-hitung, sekarang tahun terakhirmu di SMA, kan? Semangat belajarnya! Jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting dulu. Kamu mau jadi penyanyi, kan? Maka dari itu, Kamu jangan berhenti berlatih! Oh iya, ini Ibu belikan kamu note dengan cover Cars. Jangan dikosongkan, ya ... isilah dengan curahan hatimu atau dengan lirik lagu buatanmu. Ibu mendukungmu, menyangimu, dan merindukanmu.

Air mata menetes dari mata indahnya. Ini bukan pertama kalinya dia menangis karena Ibunya. Pertama dia tahu tentang perceraian orang tuanya, dia menangis kencang. Dia sangat menyayangi Ibunya, namun hak asuh jatuh ke tangan Ayahnya. Tapi, kini si pemilik surai coklat ini telah dewasa ... dia bukan anak kecil lagi yang bersikeras menetap bersama orang yang disayanginya. Yang penting, aku masih bisa berkomunikasi lagi denganmu, ujarnya.

**

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun