"Eh, Ibu sudah pulang? Ayah juga? Tadi aku dari taman ... aku juga tadi bertemu Georgie dan Nenek," kata Frans sambil berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya.
"Iya, Ayah juga sudah pulang. Eh ... Kau bertemu nenek? Sudah lama Ibu tidak mengunjunginya. Maukah besok Kau menemani Ibu untuk berkunjung?" tanya Ibunya memohon.
"Boleh ... Aku juga mau menemani Georgie di rumahnya. Tapi, aku ke sana pada pukul 5 sore. Ibu biasanya pulang pukul 7 malam. Apa aku harus pulang ke rumah dahulu untuk menjemput Ibu?" tanya balik Frans.
"Besok Ibu menyempatkan pulang lebih awal. Tapi, sebenarnya kalau kau tidak bisa berangkat bersama ... itu bukan masalah. Kau boleh duluan, pasti Georgie menunggu," jelas Ibunya yang kian dimengerti oleh anaknya itu.
"Aku lelah ... kalau Ibu mau mencariku, aku ada di kamar, ya!" ujar Frans seiring Dia berjalan ke lantai atas.
**
Di sisi lain, di rumah Vanilla ... si pemilik mata beririskan coklat kayu itu langsung menggelatakkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Sepertinya dia cukup lelah untuk hari ini dan bisa dibilang sudah 2 hari Dia merasa lelah karena hal yang sama.
Vanilla yang tidak ingin banyak pikir, langsung memejamkan mata indahnya. Namun, dia tidak dapat langsung terbawa ke alam mimpi ... kini Dia tengah memikirkan sesuatu. Perkataan Travis sedang mengelilingi kepalanya. Quinn Turner, siswi yang sedang mencari arti kata dari cinta ... tewas dalam keadaan yang menyedihkan.
Dia pada saat itu seumur dengannya dan tujuannya sama ... mencari maksud dari cinta. Vanilla seketika takut. Tapi, memang siapa yang akan mempermainkan si mungil ini? Tidak mungkin seorang Travis Roui. Dia tidak pernah memiliki pikiran buruk terhadap kakak kelasnya itu.
Frans? nama itu seketika terlintas di pikirannya.
"Uh! Kenapa Dia selalu menghantui pikiranku, sih?" Vanilla berkeluh kesah.