Mohon tunggu...
Zidane Sandhie Putra Akbarullo
Zidane Sandhie Putra Akbarullo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

saya suka memancing ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cousin on Travel

12 November 2024   07:32 Diperbarui: 12 November 2024   08:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sabtu di pekan ini terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Cuaca dingin di pagi ini sangat mendukung untuk bermalas-malasan. 

Seperti seorang gadis yang tengah memainkan handphonenya di ruang tamu. Ia adalah Alora Hindia. 

Kelakuannya sangat terbalik dari arti namanya. Semangat seluas hindia, itu adalah arti namanya. 

Tetapi, apa boleh buat? Cuaca saja sangat mendukung untuk bermalas-malasan. Apalagi hari ini adalah hari Sabtu, hari libur yang sebenarnya bagi Alora. 

"Aloraa! Ayo siap-siap, hari ini kita mau ke rumah kakek," tiba-tiba seorang wanita paruh baya berucap dan berjalan menuju Alora yang sedang asik memainkan handphonenya di ruang tamu. 

"Hah? Kok bunda ngga bilang-bilang dari kemarin kalo sekarang kita mau ke kakek?" kaget Alora yang langsung menegakkan tubuhnya yang semula menyandar di tangan sofa.

"Yaaa, ngga papa. Lagian itu kakekmu baru kasih tau tadi pagi. Bunda juga kaget tiba-tiba disuruh kesana," jawab Sang Bunda sambil mendudukkan dirinya di samping Alora yang masih terbengong.

"Emangnya ada apa, sih? Kok tumben dadakan banget." Tanya Alora penasaran

"Ada sesuatu pokoknya. Udah sana siap-siap. Papa bentar lagi juga pulang," suruh bundanya dengan gerakan tangan seperti mengusir.

"Iya iyaaa,"Alora pun beranjak dari sofa dan akan berjalan menuju kamarnya, namun sebelum itu ia bertanya pada bundanya, "Nginep apa ngga, bun?" 

"Ngga, udah sana cepetan ganti baju sama bawa baju ganti buat nanti sore! Cepet ga pake lama!"

"Iya, ya ampun bundaaa!!" Alora pun mengacir menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Melihat Alora yang sudah berlari menuju kamarnya, bunda beranjak dari sofa sambil membawa handphone, berjalan menuju ke pintu depan dan menyandar di pintu. Tengah mengotak-atik handphonenya dan terlihat akan menelpon seseorang.

"Alora udah siap-siap. Barang-barangnya Alora buat nanti udah disiapin kan?" ucap bunda pada orang di sebrang sana.

"..."

"Pastiin pakaian tebelnya agak banyak, kaos kaki juga jangan lupa."

"..."

"Iya iya, oke bagus, terima kasih ya. Pasti nanti Alora kaget banget nih hahaha," dan telepon pun terputus setelah bunda mengatakan itu. 

Alora yang hanya mengambil tas-nya pun cepat-cepat turun kebawah.

Bunda yang masih asik dengan handphonenya, tidak menyadari bahwa Alora tengah bersiap untuk mengagetkannya. Namun, sebelum itu terjadi, bunda telah membalikkan badannya terlebih dahulu dan yang terjadi adalah.... 

"AAAA!!!"

Yapppp! Mereka berdua saling terkaget karena Alora juga tidak menyangka bundanya akan membalikkan tubuhnya.

Mereka pun saling terkaget dan tertawa bersama setelahnya. 

"Ya ampunn, bunda kaget tauu, Aloraa. Kamu juga ngapain di belakang bunda? Ngintipin bunda ya kamuu??"

"Ih apaan sih bun, siapa juga yang mau ngintip. Cuma mau ngagetin bunda, eh malah kaget bareng," ucap Alora sambil cengengesan. 

Setelah itu, mereka berjalan menuju teras rumah untuk menunggu kedatangan papa yang akan mengantar mereka menuju rumah kakek. 

Tin tinn!!

Terdengarlah suara bel mobil yang berasal dari luar pagar rumah Alora. 

Alora beranjak dari kursi dan mendongak melihat ke luar pagar. Dan ternyata itu adalah mobil kepunyaan papanya.

"Ayo bun, itu mobil papa."

Bunda pun beranjak sembari memasukkan handphonenya ke dalam tas jinjing dan memberikan kunci rumah kepada Alora yang langsung diterima Alora untuk mengunci pintu rumah.

Mereka berdua berjalan menuju pagar dan berpamitan pada satpam yang menjaga rumah mereka. 

"Pak Asep, kita ke rumah kakek dulu yaa, nitip rumah sebentar. Besok langsung pulang kok," ucap bunda pada Pak Asep.

"Siap nyonya," ucap Pak Asep dengan tangan yang membentuk tanda hormat.

"Pak Asep, nitip rumah yaa," pamit Alora dengan lambaian tangan kepada Pak Asep yang dibalas lambaian tangan pula oleh Pak Asep.

Selesai berpamitan dengan Pak Asep, bunda dan Alora pun memasuki mobil. Papa yang berada di kursi kemudi berpamitan pada Pak Asep dan mulai melajukan mobilnya.

***

Baru saja memasuki kawasan rumah kakeknya yang sangat luas, Alora sudah disuguhi dengan empat mobil yang sudah terparkir rapi di halaman depan rumah kakeknya. 

Sepertinya, Alora sudah tau siapa pemilik mobil-mobil ini.

Selesai papa memakirkan mobil, mereka bertiga pun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk.

Baru saja akan membuka pintu, Alora dikagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Ternyata pelakunya adalah Teo, adik sepupu Alora yang paling muda, yang baru saja melaksanakan ulang tahun ketiganya minggu lalu. 

"Halo, Kak Lora!" sapa Teo dengan senyum manisnya yang khas. 

Alora yang dibuat gemas dengan kelakuan Teo pun mencubit pipi gembulnya dan menggendong Teo memasuki rumah.

"Assalamu'alaikum!!" salam papa dan bunda bersama-sama yang dibalas kompak oleh seluruh penghuni rumah termasuk Alora.

Mereka pun membaur dengan kerabat-kerabatnya. 

Setelah menyalami kakek, nenek, om, dan tantenya. Kemudian Alora mengajak Teo untuk bermain sebentar.

Setelah puas bermain dengan Teo, Alora beranjak dan menuju ke dapur untuk menemui sepupu-sepupunya.

Sesampainya di dapur, Alora pun geleng-geleng melihat kelakuan sepupu-sepupunya. 

Ada Ken dan Atlas yang tengah memperebutkan tempe yang baru saja ditiriskan oleh Mbak Asih, pembantu di rumah kakek. Padahal di meja makan sudah tersaji sekitar dua piring penuh yang berisi tempe.

Ada pula Ale, gadis penggemar film yang sedang menonton film di meja makan dengan se-wadah penuh buah anggur yang berada di pangkuannya. Terlihat sangat fokus dengan film-nya tanpa terganggu dengan perdebatan tempe tadi. 

Alora celingak-celinguk mencari keberadaan sepupunya yang satu lagi.

Tapi Alora tidak menemukan keberadaannya di dapur ini. Bagaimana bisa?

Padahal sepupu-sepupunya akan selalu menempel satu sama lain bagai perangko ketika mereka bertemu. 

Memasuki dapur, kini semua pasang mata pun tertuju pada Alora yang tiba-tiba memasuki dapur dan langsung membuka kulkas, mengambil dan meneguk sebotol minuman susu kaleng favoritnya yang selalu tersedia di kulkas rumah kakeknya ini. 

Merasa keadaan tiba-tiba menjadi hening, Alora membalikkan tubuhnya yang semula membelakangi sepupu-sepupunya dan Mbak Asih.

Beberapa detik mereka saling bertatap-tatapan sampai akhirnya terdengar suara seperti kepala seseorang yang terantuk yang sepertinya berasal dari bawah meja makan. 

Kini semua tatapan mengarah pada kolong bawah meja makan yang tertutupi kain. 

Dan, keluarlah sosok yang sedari tadi dicari oleh Alora. 

Abe, sepupunya yang paling tidak suka keramaian dan sangat menyukai game. Namun, walaupun sangat suka bermain game, ia adalah cucu kakek yang nilai akademisnya paling tinggi, sama dengan Alora yang terkadang menjadi saingannya.  

Dan, kini mereka kembali hanya saling bertatap-tatapan. Masih canggung sepertinya. 

Namun, kali ini tidak bertahan lama karena deheman dari kakek yang menyadarkan mereka. 

"Ekhemm! Kakek mau ngomong sesuatu sama kalian. Ayo ke depan!" ajak kakek yang langsung diikuti oleh semua cucunya. 

Mendengar perintah kakeknya, Ale terburu-buru mematikan laptop yang ia gunakan untuk menonton film dan menaruh wadah kosong yang tadinya terisi penuh anggur ke wastafel.

Ken yang sejatinya pecinta tempe, mencomot satu buah tempe dari piring yang ada di meja makan. 

Mereka berjalan beriringan meninggalkan Mbak Asih sendirian di dapur, dengan Ale yang tiba-tiba merangkul Alora. 

"Helaw! Lama gak ketemu kita," sapa Ale sambil merangkul Alora.

"Apaan? Lama darimana? Orang terakhir kali kita ketemu itu minggu kemarin waktu Teo ulang tahun."

Ale hanya menanggapinya dengan cengengesan. 

Sambil berjalan mengikuti langkah kakeknya, Alora menyempatkan menoleh ke belakang dan akan menyapa ketiga sepupu lelakinya.  

Terlihat Ken yang membagi satu buah tempe goreng menjadi tiga bagian, mengambil satu bagian dan menyerahkan dua bagian sisanya pada Atlas yang berada di sebelahnya. Atlas mengambil satu bagian dan satu bagian lainnya ia berikan pada Abe di sebelahnya. 

Mereka menyatukan potongan tempe tadi, baru kemudian memakannya.

Alora terkekeh melihatnya, "Halo, guys!" sapanya. 

"Halo, Lor! Pakabar? Baik lah pastinya," balas Ken yang baru saja selesai menelan tempe gorengnya. 

"Ya iyalah, gue mana pernah ga baik-baik," canda Alora yang mengundang tawa kelimanya. 

Tak terasa mereka kini tiba di ruang keluarga. Disana sudah berkumpul orang tua dari kelimanya. 

"Wahh, ada apaan nih? Kok udah pada stay disini semua?" bisik Abe yang hanya dapat di dengar oleh kelimanya. 

"Kayaknya bakal ada sesuatu yang penting deh," ucap Ale dengan berbisik pula. 

Kemudian kelimanya duduk di karpet bulu yang berada di bawah sofa.

Mencari posisi senyaman mungkin, tak lupa membuka toples-toples yang berisi camilan yang sudah tersedia di meja tengah dan memakannya.

Terlalu asik memakan camilan, tiba-tiba kakek datang dengan membawa sebuah amplop yang entah berisi apa. 

Ale yang melihat kakeknya itu pun penasaran dengan isi amplopnya. Ia beranjak dari karpet bulu dan duduk di tangan sofa yang diduduki kakek dan bertanya, "Apa tuh, Kek?" tanya Ale. 

Pertanyaan Ale sukses membuat perhatian Alora, Ken, Atlas, dan Abe yang tengah memakan camilan sembari menonton acara televisi teralihkan.

"Mau tau?" tawar kakeknya. 

"MAU!!" jawab kelimanya kompak dengan suara yang nyaring. 

Bunda Atlas dan Teo yang tengah menidurkan Teo di sofa melotot mendengar teriakan mereka. Hampir saja Teo terbangun karenanya. 

Kelima remaja yang tidak menyadari hal itu pun terus menampakkan wajah memohonnya pada kakeknya agar segera memberi tahu isi amplop itu. 

Sebenarnya, mereka tidak harus sepenasaran itu, bisa saja amplop itu berisi sesuatu yang tidak berguna bagi mereka. 

Tetapi ketika kakek membuka amplop itu, wajah mereka berubah mimik. 

Kakek mengeluarkan sepuluh lembar kertas berbentuk persegi panjang yang kemudian dikibaskan layaknya seorang jutawan mengibaskan uangnya. 

Kemudian tak disangka-sangka kakek tertawa dan menepuk wajah terkejut kelimanya bergantian dengan lembaran itu agar mereka tersadar dari keterkejutannya. 

"Mau kemana kita?" tanya Alora setelah sadar dari keterkejutannya. 

"JE-PANG" eja Atlas yang tiba-tiba sudah berada di belakang kakek mengintip isi lembaran persegi panjang yang ternyata adalah tiket pesawat.

Ken yang juga penasaran pun berlari ke belakang kursi kakek. Namun, seketika kakek memasukkan kembali tiket pesawat itu ke dalam amplop. 

"Wait wait wait! Ke Jepang? Siapa yang ke Jepang?" Tanya Ale beruntun dengan semangat. Padahal belum tentu dia yang akan berangkat ke Amerika. 

"Hmm, bentar bentar. Kek, Ken boleh lihat ga sih?" tanya Ken berlutut di depan kakek. 

"Ga boleh!" tolak kakek berniat menjahili cucu-cucunya. 

"Aaaaa, ayolah, Kek, pleasee," mohon Ale dengan raut wajah yang dibuat seimut mungkin. 

Kakek tertawa melihatnya. 

Akhirnya kakek mengambil kembali tiket pesawat yang ia sembunyikan tadi. Kemudian ia berikan pada Abe yang memang sedari tadi hanya bersandar di sofa dengan se-toples wafer cokelat yang ia makan.

Abe yang diberikan lembar tiket pesawat itupun bangkit dan menerima kesepuluh lembar tiket itu. 

Kemudia keempat saudara sepupunya yang lain cepat-cepat mengerubungi Abe. 

Setelah meneliti kesepuluh tiket pesawat itu, kelimanya terkejut bukan main. 

Kesepuluh tiket yang diberikan, mereka bagi sesuai dengan nama masing-masing. 

Dan ternyata masing-masing dari mereka mendapat dua tiket. Satu tiket penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Haneda dan satu tiket lainnya adalah penerbangan dari Bandara Haneda ke Bandara Soekarno-Hatta.

Dapat disimpulkan bahwa mereka mendapat tiket pulang-pergi ke Jepang.

"Kek? Ini beneran?" tanya Ale yang masih tidak percaya.

Belum sempat kakek menjawab, Alora sudah menyela terlebih dahulu, "Ini beneran cuma kita aja yang berangkat?"

Kakek terkekeh melihat respon cucu-cucunya. 

Anggota keluarga lain yang berada di ruang keluarga itupun juga ikut tersenyum. 

"Iya. Kalian kan udah gede, jadi kakek percaya kalo kalian bisa jaga diri sendiri disana," ucap kakek dengan santai. 

"Itung-itung buat latihan hidup sendiri. Jadi nanti waktu kalian kuliah di luar sana, udah gak kaget lagi deh," ucap nenek yang datang dari arah dapur dengan enam gelas susu hangat di nampan yang ia bawa. 

Satu-persatu dari mereka bergantian mengambil segelas susu hangat yang dibawakan oleh nenek dan meminumnya. Sedangkan, satu gelas sisanya adalah milik Teo yang masih terlelap di sofa. 

"Tapi, kapan kita berangkatnya?" tanya Ken sesaat setelah meneguk susu hangatnya. 

Semua anggota keluarga diam mendengar pertanyaan Ale. Sedangkan sepupu-sepupunya masih menikmati susu hangat mereka.

"Gatau ya," respon Ale setelah sekian detik hening menyapa mereka. 

Mereka ternyata masih belum sadar akan kebingungan yang tidak berguna. 

"Kapan berangkatnya, Kek?" tanya Atlas dengan santainya. 

Anggota keluarga yang ada di ruang itu menatap tak percaya pada Atlas. 

Bukannya di tiket itu sudah tertera jadwal keberangkatan mereka? Apakah mereka tidak melihatnya? Barang sekilas saja?

Deheman Abe mengalihkan perhatian mereka. 

Disana memegang dua buah tiketnya dan menggoyang-goyangkannya dihadapan mereka semua. 

Atlas, Ale, dan Alora yang masih belum paham hanya mengangkat kedua alisnya kebingungan. 

Ken yang sadar akan kode Abe segera mengecek tiket miliknya. 

"Eh, tanggal 9 November tuh kapan?" tanya Ken setelah mengecek tiketnya.

Abe yang mendengar pertanyaan Ken pun hanya bisa menepuk jidatnya. 

"Sekarang woyy, sekaranggg," jawab Abe gemas.

"HAH?" bingung ketiga manusia tadi yang masih saja belum sadar akan kelemotannya.

"Apaan, sih yang tanggal 9?"

"Heh! Lo pada ga nyadar apa gimana sih? Di tiketnya kan ada tanggalnyaaa, terus ini tulisannya tanggal 9 November," gemas Ken yang sekaligus belum percaya dengan tanggal yang tertera di tiketnya.

"OIYA! KOK GUE GAK INGET SIH!" heboh Ale akan kelemotannya.

Kemudian mereka serentak melihat pada tiket masing-masing. 

Dan, ya! Di tiket itu tertulis jelas bahwa mereka akan berangkat pada tanggal 9 November jam 21.45 WIB nanti. 

Anggota keluarga lain yang hanya menyimak sedari tadi, akhirnya bisa bernafas lega melihat mereka sudah sadar akan kelemotan mereka.  

"Eh, ini ga salah tanggal apa? Masa kita berangkat hari ini?" tanya Alora.

Kakek yang mendengar itupun terkaget dan bertanya, "Loh, kenapa emangnya kalo berangkat hari ini? Padahal ini niatnya surprise lho, sayang kalo gajadi berangkat."

Alora menggelengkan kepalanya lucu, "Bukan gitu maksud Alo, Kek."

"Kita kan belum beresin perlengkapan yang bakal dibawa ke Jepang. Terus gimana? Masa ga bawa apa-apa," lanjut Alora.

"Itu mah gampang. Semuanya udah tante disiapin. Kalian tinggal berangkat aja," ucap bunda Abe yang sebenarnya adalah orang yang mengurus perlengkapan mereka berlima selama di Jepang. Dan juga orang yang dihubungi bunda sebelum berangkat ke rumah kakek. 

"Hah? Yang bener, Bund?" tanya Abe pada bundanya dengan raut wajah tidak percaya. 

"Iya, dong. Masa wajah bunda keliatan kayak lagi becanda?" jawab bunda. 

Abe hanya mengangguk dengan sedikit ragu. 

"Teruss.... ini beneran berangkat nanti malem? Bukan prank, kan?" tanya Ale yang masih tidak menyangka akan berangkat ke Jepang nanti malam.

"Iyaaaa, ini tuh beneran, bukan prank," ucap bunda Abe.  

"Iya, lagian ngapain kita nge-prank kalian? Kurang kerjaan?" tambah bunda Alora seraya terkekeh pelan. 

Ale hanya mengangguk dengan tersenyum kecil.

"Udaaah, gausah bingung-bingungan lagi. Sana istirahat! Gausah ngapa-ngapain dulu, simpen tenaga kalian buat flight malam nanti!" perintah nenek pada kelimanya. 

Kemudian kelimanya hanya saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang masih tidak percaya. 

"Iya," ucap kelimanya serentak yang kemudian beranjak dari ruang keluarga menuju kamar masing-masing. 

***

Kini waktu sudah menunjukkan pukul enam malam. 

Sehabis melaksanakan Sholat Maghrib mereka berlima berkumpul di ruang tamu sembari menunggu makan malam disiapkan. 

Kali ini, makan malam diadakan lebih awal karena mereka harus cepat-cepat tiba di bandara. 

Yang mereka lakukan di ruang tamu hanyalah bermalas-malasan. Ingin tidur, tapi tidak diperbolehkan oleh kakek. 

Ya, salah siapa? Tadi disuruh istirahat, bukannya istirahat malah rundingan lewat handphone.

Jadi, setelah tadi siang diperintah nenek untuk beristirahat, tentu mereka langsung menuju kamar masing-masing. Namun, yang mereka lakukan bukanlah tidur atau hanya sekedar bersantai. Mereka malah berdiskusi lewat handphone tentang apa yang akan mereka lakukan selama di Jepang nanti. 

Barulah setelah melaksanakan Sholat Dhuhur dan makan siang, mereka tertidur di kamar Atlas sehabis merundingkan perihal perjalanan mereka ke Jepang. 

Karena jengah melihat mereka bermalas-malasan seperti rang yang tidak lagi memeiliki semangat hidup, kakek akhirnya menyuruh mereka untuk memeriksa isi koper yang sudah disiapkan bunda Abe. 

Satu persatu dari mereka mulai membuka koper masing-masing. 

Dirasa sudah sesuai dengan ekspetasi, mereka menutup kembali kopernya. 

Setelah itu mereka menuju ruang makan untuk melaksanakan makan malam bersama-sama. 

***

Setelah melaksanakan makan malam bersama yang disambi dengan pembicaraan hangat, kini tiba waktu untuk kelimanya berangkat menuju bandara. 

"Ini kopernya beneran udah lengkap, kan?" tanya bunda Abe memastikan. 

"Udah tante!!" teriak Ken dan Atlas berbarengan dengan mengangkat jempol. 

"Udah siap semua barang-barangnya? Beneran gaada yang ketinggalan? Paspor? KTP? Tiket? Jangan ada yang ketinggalan!" tanya kakek sekali lagi untuk memastikan 

"Beneran udah siap semua, Kek. Tinggal berangkat aja kita tuh," kali ini Ale lah yang menjawab. 

Yang lain hanya terkekeh melihat betapa semangatnya kelima remaja ini. 

"Yaudah, deh. Kalo udah pada siap, ayo berangkat!" seru ayah Alora yang akan menjadi supir di mobil yang akan kelima remaja ini tumpangi. 

Anggota keluarga yang lain akan menaiki mobil lain untuk menuju ke bandara.

Kemudian mereka memasukkan koper-koper dan bawaan yang lain ke dalam bagasi mobil. Masing-masing dari mereka membawa dua buah koper berukuran sedang dan satu tas kecil yang mereka bawa sendiri. 

Karena semua bawaan mereka tidak muat dalam satu bagasi mobil, akhirnya mereka memasukkan sisa bawaan yang tidak cukup ke bagasi mobil kakek yang memang hanya dinaiki bunda Abe dan bunda Ale. 

Setelah itu mobil yang mereka tumpangi berjalan meninggalkan kediaman kakek untuk menuju ke bandara. 

***

Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta, waktu sudah menunjukkan pukul 19.45.

Mereka tadi sempat mampir ke supermarket untuk membeli makanan ringan sebagai teman saat perjalanan panjang nanti. 

Karena kakek sudah memerintahkan untuk segera masuk ke boarding room, akhirnya mereka bergegas untuk berpamitan pada keluarga masing-masing.

Terlihat kelimanya secara bergantian mengecup pipi Teo yang masih terlelap sejak perjalanan dari rumah kakek ke bandara. 

Seusai berpamitan pada kakek, orang tua, om, dan tante mereka, kini waktunya berpamitan pada Sang Nenek.

"Hati-hati yaa. Jangan lupa istirahat, jangan lupa makan, jangan lupa sholat, jangan lupa sama saudaranya! Jangan sampe ada yang kepisah, jangan berantem. Wajib pulang dalam keadaan selamat dan lengkap!" itulah wejangan yang mereka dapat dari nenek.

Kelimanya terkekeh mendengar nada bicara nenek yang seperti tidak rela melepas kepergian mereka ke Jepang. 

"Iya, Nek. Kita bakalan pulang dengan selamat kok!" ucap Ken.

"Dadah nenek!" pamit Alora mencium tangan neneknya dan memeluknya.

"Nenek juga! Harus sehat, nanti kalo sakit, kita gamau pulang, lho," ucap Ale seraya memeluk neneknya. 

Abe dan Atlas yang sudah pamit dengan nenek dari awal tadi kembali memeluk neneknya bergantian. 

Untuk yang terakhir kali, mereka mengecup pipi tembam Teo yang kini sudah terbangun dari tidurnya.

Setelah puas berpamitan, akhirnya kelima remaja itu melangkah menuju tempat pemeriksaan tiket sebelum masuk ke boarding room. 

Masing-masing tiket dan koper dari mereka berlima diberi stiker, tanda bahwa mereka akan menitipkan sebagian barang bawaan di bagasi pesawat.

Kemudian, setelah mereka berlima lolos dari pemeriksaan tiket, mereka berjalan menuju ke tempat pengecekan tas.

Karena koper-koper sudah mereka titipkan di bagasi pesawat, maka mereka hanya perlu memeriksakan tas yang mereka bawa.  

Perlu menunggu beberapa saat sampai akhirnya barang bawaan mereka berlima dapat diambil kembali setelah diperiksa. Beruntungnya barang bawaan mereka tidak ada yang hilang atau tertukar dengan penumpang lain.

Lolos dari pemeriksaan tiket dan tas, kini waktunya mereka untuk menuju ke boarding room atau ruang tunggu.

Menunggu sekitar kurang lebih 20 menit sampai akhirnya mereka mendengar pemberitahuan bahwa pesawat yang akan mereka tumpangi akan segera tiba. 

Mereka beranjak dari boarding room dan berjalan menuju ke dalam pesawat. 

Sampai di dalam pesawat, mereka segera menata barang bawaan mereka di bagasi kabin atas tempat duduk mereka. 

Selesai menata mereka duduk di tempat masing-masing. 

"Lah, Abe sendirian di belakang?" tanya Alora. 

"Yaiyalah, orang duduknya dua-dua. Lagian tuh anak kan suka menyendiri, iya gak, Be?" Atlas menoleh kebelakang meminta persetujuan Abe. 

"Hmm," sedangkan Abe hanya bergumam, karena sebenarnya ia tidak mendengar apa yang dikatakan Atlas. 

Ale yang berada di dekat jendela memandang ke luar dan mengucap banyak syukur atas apa yang Allah berikan padanya di hari ini dan hari-hari sebelumnya. 

Tak lama kemudian para pramugari di pesawat yang mereka tumpangi berbaris dan menjelaskan prosedur-prosedur selama penerbangan. 

Sesaat setelahnya, pesawat pun lepas landas dan meninggalkan Kota Jakarta untuk menuju ke pemberhentian pertama, yaitu Incheon International Airport di Korea. 

Setelah kurang lebih dua setengah jam transit di Korea, pukul 09.15 esok pagi, mereka akan melanjutkan perjalanan menuju ke pemberhentian kedua, yaitu Kansai International Airport yang berada di Jepang. 

Walaupun sudah sampai di Jepang, tetapi mereka akan tetap melanjutkan perjalan menuju ke pemberhentian terakhir mereka setelah sekitar hampir tiga jam transit di Bandara Kansai, yaitu menuju ke Haneda Airport. 

Sampai di Bandara Haneda, kelima remaja itu meregangkan badannya yang terasa remuk setelah melakukan perjalanan hampir 18 jam lamanya. 

Namun, semua itu lunas terbayar setelah mereka mendapati suasana yang sangat berbeda dari bandara yang mereka singgahi saat ini. 

Benar-benar suasana yang pertama kali mereka rasakan selama hidup mereka. 

"Gilaaa!!! Gue ga nyangka udah ada di Jepang!!" teriak Ale heboh. 

"Hehhh iye!! Gue juga seneng akhirnya turun di bandara lain. Selama ini gue kalo ga di Bandara Soekarno-hatta ya di Juanda, woahh!" kini ganti Ken lah yang berteriak kegirangan sambil sesekali memukul bahu Ale.

"Wahh, bagus bener bandara ini, udah kayak mall. Kudu di foto ini mah," ucap Atlas yang langsung mengeluarkan kamera untuk memotret keadaan Bandara Haneda.

Melihat Alora yang juga sibuk memotret bandara ini, Atlas pun mengarahkan kameranya pada Alora dan memotretnya. 

Di lain sisi, Abe juga sibuk melihat-lihat sekeliling dengan sekali-sekali memotretnya juga. 

Asik menikmati suasana di Bandara Haneda, mereka hampir lupa bahwa saudara kakek yang berada di Jepang akan menjemput mereka. Sampai akhirnya Abe mendapat telepon dari kakek, bahwa mereka sudah ditunggu oleh saudara kakek di depan 

Abe menepuk pundak Atlas yang tidak berhenti memotret. "Kita udah dijemput," ucap Abe pada Atlas yang didengar Alora dan juga Ken. 

"Hah? Oh, jadi dijemput saudaranya kakek yang katanya tinggal di Jepang itu?" tanya Atlas pada Abe. 

"Iyaa."

"Yaudah ayo ke depan!" ajak Alora yang langsung berjalan menuju keluar bandara diikuti Ken, Atlas, dan juga tentunya Abe.

Ale yang masih sibuk dengan handphonenya tidak menyadari bahwa keempat saudaranya sudah meninggalkannya. 

Sampai di depan bandara, keempat remaja itu masih belum menyadari tidak adanya Ale. Mungkin karena mereka sudah terlalu lelah dengan perjalanan 18 jam ditambah mereka harus transit di dua bandar udara.

Sedangkan Ale yang baru tersadar karena tiba-tiba di sekitarnya hening hanya bisa menepuk dahi. 

"Gue ditinggal nih ceritanya?" monolognya. 

Kemudian Ale beranjak membawa kedua kopernya untuk mencari keempat saudaranya.

"Umm, kayaknya gue ke depan aja, deh," akhirnya Ale pun berjalan menuju ke bagian depan bandara mengikuti feelingnya.

Kini, keempat remaja yang sudah berada di depan bandara terlebih dahulu telah menyadari tidak adanya Ale dan akan menelepon Ale. 

Namun ternyata sebelum Alora akan menelepon, seseorang memanggil Abe. 

"Woy, Abe!!" dan ternyata itu adalah Ale. 

Ia melambaikan tangannya dan berlari menuju ke tempat saudara-saudaranya berkumpul dengan dua koper yang ia geret secepat mungkin.

"Ya ampun, Le! Lo kok bisa ketinggalan sih?" tanya Ken yang tadi sangat khawatir setelah menyadari bahwa Ale tidak mengikuti mereka ke depan bandara. 

"Yee, lo pada kali yang ninggal gue," ucap Ale setelah mengatur napasnya yang lebih cepat setelah berlari dengan dua kopernya. 

Alora menyodorkan sebotol air mineral pada Ale yang langsung diteguknya.

"Udah, lain kali jangan sampe ke ulang. Untung Ale baik-baik aj-" belum selesai Abe berbicara, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Atlas sehingga ia terkaget dan terlonjak. 

"Umm, kalian cucunya Raiden, kan?" tanya orang yang menepuk pundak Atlas. 

"Iya, Om?" jawab Atlas sedikit ragu memanggil orang itu dengan sebutan 'om'

"Ah! Kenalkan saya adik Raiden yang paling muda, nama saya Rai, panggil saja om Rai tidak papa karena saya masih belum terlalu tua. Saya disini akan mendampingi kalian mengelilingi beberapa objek wisata di Jepang," ucap Om Rai sangat ramah.

"Oh, iya om. Kenalin saya Atlas," ucap Atlas seraya menyalami om Rai

"Ini Abe," tunjuk Atlas pada Abe yang juga langsung menyalami om Rai

"Ini Ken. Dia anaknya suka bercanda, Om," 

"Halo, Om!" sapa Ken sambil menyalami om Rai.

"Kalo yang lagi kecapekan itu namanya Alessia, panggil aja Ale." 

Ale yang wajah lelahnya sangat kentara menyempatkan untuk menyalami om Rai pula. 

"Terus yang paling cantik itu namanya Alora," Alora yang mendengar ucapan Ken itupun memukul pundak Ken pelan setelah menyalami om Rai. 

"Lo kan emang cantik, Lor," bisik Ken di samping telinga Alora. 

"Apaan sih, Lo! Gue tau kali kalo gue cantik," ucap Alora percaya diri berusaha menyembunyikan ke-saltingannya. 

Apa-apaan ini, Ken?! Alora salting!

"Yaudah, ayo saya antar ke rumah saya buat istirahat. Saya sudah buat jadwal buat wisata kalian di Jepang beberapa hari kedepan. Nanti saya tunjukkan," ucap om Rai yang kemudian berjalan ke tempat ia memarkirkan mobil diikuti kelima remaja itu.

"Wihh, keren banget, Om. Sampe buat jadwal segala," puji Ken dengan mengacungkan jempolnya pada om Rai. 

Sampai di tempat om Rai memarkirkan mobilnya, mereka menganga. 

Mobil yang dibawa om Rai adalah mobil yang ber-merk Pajero!

"Wihh, pajero nih, Bos!" seru Ken pada Atlas. 

"Yoiii! Keren parah, Om! Nanti bisa lah kita pinjem buat jalan-jalan," ucap Atlas tidak punya malu. 

"Hahahaha! Boleh saja, tapi jangan jauh-jauh. Bahaya kalo ketauan polisi."

"Wah! Beneran nih, Om?" tanya Atlas tidak percaya. Padahal niatnya hanya bercanda saja nanti. 

Om Rai hanya mengangguk sambil membuka bagasi belakang mobilnya. 

Mereka mulai memasukkan kopernya satu persatu. Koper sisa yang tidak cukup dimasukkan di bagasi belakang, ditaruh di ruaang yang tersedia di kursi paling belakang. 

Selesai merapikan koper, mereka memasuki mobil. 

Abe berada di samping om Rai yang akan mengemudikan mobil. Alora berada kursi baris tengah dengan Ken dan Ale yang berada di samping-sampingnya. Sedangkan, Atlas ditemani koper-koper sisa yang tidak cukup ditaruh di bagasi belakang mobil. 

Di perjalanan mereka menikmati pemandangan di Kota Tokyo di sore hari ini. 

Sesekali mereka mengabadikan pemandangan itu dan membagikannya di media sosial mereka. 

***

Sampai di rumah om Rai, mereka disambut dengan istri om Rai, bibi Chiharu, yang sedang memasak makanan untuk makan malam nanti. 

Rumah om Rai tidak terlalu besar, namun terasa sangat luas karena tidak banyak barang yang ada di rumah ini. 

"Kalian istirahat dulu diatas. Nanti kalau sudah waktunya makan malam, om panggil," ucap om Rai. 

"Oke, Om!" jawab Ken mewakili emuanya. 

Mereka menaiki tangga dan sampai di lantai atas. Ternyata di lantai sini tidak ada tembok pemisah, hanya sebuah ruangan luas dengan enam futon yang ditempatkan tepat ditengah-tengahnya. 

Futon adalah kasur lipat tradisonal khas Jepang. 

Setelah itu mereka menata koper-kopernya. Karena tidak ada lemari, akhirnya mereka hanya membuka koper mereka dan menatanya di sudut ruang luas itu. 

Setelah menata koper-koper mereka, yang tentu sesuai dengan arahan Alora agar terlihat rapi, mereka menge-charge handphone dan merebahkan diri di futon masing-masing. 

***

Selesai membersihkan diri, Alora dan Ale menuruni tangga menuju ke ruang makan untuk melaksanakan makan malam dengan keluarga om Rai. 

Perlu diketahui, om Rai memiliki satu anak lai-laki yang usianya baru menginjak usia yang ke-6 tahun. Hanya berbeda sekitar 3 tahun dengan kelima remaja asal Indonesia itu. 

Sampai di ruang makan, sudah ada Ken, Abe, dan Atlas yang tengah berbincang santai dengan om Rai. 

Kemudian Alora duduk di sebelah Ken yang berhadapan dengan Abe dan Atlas. Sedangkan Ale duduk di samping Atlas. 

Anak om Rai yang baru datang langsung mendudukkan diri di samping Alora. Tersisa satu kursi yang akan ditempati oleh istri om Rai. 

Selesai menghidangkan makanan, istri om Rai duduk di sisi meja yang lain, yang berhadapan dengan om Rai. 

Makan malam pun dimulai dengan tenang. 

Sesekali mereka memuji makanan bibi Chiharu yang sangat enak. Sesekali pula mereka belajar mengenai bahasa Jepang dari bibi Chiharu yang memang orang asli Jepang. 

Seusai memakan makanan utama, bibi Chiharu menghidangkan puding coklat sebagai makanan penutup. 

Setelah acara makan malam usai, mereka berkumpul sebentar di ruang keluarga, bercerita tentang keadaan keluarga di Indonesia dan banyak cerita random yang mereka bahas. 

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, om Rai menyuruh mereka untuk langsung istirahat agar besok pagi mereka bisa langsung memulai perjalanan wisata mereka di Jepang. 

Anak om Rai, Keiro yang biasa dipanggil Kei, juga ikut menaiki tangga karena akan bergabung tidur di futon yang sudah disediakan tadi. Itulah kenapa futon yang ada diatas berjumlah enam buah. 

Sampai diatas mereka langsung bergantian ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Baru setelahnya mereka merebahkan tubuh di futon dan menutup mata untuk menggapai alam mimpi mereka. 

Saat akan mencapai alam mimpi, Ken yang tidur di futon paling ujung dekat jendela terbangun karena mendengar langkah kaki seseorang. 

Ia hanya berani membuka matanya sedikit dengan tubuh yang sedikit bergetar karen ketakutan.

Tangannya berusaha meraih tubuh Atlas yang terlihat sangat nyenyak tidurnya. Namun, itu semua sia-sia karena Atlas hanya diam saja tidak bergerak. 

Sesaat setelahnya, lampu tiba-tiba mati dan itu membuat Ken semakin takut dibuatnya. 

Tidak tahan lagi karena mendengar langkah kaki, ia pun mencubit keras lengan atas Atlas yang terlihat semakin nyenyak. 

Atlas terlonjak kaget sampai terbangun merasakan cubitan yang amat keras dari Ken. Ia menatap kesal Ken yang memasang wajah melasnya. 

"Napa?!"

"Ada suara langkah tadi, terus tiba-tiba lampunya mati," ucap Ken menjelaskan ketakutannya.

Atlas pun kaget dan baru sadar kalau memang ruangan ini jadi lebih gelap karena lampu yang dimatikan. 

Menoleh ke samping kanan membelakangi Ken, ia menemukan Kei yang masih terjaga dengan handphone di tangannya. 

"Kamu ngapain?" tanya Atlas pada Kei. 

Ken yang mendengar Atlas bertanya pada seseorang sambil membelakanginya pun menegakkan tubuhnya. Ia kaget dengan Atlas yang tiba-tiba bertanya. Takutnya Atlas sedang bertanya pada hantu?

Kei yang fasih berbahasa Indonesia pun menjawab pertanyaan Atlas yang ditujukan padanya, "Lagi main game."

Ken memiringkan kepalanya untuk melihat dengan siapa Atlas berbicara. Dan ternyata adalah Kei, bukan hantu. Ia mengelus dadanya lega.

Tiba-tiba Kei berucap, "Um, tadi lampunya aku matiin, gapapa kan, Kak?"

"Oh, kamuu yang matiin lampu? Kaget tau, kakak kira hantu," ucap Ken cepat.

"Hehehe habisnya aku liat kakak udah pada tutup mata semua, tidur."

Atlas langsung kembali merebahkan tubuhnya dan kembali mengejar alam mimpinya yang sempat terjeda tadi. 

"Yaudah kamu cepet tidur! Gak baik main hp lama-lama kalo malem itu," pesan Ken pada Kei. 

Setelahnya ia ikut merebahkan tubuhnya dan mengikuti jejak Atlas yang sudah mencapai alam mimpinya. 

Tidak lama kemudian, Kei yang sudah selesai dengan handphonenya juga ikut tidur disamping kanan Atlas.

***

Pagi hari seusai sarapan, mereka berlima bersama dengan om Rai dan juga Kei tengah bersiap untuk melakukan perjalanan mengelilingi Jepang di hari pertama. 

Sesuai dengan jadwal yang telah dibuat om Rai, di hari pertama ini mereka akan mengunjungi Tsukiji Honganji, kuil unik yang terletak di dekat pasar ikan. 

Setelah berpamitan dengan bibi Chiharu, mereka menaiki mobil pajero milik om Rai yang kemarin mereka naiki saat menuju ke rumah om Rai dari Bandara Haneda. 

Selama perjalanan menuju kuil, mereka bernyanyi, bercerita, bahkan belum sampai di tempat tujuan mereka sudah memakan bekal yang disiapkan oleh bibi Chiharu. 

Tak lupa Atlas mengambil beberapa foto dan juga video di perjalanan pertama mereka di Jepang. 

Pemandangan ibukota Jepang memang tidak main-main. Lalu lalang kendaraan dan juga orang-orang yang menyebrang jalan sangat memanjakan mata. 

Gaya arsitektur khas Jepang yang sangat disukai Alora membuatnya tidak tahan untuk tidak mengabadikannya. 

"Masih lama apa, Om?" tanya Ale yang kini duduk di depan bersama om Rai.  

"Bentar lagi sampai, Kak," bukan, bukan om Rai lah yang menjawab, melainkan Kei yang berada di barisan belakang bersama Ken dan Alora. 

Mereka sedang sibuk bermain kartu uno bersama-sama, namun Kei masih sempat menyahut pertanyaan dari Ale. 

"Heh, nyaut aja kamu di belakang," canda Ale dengan kekehan manisnya. 

Kei hanya bergumam dan melanjutkan permainan kartunya. 

Tak berselang lama, kini mereka telah sampai di Tsukiji Honganji. 

Dari depan, bangunan kuil ini tidak terlihat seperti kuil pada umumnya. Bahkan dari bagian depannya saja lebih terlihat seperti istana.

Mereka melangkah melewati pagar dan memasuki kuil itu setelah om Rai memarkirkan mobil. Hal pertama yang mereka lihat adalah luasnya halaman kuil ini. 

Bahkan saking luasnya, mereka bisa memotret keseluruhan bagian depan kuil tanpa harus mencari spot yang tinggi, yang biasa dilakukan ketika akan memotret objek yang luas. 

"Gila! Luas bingittt parah," heboh Ale yang langsung mengeluarkan handphonenya untuk mengabadikan momen. 

Kei yang sudah tidak sabar untuk masuk ke bagian dalam kuil langsung menarik tangan Ale dan Ken yang masih sibuk memotret. 

"Eh, eh, eh, bocil! Jangan buru-buru, dong!" Kei tidak peduli dengan teriakan Ken dan tetap menarik tangan Ale dan Ken sekuat tenaga. 

Ale hanya bisa tertawa melihat tangannya yang ditarik Kei menaiki tangga dan masuk ke dalam kuil.

Di belakang mereka, Abe, Alora, Atlas, dan juga om Rai hanya terkekeh melihat kelakuan Kei yang menggemaskan. 

***

Setelah puas mengelilingi kuil Tsukiji Honganji, mereka beralih menuju Ginza, pusat perbelanjaan yang identik dengan bangunan yang terletak di sudut jalan dekat persimpangan itu. 

Rencananya mereka akan melaksanakan makan siang disana. Bekal yang mereka bawa sudah habis ditengah jalan, jadi mau tidak mau mereka harus mencari tempat untuk makan siang. 

Sesampainya di Ginza, mereka segera menuju ke salah satu restoran shabushabu yang sudah mereka sepakati di perjalanan tadi. 

Setelah itu mereka turun dari mobil dan masuk kedalam restoran. 

Mereka berlima dan juga Kei berjalan menuju meja, sedangkan om Rai izin ke toilet sebentar.

Mereka memesan makanan sesuai dengan keinginan mereka. 

Sedikit repot mengatasi Kei yang ketika melihat satu menu menarik langsung meminta pelayan untuk mencatat menunya. 

Setelah sedikit berdebat dengan Kei perihal menu, akhirnya mereka selesai juga memesan makanan. Tak lupa, mereka juga memesankan makanan untuk om Rai. 

Tak lama berselang, makanan pun tiba berbarengan dengan om Rai yang sudah selesai dari toilet.

Mereka pun mulai menyantap makanan yang sudah mereka pesan tadi. 

Seusai menyelesaikan makan siang ini, mereka akan melanjutkan perjalanan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat om Rai. 

Dan ternyata objek wisata selanjutnya yang akan mereka kunjungi adalah Tokyo Station. 

Sebuah stasiun kereta api yang sangat luas. Tidak hanya menjadi stasiun kereta, tetapi di dalamnya juga terdapat fasilitas publik, seperti restoran dan juga tempat perbelanjaan.

Rencananya mereka akan berjalan-jalan dan juga berbelanja di Pokemon Store yang ada di Tokyo Station nantinya.

Sampai di Tokyo Station, mereka berhambur masuk dan berusaha mencari Pokemon Store tanpa menunggu om Rai, Ken, dan Atlas yang sedang memesan puding cokelat di salah satu stand.

Menyelusuri barisan toko demi toko, sampai akhirnya Kei yang melihat Pokemon Store terlebih dahulu berteriak. 

"KAK! ITU POKEMONNYA!!" teriakan cempreng Kei mengundang perhatian beberapa pengunjung. Pasalnya Kei berteriak dengan bahasa Indonesia, sedangkan sekarang mereka sedang berada di Jepang.

Alora dan Abe hanya bisa menepuk jidat dan menahan malu.

Sedangkan Ale yang mendengar teriakan Kei langsung berlari menuju Pokemon Store itu mendahului larian kecil Kei. 

Sesampainya didalam toko, Ale langsung mengambil beberapa souvenir bertemakan pokemon yang menarik perhatiannya.

Sama dengan yang Ale lakukan, Kei juga mengambil beberapa boneka dari yang berukuran kecil sampai boneka berukuran besar yang dipajang di bagian atas rak.

Selesai memilih-milih souvenir, Ale yang melihat Kei membawa tiga buah boneka pun bertanya, "Hey! Kamu mau beli ini semua?"

"Iya, dong!"

"Siapa yang bakal bayarin? Papa kamu belum kesini." Kei menoleh ke sekitar dan tidak menemukan papanya. Di depan toko ini hanya ada Alora dan Abe yang menunggu mereka.

"Umm, gimana kalo kakak aja yang bayarin?" jawab Kei dengan wajah yang imut.

Ale yang tadi sudah berniat akan membelikan Kei boneka pun mengambil semua boneka yang ada di tangan Kei dan berjalan menuju kasir. 

Seusai membayar, Ale memberikan paper bag yang berisi tiga buah boneka pada Kei yang terlihat sangat senang. 

Setelah berbelanja di Pokemon Store kini mereka akan menuju tempat om Rai memarkir mobil. Disana sudah ada om Rai, Ken, dan Atlas yang menunggu mereka.

Tadi om Rai menelepon Abe, bahwasanya sore ini langit tiba-tiba menggelap, tanda akan turun hujan. Jadi mereka harus segera pulang.

Sesampainya di parkiran mobil, mereka berempat mencari mobil pajero milik om Rai sesuai dengan arahan om Rai dari telepon tadi. 

Om Rai yang berada di dalam mobil dikagetkan dengan Ken yang berteriak setelah melihat Alora yang tengah mendongakkan kepalanya berusaha mencari mobil om Rai. 

Karena sudah gerimis, om Rai menyalakan mesin mobil dan menyuruh ketiga remaja yang bersama anaknya diam ditempat mereka sekarang, karena om Rai yang akan melajukan mobilnya ke tempat mereka. 

Sudah lengkap di dalam mobil semua, om Rai melajukan mobilnya membelah jalanan. 

Di saat hampir sampai di rumah, tiba-tiba hujan deras mengguyur. 

Sampai di depan rumah, om Rai membunyikan klakson dua kali dan tidak lama kemudian bibi Chiharu keluar pagar menggunakan payung dan membawa dua payung di tangannya. 

Kemudian mereka memasuki rumah bergantian menggunakan payung yang dibawakan bibi Chiharu. 

***

Usai membersihkan diri, kini pada pukul 16.30 waktu Tokyo, kelima remaja itu sedang bersantai-santai di rooftop rumah om Rai yang teduh dengan melihat pemandangan hujan yang mengguyur kota ini. 

Terlihat beberapa gedung-gedung tinggi yang ada di Kota Tokyo ini. 

Tiba-tiba bibi Chiharu datang dengan membawa lima cangkir cokelat hangat untuk mereka. 

"Wah, kalian lagi santai-santai ya?" tanya bibi Chiharu basa-basi sambil menghidangkan cokelat hangat yang ia buat. 

Kelima remaja dan bibi Chiharu pun meminum cokelat hangat itu dan berbincang hangat. Sedangkan om Rai sedang menemani Kei bermain di lantai bawah.

***

Hari kedua di Jepang

Setelah menyelesaikan sarapan bersama, mereka kini berjalan--jalan mengelilingi taman yang berada di belakang rumah om Rai dengan Kei yang memandu mereka.

Selama berjalan menuju taman, Kei dengan semangat menunjukkan beberapa rumah yang tetangga yang dikenalinya. 

Puas berkeliling di taman, mereka pulang ke rumah dan sampai tepat pada pukul 10.00. 

Sesuai jadwal di hari ini, mereka akan mengunjungi Shibuya yang terkenal akan persimpangan scramble yang menjadi persimpangan jalan terpadat di dunia. 

Persimpangan itu bahkan menghubungkan lima ruas jalan sekaligus. 

Setelah mengunjungi Shibuya mereka berencana untuk berangkat menuju Kyoto pada pukul 16.00 nanti. 

Selesai mempersiapkan keperluan yang akan mereka bawa, mereka langsung menuju ruang tamu untuk menunggu om Rai yang sedang membeli snack di supermarket sekaligus mengisi bensin.

Tak lama kemudian, terdengarlah suara klakson mobil yang sepertinya adalah om Rai. 

Bibi Chiharu langsung beranjak keluar untuk memastikan. 

Setelah memastikan bahwa itu adalah suaminya, bibi Chiharu kembali ke ruang tamu dan mengajak kelima remaja itu dan Kei untuk beranjak menuju mobil. 

Di perjalanan menuju Shibuya mereka habiskan dengan bercerita dan bermain kartu seperti yang mereka lakukan di perjalanan sebelumnya. 

Karena sekarang bibi Chiharu ikut, beliaulah yang duduk di samping suaminya. Sedangkan di barisan tengah, ada Alora yang berada diantara Ale dan Ken. Barisan paling belakang ditempati oleh Kei, Abe, dan Atlas. 

Asik bermain kartu dan sesekali bercanda, mereka tidak sadar kalau mereka sudah tiba di persimpangan scramble shibuya. 

Bibi Chiharu memberitahu mereka dan menawari mereka, "Ini kita sudah sampai di persimpangan Shibuya, kalian mau jalan-jalan naik mobil atau jalan kaki saja?"

"Eh, jalan kaki aja, Bibi!" yang lain pun mengangguk menyetejui ucapan Ken. 

Kemudian, om Rai memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. 

Selesai om Rai memarkirkan mobil, mereka turun dari mobil dan mulai berjalan di trotoar. 

Tujuan pertama mereka adalah mencoba untuk menyebrang di persimpangan jalan ini. 

Mereka bolak-balik menyebrang dari ujung sana ke ujung sini dengan sesekali mengambil video ketika sedang menyebrang. 

Tante Chiharu dan om Rai yang tidak mampu mengikuti mereka bolak-balik menyebrang, memutuskan untuk menunggu mereka di salah satu mall yang ada di sekitar sana. 

Setelah puas menyebrangi persimpangan jalan itu, mereka memasuki kawasan mall yang om Rai katakan tadi dan menuju ke salah satu restoran tempat dimana om Rai berada.

"Ini restoran kalo diubah ke Bahasa Indonesia jadi burger gendutt, dong? Hahaha," ucap Atlas setelah melihat nama restorannya. 

"Hahaha iya, gimana ya burger gendut itu? Eh apa jangan-jangan maskotnya bentuk burger gendut lagi?" ucap Ale dengan pikirannya yang random. 

"Woy! Buru cari maskotnya, kali aja ada, terus bentukannya kayak burger gendut lagi. Wajib foto bareng kalo beneran ada."ucap Ken yang sangat suka berfoto dengan sesuatu yang random.

"Apaan coba? Random banget, gajelas," ucap Alora yang jengah dengan pembahasan random mereka. 

Sampai di dalam restoran mereka duduk di meja yang sudah ditempati om Rai terlebih dahulu sejak tadi. 

Karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, mereka akan sekalian melaksanakan makan siang di restoran ini. 

***

Seusai mengunjungi Shibuya dan makan siang di restoran 'burger gendut' tadi, mereka memutuskan untuk kembali kerumah untuk membereskan beberapa barang yang akan mereka bawa selama 3 hari di Kyoto. 

Tentunya mereka tidak akan membawa semua isi koper yang mereka bawa. 

Sesuai dengan perintah bibi Chiharu untuk membawa dua koper untuk mereka berlima, kini mereka sudah siap dengan dua buah koper yang berisi perlengkapan kelimanya. 

Untuk perjalanan menuju Kyoto, mereka akan menaiki kereta Shinkansen yang merupakan kereta cepat yang terkenal di Jepang. 

Perjalanan menuju Kyoto akan menghabiskan sekitar 2 jam, yang berarti mereka akan tiba sekitar pukul 18.00 waktu setempat. 

***

Satu jam yang lalu mereka telah sampai di Kyoto. Dan kini mereka sedang menginap di salah satu hotel dekat objek wisata yang akan mereka kunjungi esok. 

Untuk malam ini mereka hanya akan beristirahat di kamar masing-masing. 

Ken, Abe, Atlas, dan juga Kei berada dalam satu kamar sesuai dengan keinginan Kei yang meminta tidur bersama ketiga sepupu laki-laki Alora dan Ale. Alora dan Ale sendiri berada dalam satu kamar yang sama. Dan kamar lainnya ditempati oleh om Rai dan bibi Chiharu.

***

Siang ini, mereka telah memasuki hari ketiga di Jepang. 

Rencana yang sudah disepakati, mereka akan mengunjungi Kyoto Aquarium. 

Mereka telah menyewa mobil semalam, yang juga digunakan untuk transportasi dari stasiun menuju hotel tadi malam. 

Di Kyoto Aquarium nanti, mereka akan melihat beberapa spesies hewan air maupun darat yang ada disana. 

Setelah bersiap-siap, mereka berkumpul lobby hotel seperti yang diperintahkan om Rai. 

Sebelum memulai perjalanan menuju Kyoto Aquarium, mereka telah melaksanakan sarapan di restoran hotel. 

Seusai sarapan, mereka langsung menuju ke mobil yang sudah menunggu di depan lobby. Tentu dengan om Rai yang mengendarainya. 

***

"Yeayy!! Kita sampee!!" girang Kei setelah membaca tulisan besar 'KYOTO AQUARIUM' yang terletak di bagian depan bangunan itu. 

Saat memasuki akuarium, hewan pertama yang mereka temukan adalah salamander raksasa yang berasal dari Kamogawa. 

Akuarium ini memiliki semua jenis ikan air tawar maupun air asing yang dapat ditemukan di sekitar Kyoto. 

Setelah melihat beberapa spesies yang ada di akuarium ini, mereka tersadar betapa kayanya air Kyoto ini. 

Selain spesies ikan, mereka juga menemukan penguin yang mereka yakin bahwa penguin itu tidak berasal dari Jepang. 

Akuarium satu ini sangat bersih dan terawat dengan baik. Selain untuk objek wisata, akuarium ini juga dapat mengedukasi tentang beberapa spesies hewan.

Puas berkeliling di Kyoto Aquarium, sekarang waktunya mereka untuk kembali ke hotel untuk beristirahat. 

Nanti sore mereka akan melanjutkan perjalanan ke Kyoto Tower, untuk sekaligus makan malam dan menginap disana. 

***

"Lo capek, gak?" tanya Ale pada Atlas yang berada di sampingnya. 

Petang ini, Alora dan Ale sedang berkumpul di kamar yang ditempati oleh empat laki-laki ini. 

"Ngga, sih. Gue mah, kapan pernah capek?" jawab Atlas yang memang tidak merasakan lelah sama sekali. 

"Iya, deh, yang gak pernah capek," semua tertawa mendengar ucapan Ale.

Om Rai dan bibi Chiharu sedang berkeliling Kyoto sebentar untuk menidurkan Kei yang sejak tadi tidak mau tidur, barang sebentar saja. 

Bibi Chiharu khawatir jika Kei kelelahan dan jatuh sakit, jadi mereka berusaha membuat Kei tertidur dengan mengajaknya jalan-jalan sebentar. 

Telepon Abe tiba-tiba berdering, menunjukkan nama om Rai yang meneleponnya. 

Setelah mengangkat telepon, Abe mengatakan bahwa om Rai menyuruh mereka segera bersiap-siap karena sebentar lagi mereka akan berangkat menuju Kyoto tower untuk makan malam sekaligus menginap. 

Usai bersiap, mereka berjalan menuju depan lobby yang disana sudah ada mobil yang dikendarai om Rai. 

Mereka memasukkan barang-barang ke bagasi perlahan, takut membangunkan Kei yang tertidur pulas di baris tengah kursi mobil. 

Selesai menata barang di bagasi, bibi Chiharu datang dari arah dalam mobil membawa barang-barangnya. 

Ken dan Abe pun membantu bibi untuk memasukkan barangnya ke bagasi mobil. 

Sedangkan, Atlas yang akan menaiki mobil jadi ragu, ia pun bertanya pada om Rai, "Om, ini masuknya gimana? Ada Kei," tanya Atlas pada om Rai. 

Om Rai menepuk kepalanya pelan, "Oh, iya, bentar om gendong dulu."

Selesai menggendong Kei, om Rai mempersilakan Atlas untuk masuk kedalam mobil, dan disusul yang lainnya. 

Setelah semua siap, om Rai memberikan Kei pada istrinya dan memasuki mobil yang kemudian melajukan mobilnya ke Kyoto tower. 

Di tengah perjalanan, bibi Chiharu di telepon oleh kerabatnya. 

Saat menerima telepon bibi chiharu terlihat sangat khawatir sampai-sampai menggigit kukunya.

Tak lama kemudian suara isakan keluar dari bibir bibi Chiharu. 

Om Rai yang sudah sangat penasaran sekaligus khawatir pun hanya bisa menunggu bibi Chiharu menyelesaikan teleponnya. 

Setelah menutup telepon, bibi Chiharu terlihat berbicara sesuatu dengan om Rai dalam bahasa Jepang. 

Om Rai yang selesai mendengarkan cerita bibi Chiharu pun seperti memikirkan sesuatu, sampai akhirnya om Rai mengeluarkan suara. 

"Kalian bisa ngga kalau kita tinggal?" tanya om Rai akhirnya. 

Mereka berlima yang bingung dengan pertanyaan om Rai pun bertanya diwakilkan oleh Ken, "Maksudnya, Om?"

"Adik bibi Chiharu terkena kecelakaan barusan. Jadi, kita harus kembali ke Tokyo secepatnya. Kalian masih mau berada di Kyoto dan mengelilingi Kyoto, kan? Masih tersisa dua hari disini, kalian habiskan tanpa kami, ya? Sehabis dua hari nanti, kalian pulang ke Tokyo naik Shinkanse, tiketnya nanti om belikan. Kalian bisa telepon saya kalau ada apa-apa, bagaimana?"

"Oh, gapapa, om. Kita bisa kok, insyaallah," jawab Abe . 

"Yasudah, om antar kalian ke Kyoto tower dulu sekarang. Untuk transportasi besok, kalian bisa pakai yang ada di sekitar, ya. Semoga kalian bisa menjaga diri."

"Santai, om! Kita mah udah biasa hidup sendiri, cuci baju sendiri, makan sendiri, apa-apa sendiri, ya, gak?" Alora langsung mencubit Ken yang berada di sampingnya. Bisa-bisanya bercanda disaat seperti ini. 

Sampai di Kyoto tower, bibi Chiharu meminta maaf pada kelimanya karena harus pulang terlebih dahulu. 

Sebagai bentuk permintaan maaf, bibi Chiharu memberi beberapa lembar uang untuk mereka selama dua hari di Kyoto nanti. 

Setelah berpamitan, mobil om Rai melaju meninggalkan mereka. 

Kini mereka berlima akan menjalani hari-hari di Kyoto sendiri tanpa pengawasan oarang dewasa. 

Mereka berharap dapat menjalani dua hari di Kyoto ini dengan lancar. 

***

Mereka kini tengah berkumpul di salah satu restoran yang ada di Kyoto tower untuk makan malam. 

Rencananya, sehabis makan malam mereka akan menuju lantai paling atas untuk menikmati pemandangan malam Kota Kyoto. 

Dan, kini tibalah waktu dimana mereka telah berada di balkon tempat orang-orang menikmati pemandangan Kota Kyoto dari atas.

Mereka terpukau dengan pemndangan yang sangat memukau. 

Dari atas sini mereka dapat melihat lampu-lampu bangunan yang dipadukan dengan gelapnya malam. 

Banyak gambar, bahkan video yang mereka ambil dari atas sini. 

Bahkan mereka tak bosan untuk mengabadikan objek yang sama berkali-kali. 

Setelah puas memandangi pemandangan ini, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. 

Tak terasa, besok adalah hari keempat mereka berada di Jepang. Yang artinya tersisa beberapa hari lagi sampai tiba kepulangan mereka ke tanah air. 

***

Hari keempat telah tiba. 

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, tetapi kelima remaja ini masih tertidur pulas. Yang biasanya pagi-pagi pintu kamar sudah diketuk bibi Chiharu untuk membangunkan mereka, kini tidak ada yang membangunkan mereka. 

Sampai pukul 10.00 pun belum ada yang terbangun dari tidurnya. 

Pada pukul 10.23 akhirnya Ken terbangun dari tidurnya karena merasa ingin ke toilet. 

Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Ken pun membangunkan saudara-saudaranya. 

Selesai membangunkan kedua saudaranya, Ken terkejut setelah melihat jam di handphonenya. 

"Woy!! Udah jam sepuluh, gilak!" kaget Ken. 

"Hah?" Abe dan Atlas yang masih mengumpulkan nyawanya sehabis tidur masih belum paham dengan perkataan Ken. 

"Udah jam sepuluh! Mau jam setengan sebelas malah. Tuh ciwi-ciwi udah bangun belum, ya?" ucap Ken yang langsung beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar meninggalkan Abe dan Atlas yang masih mengumpulkan nyawanya, untuk memeriksa kedua sepupu perempuan kesayangannya. 

Tok tok tok

"Al? Alora? Ale?" percobaan pertama masih belum terjawab. 

"Alora!! Ale!! Bangun!!" percobaan kedua dengan suara yang lebih keras dan ketukan pintu yang lebih keras ternyata membuahkan hasil. 

"YAAA!!" terdengar teriakan Alora dengan suara seraknya. 

Kemudian Alora membuka pintu kamar dan melihat Ken yang berada di depan kamarnya. 

"Udah jam sepuluh, mending hari ini gausah kemana-mana, diem aje disini santai-santai sambil makan apa gitu. Lagian udah males banget," tawar Ken melihat wajah Alora yang masih mengantuk

"Hmm, iya dah, terserah," jawab Alora lemas.

Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak kemana-mana di hari keempat ini.

***

Sore ini langit berubah menjadi gelap dan angin menjadi lebih dingin. Sepertinya akan turun hujan lebat nantinya, untuk itu kelima remaja yang sedang berkumpul di kamar Ale dan Alora menggunakan baju yang tebal. 

Dari pagi sampai sekarang, yang mereka lakukan hanyalah tidur, makan, menonton tv, bermain kartu, berfoto, dan mengotak-atik handphone. Berulang kali mereka mengulangi kegiatan itu. 

Karena sudah terlanjur malas untuk berjalan-jalan, apalagi dengan cuaca yang dingin ini, mereka hanya diam di kamar.

Sampai malam pun telah tiba, mereka tetap bertahan di dalam kamar. 

Diluar sana, hujan deras lagi-lagi mengguyur Jepang. 

Mereka memutuskan untuk makan malam dengan menyeduh mie instan di dalam kamar. 

Sambil menonton film di tv kamar, mereka memakan mie instan dengan tenang. 

Tak terasa pula, mie instan mereka telah habis. Namun, mereka tetap melanjutkan menonton film yang akhirny selesai pada pukul 20.33

Ketiga remaja laki-laki itu pun pamit untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat. 

Tepat pada pukul 21.00 masing-masing dari kelimanya sudah masuk kedalam alam mimpi mereka. 

***

Pagi ini, tidak seperti kemarin, mereka bangun lebih awal karena mereka sudah menyalakan alarm sebelum tidur tadi malam. 

Namun, walaupun tidak sesiang kemarin, mereka tetap saja bangun pada pukul 09.00. Sedikit lebih pagi dari kemarin.

Hari ini, sesuai jadwal, mereka akan kembali ke Tokyo setelah hanya mengunjungi Kyoto Aquarium dan Kyoto tower di Kyoto ini. 

 Di tiket kereta shinkansen yang telah dipesan oleh om Rai tertulis bahwa mereka akan berangkat dari Kyoto pukul 11.15 dan sampai di Tokyo pada pukul 13.30. 

Dan kini mereka tengah bersiap menuju stasiun kyoto. 

Setelah selesai membereskan barang-barangnya, mereka berkumpul di restoran untuk sekalian sarapan sebelum berangkat ke stasiun. 

Selesai sarapan, mereka berjalan kaki menuju stasiun Kyoto yang tidak terlalu jauh. 

Sesekali mereka memotret jalan raya yang mereka lalui dengan berjalan kaki. 

Sampai di stasiun, waktu menunjukkan pukul 10.55 yang mana dua puluh menit lagi kereta mereka akan segera berangkat. 

Setelah memasuki kereta, mereka duduk di kursi masing-maasing dan menikmati perjalanan kembali menuju Tokyo. 

***

Sampai di stasiun Tokyo sesuai jadwal, yaitu pukul 13.30.

Mereka melangkah ke depan stasiun Tokyo, katany om Rai sudah menunggu mereka. 

Dan ternyata benar, disana ada om Rai dan Kei yang sedang menunggu mereka. 

Setelahnya mereka masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju menuju rumah om Rai. 

***

Setelah menceritakan pengalaman di Kyoto kemarin, om Rai tertawa mendengar cerita mereka yang memutuskan tidak kemana-mana karena malas sudah terlambat bangun. 

Dan pada malam ini, om Rai sudah merencanakan untuk tidak kemana-mana karena bibi Chiharu sudah memasakkan banyak makanan untuk makan malam nanti. 

Bibi Chiharu yang sudah selesai memasak lebih cepat karena dibantu dengan Alora dan Ale pun memanggil para lelaki yang tengah mengobrol di ruang keluarga. 

Kemudian mereka makan malam di meja makan yang sudah penuh dengan berbagai masakan khas jepang. 

Seusai makan malam, mereka hampir tidak bisa berdiri karena terlalu kenyang memakan banyak makanan. 

Akhirnya, untuk beberapa saat mereka hanya berdiam di meja makan, membiarkan makanan mereka turun ke perut terlebih dahulu. 

Setelah dirasa sudah bisa berdiri, mereka beranjak menuju lantai atas karena Kei yang mengajak bermain kartu. 

Mereka memainkan kartu sampai beronde-ronde, hingga akhirnya om Rai menyuruh mereka menyudahi permainan itu. 

Usai merapikan kartu, mereka membersihkan diri dan mulai merebahkan diri di futon yang sudah dua hari ini tidak mereka gunakan. 

Tak lama kemudian suasana rumah pun berubah senyap karena penghuninya sudah pada tertidur. 

***

Keesokan paginya, setelah mereka melakukan jogging di sekitar taman dekat rumah om Rai, mereka melakukan sarapan secara outdoor, yaitu di rooftop rumah om Rai. 

Mereka menyelesaikan sarapan pagi yang istimewa ini pada pukul 09.00. 

Nanti siang rencananya om Rai akan mengajak mereka berkunjung ke Ueno Park dan Tokyo Skytree. 

Dan pagi ini mereka habiskan dengan bermain dan bersantai di rumah saja.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. 

Mereka akan segera berangkat menuju Ueno Park yang identik dengan pepohonan dengan daun oranye dimusim gugur bulan November ini. 

Sesampainya di Ueno Park, mereka langsung disuguhkan dengan lebatnya daun oranye yang berguguran dari pohon-pohon.

Bahkan jalan yang berada diantara pohon-pohon itu hampir penuh dengan dedaunan. 

Mereka berjalan-jalan mengelilingi taman itu. 

Tak lupa mereka mengabadikan momen yang jarang sekali terjadi di Indonesia. 

Sebelum akan meninggalkan taman ini, mereka meminta tolong pada pengunjung lain untuk mengambil foto mereka bersama di jalan yang berada diantara pepohonan tadi. 

Selesai menikmati suasana di taman Ueno, di pukul 15.45 ini mereka meninggalkan taman Ueno dan menuju ke tempat terakhir yang akan mereka kunjungi di Jepang, yaitu Tokyo skytree yang merupakan menara tertinggi di dunia. 

Sampai di Tokyo skytree, mereka masuk dengan tiket yang sudah di beli oleh bibi Chiharu. 

Bibi membeli tiket untuk masuk di ruang observasi yang terletak di ketinggian 350 meter. 

Mereka dapat melihat gedung-gedung pencakar langit yang ada di Tokyo, serta Gunung Fuji yang terlihat dari kejauhan. 

Tak pernah lupa, mereka mengabadikan banyak sekali pemandangan-pemandangan yang dapat mereka lihat dari atas sini. 

Kemudian, om Rai yang ingin berfoto bersama-sama lagi untuk kenang-kenangan, meminta tolong pada pengunjung lain untuk memotret mereka dengan pemandangan sunset di belakang mereka sebagai backgroundnya. 

Puas berfoto-foto, mereka akhirnya dengan berat hati meninggalkan Tokyo skytree dan melakukan perjalanan pulang. 

Di perjalanan pulang kelima remaja itu dan juga Kei tertidur pulas. Mungkin karena kelelahan setelah berjalan-jalan di taman Ueno dan juga Tokyo skytree tadi.

Om Rai yang melihat itu pun menyuruh istrinya untuk memotret momen itu. 

Sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 19.15.

Anak-anak setelah turun dari mobil langsung menuju ke ruang keluarga untuk melanjutkan tidurnya disana. 

Bibi Chiharu langsung buru-buru menyiapkan makan malam dibantu suaminya sebelum mereka tertidur lebih nyenyak lagi. 

Makan malam telah siap dan om Rai berjalan menuju ruang keluarga untuk membangunkan keenam anak yang tertidur tadi. 

Setelah bangun dari tidurnya, om Rai menyuruh mereka untuk membersihkan diri terlebih dahulu. 

Selesai membersihkan diri, mereka berjalan menuju ruang makan dengan badan yang lebih fresh. 

Di meja makan telah tersaji ramen buatan bibi Chiharu yang baunya sangat menggoda. 

Mereka pun melaksanakan makan malam dengan khidmat diiringi dengan candaan Ken dan Atlas yang tiada henti. 

Selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga terlebih dahulu untuk mengobrol ringan sebelum besok kelima remaja asal Indonesia itu pulang ke tanah air. 

"Gimana, nih, perasaan kalian setelah liburan seminggu di Jepang?" tanya bibi Chiharu mengawali. 

"Beuhh, seru parah, Bi! Lagian ini juga pengalaman pertama kita liburan ke Jepang, jadinya berkesan banget," ucap Ken semangat. 

"Kalo menurut Atlas, nih. Ini kan harusnya jadi pengalaman pertama liburan tanpa keluarga, tapi karena ditemenin sama om Rai, bibi, sama Kei itu udah serasa liburan bareng keluarga," ucap Atlas mengungkapkan perasaannya.

Kemudian satu persatu dari mereka mengungkapkan perasaannya selama berlibur di Jepang ini. 

Saking serunya bercerita, mereka tidak menyadari bahwa jarum pendek jam sudah menunjuk angka sepuluh dan jarum panjang jam berada di angka lima. 

Om Rai yang melihat kelima remaja itu bolak-balik menguap pun menoleh dan melihat jam. 

Setelah melihat jam, ia terkekeh menyadari waktu yang sudah sangat larut. 

Ia menyuruh kelima remaja itu untuk bersih-bersih dan tidur yang langsung mereka laksanakan.

Sebelum menutup mata, mereka menyempatkan untuk melihat pemandangan dari balkon lantai atas ini sebelum besok sudah tidak dapat melihatnya. 

***

Pagi terakhir mereka di Jepang. 

Mereka akan melakukan flight jam setengah dua siang nanti. Namun, sesuai dengan arahan om Rai, mereka akan berangkat menuju bandara jam sebelas nanti. 

Seusai melaksanakan sarapan terakhir tadi, mereka kini sedang membereskan isi-isi koper yang mereka bawa. 

Selesai membereskan barang merek membawa turun koper-kopernya ke ruang tamu. 

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat. 

Beberapa waktu lagi, mereka akan berangkat menuju bandara. 

Sisa waktu yang mereka miliki mereka gunakan untuk mengabadikan rumah bersuasan Jepang ini. Mulai dari mengambil foto sampai video. 

Setelah om Rai memanggil mereka untuk segeran keluar dan memasukkan kopernya ke mobil, mereka berpmitan pada bibi Chiharu yang sudah seperti ibunya selama di Jepang ini. 

Tak lupa mereka berpamitan pada Kei yag sudah mereka sayangi selama ini. 

"Nanti jangan lupa mampir ke Jepang lagi, ya!" ucap bibi Chiharu pada kelimanya yang dibalas anggukan oleh mereka. 

"Tante dong, gantian ke Indonesia, hehehe," ucap Atlas sambil terkekeh. 

"Hahaha, doain aja semoga bisa kesana."

"Aamiin," ucap semuanya serempak. 

Setelah berpamitan mereka pun menaiki mobil. 

Sebelum mobil berjalan mereka memandangi rumah yang telah menampung mereka selama hampir seminggu ini. 

Mereka pasti akan merindukan rumah satu ini. 

Mereka pasti akan merindukan futon tempat mereka tidur selama ini. 

Dan mobil pun melaju meninggalkan rumah om Rai yang penuh kenangan ini. 

***

Sesampainya di Bandara Haneda, bandara yang mereka datangi beberapa waktu lalu saat pertama menginjakkan kaki di Jepang, mereka bergantian menyalami om Rai. 

Mereka mengucap banyak terimakasih pada om Rai yang sudah menemani mereka. 

Setelah berpamitan mereka diberi beberapa paper bag yang berisi souvenir-souvenir khas Jepang. 

Kemudian mereka mengucapkan selamat tinggal yang terakhir kali pada om Rai dan akan berjalan memasuki bandara. 

Namun sebelumnya, mereka berlima membalikkan badan dan menatap gedung-gedung tinggi milik Kota Tokyo untuk yang terakhir kali. 

Setelahnya baru mereka berjalan memasuki ruang tunggu bandara. 

***

Pemberitahuan mengatakan bahwa pesawat yang mereka tumpangi telah tiba dan mereka telah diizinkan untuk memasuki pesawat. 

Setibanya di dalam pesawat, mereka menduduki kursi sesuai dengan tiketnya. 

Namun, kali ini Alora akan duduk di sebelah jendela dengan Ken yang berada di sebelahnya. 

Didepan bangku Alora, ada Ale dan juga Abe. 

Dan yang duduk dibelakang sendirian adalah Atlas. 

Sebelum pesawat lepas landas, Alora mengucapkan banyak syukur kepada Allah yang telah mengizinkannya mengunjungi Negara Jepang yang sangat indah ini. 

Mengucap terimakasih telah dipertemukan dengan keluarga om Rai yang sangat baik dan murah hati. 

Detik terakhir sebelum pesawat benar-benar lepas landas, Alora menitikkan air matanya tak menyangka perjalanan mereka berlima di Jepang akan berakhir disini. 

'Goodbye, Japan!' ucapnya dalam hati. 

Ken yang melihat Alora termenung sambil menatap ke luar jendela pun merangkul pundaknya. 

"Kita pasti bakal balik kesini lagi. Percaya gue!" ucap Ken percaya diri pada Alora. 

"Heleh, percaya sama lo? Musyrik kali."

***

Setelah melakukan flight selama hampir 20 jam, akhirnya mereka sampai di tanah air. 

Mereka belima sama-sama sangat kelelahan sampai-sampai menggeret koperpun dilakukan dengan sangat lambat. 

Sesampainya di luar bandara, mereka mencari kakek yang katanya akan menjemput mereka. 

Ale yang melihat mobil kakek pun berteriak memanggil kakek, karena kakinya sudah tidak kuat melangkah lagi. 

Setelah kakek tiba di depan mereka, mereka langsung memasukkan koper-koper kedalam mobil yang untungnya cukup. 

Kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan kakekpun melajukan mobilnya menuju ke rumahnya yang disana sudah berkumpul seluruh anggota keluarga.

Di dalam mobil mereka langsung mengambil posisi senyaman mungkin dan mulai tertidur selama di perjalanan menuju rumah kakek. 

Dan disinilah akhir cerita dari kelima remaja, cucu dari kakek Ardhito yang mendapatkan kejutan untuk berlibur ke Jepang selama kurang lebih satu minggu. Dipertemukan dengan keluarga adik kakek yang paling muda, om Rai. Dibuat jatuh cinta sedalam-dalamnya pada pesona Jepang. Dan Jepang sukses menyadarkan mereka betapa pentingnya bersyukur atas apapun yang Tuhan berikan kepada kita.

Sekian, dan terimalah salam dari Abe, Ale, Ken, Atlas, dan Alora. Mereka mengucapkan banyak terimakasih pada kalian yang sudah mengikuti perjalanan mereka dari awal sampai akhir. Sampai jumpa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun