"Itung-itung buat latihan hidup sendiri. Jadi nanti waktu kalian kuliah di luar sana, udah gak kaget lagi deh," ucap nenek yang datang dari arah dapur dengan enam gelas susu hangat di nampan yang ia bawa.Â
Satu-persatu dari mereka bergantian mengambil segelas susu hangat yang dibawakan oleh nenek dan meminumnya. Sedangkan, satu gelas sisanya adalah milik Teo yang masih terlelap di sofa.Â
"Tapi, kapan kita berangkatnya?" tanya Ken sesaat setelah meneguk susu hangatnya.Â
Semua anggota keluarga diam mendengar pertanyaan Ale. Sedangkan sepupu-sepupunya masih menikmati susu hangat mereka.
"Gatau ya," respon Ale setelah sekian detik hening menyapa mereka.Â
Mereka ternyata masih belum sadar akan kebingungan yang tidak berguna.Â
"Kapan berangkatnya, Kek?" tanya Atlas dengan santainya.Â
Anggota keluarga yang ada di ruang itu menatap tak percaya pada Atlas.Â
Bukannya di tiket itu sudah tertera jadwal keberangkatan mereka? Apakah mereka tidak melihatnya? Barang sekilas saja?
Deheman Abe mengalihkan perhatian mereka.Â
Disana memegang dua buah tiketnya dan menggoyang-goyangkannya dihadapan mereka semua.Â