SIWON'S DIARY
CHAPTER 50
PERFECTION
SUB-DIARY: RYEOWOOK'S
Oke, aku sudah selesai mengecek semua perkembangan anak perusahaan, dan sepertinya semuanya dalam keadaan yang baik. Baguslah... hah, apa? Sekarang sudah jam delapan malam? Aku selalu lupa jam kerja... tau-tau sekarang sudah lembur dan sudah malam lagi. Meifen lagi apa ya? Aku telepon dia saja...
"Yoboseyo, Meifen, lagi ngapain? Mengerjakan tugas kuliah? Oh, baiklah... ng, mungkin aku akan pulang... bye, saranghae, jagiya..."
Aku menutup ponsel. Kasihan sekali Meifen, dia pasti lelah dengan semua ini. Kadang-kadang aku berharap aku bukan dilahirkan sebagai Choi Siwon. Dengan identitasku yang sekarang, aku membuat Meifen dalam kesulitan. Lamunanku dikagetkan dengan ketukan di pintu.
"Nugu?" tanyaku waspada.
Sudah semalam ini, biasanya hanya ada aku sendirian. Itu siapa?
"Hyung, ini aku."
"Aigo, Wookie, kau membuatku kaget. Masuk saja."
Sosok Wookie yang masuk ke ruangan membuatku lega karena tadi pikiranku sudah sempat melayang kemana-mana.
"Wookie, ada apa, kok tiba-tiba datang? Juga tidak mengabariku dulu?"
"Tadi aku dari luar, jadi sekalian kesini. Aku Tanya satpam di bawah, katanya hyung belum pulang," jawab Wookie, "aku mau minta bantuan hyung."
"Wae, Wookie? Aku pasti akan membantumu."
"Ayo, kita ke toko anjing. Aku mau membeli anjing."
"Anjing? Kenapa tiba-tiba... ahh, apakah setelah Hangeng hyung-Xili, Shindong hyung-Manshi, sekarang kau dan Yifang juga kepingin punya anjing?"
"Bukan itu hyung, tapi aku mau membelikannya untuk Yesungie hyung. Dia terus membeli kura-kura, dan sekarang Ddangkoma sudah makin besar. Aku takut kalau dia kesepian dia akan membeli kura-kura lagi, dan apartemen akan jadi museum kura-kura nantinya."
Aku mendengus, tapi merasa perkataan Wookie ada benarnya. Yesung hyung kami memang agak aneh, ah bukan, seleranya unik, dia senang sekali memelihara kura-kura. Kurasa jika Yesung hyung, Yifang, Manshi dan Xili tinggal bersama, apartemen mereka akan jadi museum kura-kura, karena yeoja yang baru saja aku sebutkan itu juga penggemar kura-kura.
"Kau benar juga sih, Wookie, lagipula kalian semua kan suka anjing? Mau membeli malam ini?" tanyaku.
"Apa hyung tidak lelah habis lembur begini?"
"Tidak, untukmu aku akan selalu ada waktu. Ayo, aku tau toko anjing yang bagus."
Akhirnya Wookie ikut naik mobilku menuju salah satu toko anjing yang kupercaya. Pemilik toko ini adalah teman sekelasku waktu High School dulu. Toko anjingnya lumayan luas.
"Nah, aku akan temui pemilik toko. Kau lihat-lihat saja dulu, Wookie."
"Whoa~ banyak sekali anjingnya! Aku bisa bingung nih!"
Aku tertawa. Wookie mulai mengitari toko yang penuh kandang anjing dalam berbagai ukuran, dan kurasa segala jenis anjing nyaris ada disana. Aku bertemu dengan Park Jungmin di bagian belakang toko. Dia masih seperti yang kuingat dulu, jangkung dan punya senyum yang manis. Rambut pendeknya sekarang berwarna merah dan dia tampak ceria.
"Ya~ Siwon, kan?"
"Kira-kira masih ada orang yang mirip aku di Seoul?" aku balik bertanya padanya.
Jungmin menggelengkan kepalanya, "tentu tidak ada... hanya saja aku kaget melihatmu disini. Whoa, kau tambah tampan saja, tuan CEO!"
"Bisa saja kau, Jungmin. Kau juga tampan kok."
"Tetap tidak bisa menandingimu. Oh ya, apa yang membawamu kesini?"
"Aku ingin cari anjing yang bagus. Itu, temanku sedang memilihnya."
Aku menunjuk dengan jari jempol melewati bahuku. Jungmin melongok melewati sosokku.
"Oh, itu... Kim Ryeowook-sshi-nya KRYSD, kan?"
"Kau kenal juga padanya, hahaha. Ayo, kukenalkan langsung."
Aku mengajak Jungmin berjalan menuju Wookie yang tengah berjongkok melihat anjing Chihuahua yang kandangnya di bawah.
"Wookie, ayo kenalkan ini temanku pemilik toko, Park Jungmin. Jungmin, ini Kim Ryeowook."
"Manaso bangapsumnida," ucap Jungmin dan Wookie kompak.
"Kudengar Ryeowook-sshi ingin membeli anjing? Anjing jenis apa?" Tanya Jungmin professional.
"Hmm... apa saja, tapi jangan yang terlalu kecil atau terlalu besar. Jangan juga pudel atau golden retriever, kami sudah punya soalnya," jawab Wookie.
"Oh... bagaimana kalau black pnemorian? Jenis itu ada satu disini, dan itu bibit unggul. Black pnemorian juga tidak akan tumbuh terlalu besar."
"Aku mau lihat."
"Ayo ikut."
Kami menelusuri sebuah lorong di sebelah kiri yang ternyata menuju ruangan yang juga banyak kandangnya, tapi tidak sepenuh di depan. Jungmin menunjuk sebuah kandang di pojok ruangan, ada anjing hitam kecil di dalamnya.
"Dia betina."
Wookie langsung memperhatikan si anjing dengan seksama. Aku tau Wookie adalah salah seorang penggemar anjing, dia dan Yesung hyung terkadang terlibat berbagai acara yang ada hubungannya dengan anjing. Wookie langsung menjulurkan tangannya melewati sela-sela kandang, dan si hitam dengan sedikit bulu putih di badannya itu mendekati jari-jari Wookie, mengendusnya waspada.
"Aih... yang ini lucu. Aku mau dia kalau begitu."
"Kau yakin, tidak mau melihat yang lain dulu, Wookie?" tanyaku, heran melihatnya cepat sekali jatuh cinta.
"Tidak... aku suka sekali yang ini, hyung. Lihat, dia begitu penurut. Aku yakin Yesungie hyung akan suka dia."
"Selera kalian pasti sama. Okelah kalau kau benar-benar suka. Jungmin, berapa harganya?"
"Spesial untukmu, aku tidak akan menjualnya terlalu mahal, Siwon," jawab Jungmin.
Okelah, harganya cukup masuk akal. Aku mengeluarkan dompetku.
"Hyung... aku yang bayar! Aku kan hanya minta hyung menemani!" teriak Wookie.
"Ani... setidaknya kita bayar bersama. Anggap saja aku juga memberikan hadiah untuk Yesung hyung. Aku belum memberinya hadiah ulangtahun bulan kemarin," ujarku.
"Ya sudahlah kalau begitu. Jungmin-sshi, bisa keluarkan dia?"
Jungmin membuka gembok kandang, dan Wookie langsung menggendong si kecil. Aku ikut mengelus kepala anak anjing itu, dan kelihatannya si anak anjing tidak takut dengan kami. Dia malah mulai menjilati jari Wookie.
"Nah, kita bisa langsung membawanya pulang dan memberi kejutan untuk Yesungie hyung."
Aku mengangguk setuju, "benar, Wookie, aku ikut. Oh ya, Jungmin, ngomong-ngomong, bagaimana dengan bisnismu? Kulihat tokomu ini sudah maju dan sudah terlalu penuh untuk menampung anjing-anjing lagi."
"Memang sih, aku sudah membuka toko ini cukup lama juga, empat tahun," kata Jungmin, "aku ingin buka cabang sebenarnya, tapi ada sedikit masalah financial."
"Kau benar-benar berminat buka cabang? Bagaimana kalau aku ikut menanam modal?"
"Hah? Apa kau serius, Siwon?"
"Tentu saja. Kurasa bisnis ini cukup maju. Aku sudah lama kepingin punya bisnis di bidang ini tapi aku belum menemukan orang yang cocok untuk menjalankannya. Yah, aku hanya memberi usul kalau-kalau kau setuju."
Jungmin menepuk kedua bahuku dan tersenyum senang.
"Kau gila, Siwon! Aku juga sudah lama menunggu seorang investor! Kalau kau juga setuju, kurasa kerjasama ini bisa dimulai!"
"Tentu saja. Bagaimana kalau besok kau datang ke kantorku dan membicarakan masalah ini?"
"Baik. Mari kita bertukar nomor kontak."
Jujur saja aku sangat percaya kalau Jungmin yang menjadi boss untuk toko cabang yang baru, melihat toko yang ini sudah maju, akupun yakin toko cabang akan berkembang sama baiknya. Aku dan Wookie pulang malam itu ke apartemen mereka untuk mengantarkan si anjing. Begitu membuka pintu apartemen, kami melihat Kibummie sedang mondar-mandir di ruang tamu sambil membaca kertas-kertas tebal. Bisa kutebak itu scenario drama.
"Anyong, Siwon hyung, tumben kesini malam-malam. Aaah... Ryeowook hyung, anjing siapa itu?" Tanya Kibummie, menunjuk si anjing di pelukan Wookie.
"Yesungie hyung sudah pulang? Ini hadiah untuknya," jawab Wookie.
"Sudah, dia di kamar. Boleh aku gendong anjingnya?"
Wookie menyerahkan si anjing untuk Kibummie, sementara dia masuk ke kamarnya. Tidak berapa lama kemudian Yesung hyung keluar bersamanya.
"Taraaaa... selamat ulang tahun, hyung. Ini hadiah bersama aku dan Wookie," kataku sambil tersenyum.
Pandangan mata Yesung hyung terpancang pada sosok si anjing yang digendong Kibummie. Mulutnya kini ternganga.
"A... a... anjing?" tanyanya kaget.
"Iya. apa hyung tidak suka?" Wookie bertanya dengan nada cemas.
"Aniyo!!! Siapa bilang aku tidak suka? Whoaaa... Siwonnie, Wookie, gomawo... aku suka sekali!"
Tanpa menunggu aba-aba, Yesung hyung memeluk Wookie sampai mungkin nyaris membuatnya sesak nafas, lalu memelukku sambil menepuk punggungku juga. Akhirnya dia menggendong si anjing yang diberinya nama Kkoming. Syukurlah kalau dia suka. Kurasa sekarang selain memfokuskan perhatiannya dan rasa sayangnya pada Yifang, dia bisa membaginya dengan Kkoming yang notabene miliknya. Toh, Yifang bukan miliknya. Aku pulang ke rumah malam itu sekitar jam 11 malam, dan berniat menemui appa untuk membicarakan rencana bisnis baruku. Ternyata appa belum tidur, dia masih duduk di ruang kerjanya. Ketika aku mengetuk pintu ruang kerja, dia menyuruhku masuk.
"Siwonnie, malam sekali kau pulang. Bagaimana dengan perkembangan perusahaan, nak? Apa ada yang memberimu kesulitan jadi kau pulang malam?" Tanya appa, terdengar khawatir.
"Tidak, appa, segalanya baik-baik saja. Aku pulang malam karena tadi menemani Wookie membeli anjing untuk dihadiahkan pada Yesung hyung. Dia berulangtahun bulan kemarin dan aku juga belum memberi hadiah," jawabku panjang.
"Ah, bagus juga hadiah anjing, daripada Yesung hanya sibuk dengan kura-kura peliharaannya."
"Aku juga berpikir begitu, appa. Oh ya, ngomong-ngomong, aku ada rencana untuk membuka usaha baru. Aku ingin minta pendapat appa tentang ini."
"Appa pikir appa tidak perlu memberimu masukan terlalu banyak karena idemu pasti bagus, tapi appa tetap ingin tau apa yang ada di pikiranmu."
"Appa, teman masa High School-ku, Park Jungmin, apa appa ingat tentangnya?"
Aku duduk di hadapan appa di kursi tepat di depan meja kerja besarnya. Appa meletakkan Koran yang dibacanya dan menyeruput kopi sambil berpikir.
"Ah, Park Jungmin, appa ingat. Dia putranya Park Kangsoo, bukan? Yang jangkung dan ceria itu?"
"Benar. Ingatan appa benar-benar sangat baik! Dia membuka toko spesialis anjing Dr. Dog."
"Dr. Dog? Dia yang menjalani bisnis itu? Wah, appa rasa dia luar biasa. Appa dengar toko itu sangat maju dalam dua tahun terakhir. Apa kau dari sana?" Tanya appa.
"Iya, appa, aku membeli anjing disana. Lingkungan tokonya sangat bagus, Jungmin benar-benar seorang pebisnis yang punya naluri bisnis bagus."
"Biar appa tebak. Apa kau ingin dia membuka toko cabang baru dan kau berencana menjadi investor?"
"Appa selalu tau apa yang kuinginkan. Bagaimana menurut appa tentang bisnis baru ini?"
"Kita belum punya bisnis di cabang yang satu ini, dan appa lihat cabang ini punya peluang untuk semakin berkembang setidaknya dalam dua tahun ke depan sebelum toko serupa menjamur di Seoul. Dan juga appa melihat Jungmin, appa memang bisa melihat naluri bisnis dalam dirinya. Appa pikir ini ide yang bagus."
Mataku terbelalak senang, "benarkah, appa? Baiklah, besok aku akan langsung bicarakan bisnis ini dengan Jungmin. Aku ingin toko itu dibuka secepatnya. Tiga minggu mungkin waktu yang cukup. Bagaimanapun aku ingin segera mengurus perusahaan cabang baru."
"Tapi appa tidak ingin kau yang mengurusi toko itu, nak."
"Hah? Waeyo, appa?"
"Itu hanya toko kecil yang tidak sepenting perusahaanmu yang lain, Siwonnie."
"Jadi maksud appa, membiarkan Jungmin mengurus semua itu sendirian?"
"Bukan juga. Kasihan anak muda itu kalau harus mengurus dua toko. Appa ingin Meifen yang memegang alih kekuasaanmu, mengurus toko itu bersama Jungmin."
Meifen? Kenapa appa menginginkan Meifen? Bukannya appa tau Meifen baru kuliah bisnis di semester ketiganya? Apa ini jebakan? Tapi appa... tidak mungkin kan akan memperlakukan Meifen seperti dulu lagi?
"Appa... boleh aku tau... kenapa harus Meifen?" tanyaku.
"Ini bisa dijadikan praktek untuknya, kan? Bukannya kelak dia akan membantumu mengurus semua perusahaan Choi Company? Ini bisa dijadikan awal yang baik untuknya, juga membantu dia semakin mengerti dunia nyata sambil dia berkuliah. Coba kau pikirkan baik-baik."
Otakku berputar. Ah, babo, Choi Siwon. Bagaimana mungkin kau berani mencurigai appa-mu sendiri? Dia pernah berbuat salah pada Meifen karena dia juga terlalu menyayangimu. Kalau dipikir-pikir, kalau bukan appa memberi kami cobaan, hubungan kami tidak akan bisa seperti sekarang. Appa adalah orang yang membesarkanku, dia pasti menyayangiku, dia pasti tidak akan mencelakaiku.
"Appa benar. Aku akan bicara pada Meifen soal ini."
"Dan appa akan berada langsung di atasnya, bukan kau, nak. Biar appa yang melatihnya. Tentunya kau tidak akan berpikir appa akan menyiksanya kan?"
"Tentu, appa. Aku... berterimakasih appa sudah memberikan kesempatan pada Meifen."
Iya, tenang saja, Choi Siwon, kau tetap bisa membantunya. Aku tetap akan memantau semua kerjaan Meifen supaya dia tidak dalam kesulitan. Keesokan harinya aku membuat janji dengan Jungmin pada jam satu siang, sedangkan aku ingin Meifen datang satu jam sebelumnya untuk ngobrol dan sekalian makan siang denganku. Kami kali ini sengaja makan di ZhongHan House.
"Anyong, Siwon oppa, Aqian!" sapa Xili yang hari itu bekerja sebagai kasir.
"Halo Xili. Kami kelaparan nih..." canda Meifen.
Xili sendiri yang langsung turun tangan mengantar kami ke meja kosong. Aku merasa terhormat diperlakukan begini oleh calon nyonya ZhongHan House.
"Aku akan pesankan menu kalian ke koki di belakang. Kalian butuh Hangeng oppa?"
"Boleh juga sih. Ajak saja dia kesini kalau dia cukup santai," jawabku.
"Tunggu."
Xili menghilang ke balik dapur.
"Kulihat keadaan Xili sangat baik. Syukurlah dia dan Hangeng hyung akur-akur saja."
"Ne, oppa benar. Hubungan mereka memang sangat baik, nyaris tidak ada masalah. Beda dengan Manshi dan Shindong oppa," ucap Meifen.
"Kalau yang dua itu tidak perlu kau sebutkan lagi, Meifen."
"Oh ya, kenapa sebenarnya oppa mengajakku makan siang tiba-tiba? Ada yang penting?"
"Kau selalu tanggap, Meifen. Memang ada sesuatu yang penting. Nanti aku akan memberitaumu sekalian dengan Hangeng hyung."
Orang yang baru saja kusebut sudah muncul dari dapur dan sekarang ikut duduk bersama kami. Aku selalu merasa Hangeng hyung adalah sosok hyung yang kuhormati, dan dia sangat keren kalau berpakaian koki. Untuk dua hal ini, Meifen setuju denganku.
"Wah, Siwonnie datang. Apa kabar kalian berdua?" Tanya Hangeng hyung ramah.
"Kami baik, oppa. kami tidak mengganggu, kan? Resto ramai lagi nih," jawab Meifen.
"Tidak apa-apa... rekan-rekan di belakang bisa mengatasinya. Ada apa nih?"
"Begini, hyung. dulu aku punya teman sekelas waktu High School yang bernama Park Jungmin. Sekarang dia adalah pemilik toko anjing Dr. Dog," jawabku langsung ke topic pembicaraan.
Aku bercerita bagaimana aku dan Jungmin berencana membuka toko cabang dan tentang rencana appa menjadikan Meifen sebagai penggantiku di toko itu. Selama aku bercerita, Hangeng hyung mendengarkannya dengan cukup tenang, sedangkan Meifen terkesiap. Aku tau dia ketakutan, mengingat apa yang pernah appa lakukan padanya dulu. Makanan sudah datang ketika aku selesai bercerita, jadi kami sekalian makan bersama.
"Hmm... aku mengerti kau khawatir, Siwonnie, tapi kupikir ada baiknya tetap menuruti kemauan Choi ahjussi. Pertama, kau tidak punya alasan kuat untuk membuatnya membatalkan keinginannya, kedua, sepertinya tidak ada maksud buruk di balik keinginannya, dan yang terakhir, ini memang kesempatan yang baik untuk Meifen."
"Benar juga, hyung, aku juga berpikir begitu. Keinginan appa nyaris tanpa cela sebenarnya."
"Tapi... tapi... bagaimana kalau aku tidak bisa apa-apa? Maksudku, bagaimana kalau aku gagal atau apalah, dan membuat bisnis itu berantakan?" Tanya Meifen ketakutan.
"Tenang saja, Meifen. Apa kau pikir aku akan membiarkanmu sendirian? Meski appa menjadi atasanmu langsung, kita kan tetap berhubungan dan aku bisa membantumu mengecek semuanya dari waktu ke waktu kalau kau merasa dalam kesulitan."
"Benar, kau tidak perlu takut, Meifen, kau tidak sendirian. Ini juga kesempatanmu untuk membuktikan padanya bahwa kau pantas menjadi Nyonya Choi," ucap Hangeng hyung, "Choi ahjussi orang yang ketat, jadi tunjukkan padanya bahwa kali ini kau benar-benar membuktikan kualitasmu, juga kualitas cinta kalian."
"Iya... oppa, oppa benar," ujar Meifen sambil mengangguk-angguk, "aku akan berusaha."
"Meifen hebat."
Dan setelah makan siang, aku langsung mengajak Meifen mampir ke kantorku. Baru saja kami duduk tidak sampai lima menit, sekretarisku menyampaikan bahwa Jungmin sudah datang. Aku langsung saja mempersilakannya masuk.
"Anyong, Siwon. Aku tidak terlambat kan?" Tanya Jungmin yang muncul sambil menebarkan senyumnya.
"Tentu tidak, Jungmin. Ayo kita duduk di sofa sana," ajakku menunjuk area sofa di dalam kantorku.
Meifen sudah duduk di sofa untuk bertiga. Jungmin duduk di sofa yang lebih besar di seberang Meifen, sedangkan aku di samping Meifen.
"Jungmin, perkenalkan, ini Qian Meifen, tunanganku. Meifen, ini dia pemilik Dr. Dog dan teman High School-ku, Park Jungmin."
Keduanyapun saling memperkenalkan diri.
"Nah, Jungmin, aku memperkenalkanmu pada Meifen karena ada hal penting yang harus kau ketahui menyangkut bisnis kita yang baru," ucapku.
Aku kembali memaparkan rencanaku dan rencana appa. Jungmin mendengarkannya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Apa kau keberatan dengan ini, Jungmin?"
"Aniyo... bagaimana mungkin aku keberatan? Mr. Choi langsung berada di atas Meifen, dan Meifen berkuliah di jurusan bisnis juga. Aku percaya pada keputusan Mr. Choi," jawabnya.
"Jadi kau setuju, Jungmin?"
"Iya. aku senang bekerjasama dengan Meifen."
"Syukurlah kalau begitu. Kita bisa membicarakan detail pembukaan toko itu. Aku berencana membukanya dalam  waktu kurang dari tiga minggu."
"Ng... Jungmin oppa, mohon bimbingannya. Aku benar-benar tidak mengerti urusan berbisnis seperti ini, aku takut melakukan kesalahan," pinta Meifen.
"Jangan khawatir, Meifen, aku pasti akan membantu sebaik yang bisa kulakukan. Hahaha... kupikir kau beruntung sekali berpacaran dengan Siwon hyung. dia ini selalu jadi idola di setiap lingkungan dimanapun dia berada," ujar Jungmin.
"Hahaha... dasar, bisa saja kau, Jungmin," elakku sambil menonjok bahunya.
Jungmin benar-benar kelihatan bersemangat untuk proyek baru ini. Pada awalnya Meifen kelihatan ketakutan, tapi selewat rapat kami selama satu minggu penuh, Meifen sudah mulai percaya diri. Bisa kulihat bahwa otak Meifen cukup encer dalam urusan berbisnis, dia punya ide-ide yang bahkan kami tidak pernah pikirkan. Akhirnya toko benar-benar dibuka secara resmi hanya dalam waktu 15 hari setelah rapat pertama aku, Jungmin dan Meifen. Toko itu sengaja kami pilih di distrik yang banyak apartemennya, dan apartemen-apartemen itu mengizinkan pemiliknya memelihara anjing. Selama dua minggu pertama, Meifen tampak sibuk sekali dengan toko itu, bahkan sering lembur. Tapi melihat senyum di wajahnya seperti sekarang, aku yakin keadaannya baik-baik saja.
"Meifen, apa kau tidak capek? Ada yang bisa kubantu? Ada yang perlu kucek?"
"Aigo, oppa, tidak perlu terlalu khawatir, aku baik-baik saja. Segalanya lancar, Jungmin bisa bekerjasama dengan sangat baik denganku. Sejauh ini belum ada yang perlu oppa cek," jawab Meifen sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu. Tapi ingat kalau kau dalam kesulitan, langsung saja memberitauku, ya."
"Arasso."
Aku mengantarnya masuk ke dalam apartemen. Begitu membuka pintu apartemen 402, aku melihat Leeteuk hyung dan Suxuan duduk di ruang tamu bersama Yifang.
"Halo, Siwonnie. Selamat pulang, Meifen," sapa Leeteuk hyung.
"Whoa... ada perkumpulan apa ini?" tanyaku heran.
"Aniyo... aku baru saja menjemput Suxuan dan Yifang sekalian dari lokasi syuting. Oh ya, ngomong-ngomong ada yang ingin kubicarakan denganmu, Siwonnie, tentang toko anjingmu yang baru."
"Iya, ada apa, hyung?"
"Bagaimana kalau kau tambahkan fasilitas kedokteran hewan di toko itu? Kurasa itu akan membuat toko itu semakin ramai. Kan lokasi toko kalian sudah pas sekali di area apartemen-apartemen begitu?"
"Eh... hyung benar juga. Kurasa ini ide yang bagus. Memangnya hyung punya kenalan dokter hewan yang handal untuk ditempatkan disana?"
"Ada. Dia rekan terbaikku di kampus. Kalau kau setuju, aku akan mengaturnya bertemu denganmu, Meifen dan Jungmin."
"Boleh, hyung. mari kita coba."
"Aigo... aku membayangkan toko itu semakin ramai," kata Suxuan.
"Kau pintar sekali, Suxuan, idemu memang luar biasa," puji Yifang.
Aku dan Meifen bertukar senyum. Dengan begini, sudah pasti toko Dr. SJDog itu akan lebih maju.
AUTHOR'S SPECIAL POV
Meifen sekarang duduk di depan komputernya di kantor kecil di dalam Dr. SJDog. Kantor itu berisi barang-barangnya dan Jungmin sekaligus, tapi masih terasa luas untuk mereka berdua. Meifen meluruskan kacamatanya, memandang cermat pada laporan keuangan yang ada disana. Untuk awal, memang Meifen dan Jungmin yang mengurusi langsung semuanya, karena mereka ingin semuanya cukup seimbang sebelum mereka menyerahkan pada karyawan baru untuk menjadi staff pembukuan.
"Eh? Aneh sekali... rasanya kemarin bukan begini," kata Meifen sambil mengerutkan dahinya.
Meifen menemukan angka-angka yang tidak cocok, dari angka yang seharusnya 5 berubah jadi 1, dan angka yang berubah itu ada di 7 laporan sekaligus, mengakibatkan hasil akhirnya tidak cocok.
"Syukurlah aku sudah menyimpan print out laporan yang kemarin. Aku akan ubah lagi saja."
Meifen sibuk mengotak-atik laporan itu dan lupa bahwa sudah jam Sembilan malam saat itu, dan seharusnya dia dan Jungmin sudah boleh pulang dari sejam yang lalu, meninggalkan rekan dokter mereka untuk menutup toko. Tapi rupanya Jungmin juga belum pulang, dia baru saja melayani dua pelanggan kelas atas yang ingin membeli anjing yang mahal.
"Lho, Meifen, kau belum pulang?" Tanya Jungmin heran begitu masuk kantor.
"Aniyo, ada yang perlu kuurus sebentar."
"Kalau aku pulang duluan, tidak ada masalah, kan?"
"Tidak ada. Silakan saja, Jungmin. Sebentar lagi juga aku selesai."
"Baiklah. Sampai jumpa besok, Meifen."
Meifen melambai pada sosok Jungmin yang pergi. Meifen kembali melanjutkan aktivitasnya sampai jam sepuluh malam itu, dan itu berlanjut sama seperti keesokan harinya. Meifen kali ini merasa bingung, jelas-jelas dia sudah mengubah semua data yang salah menjadi benar, tapi bagaimana mungkin besoknya malah muncul kesalahan yang lebih banyak bahkan pada laporan-laporan lima hari sebelumnya? Besok adalah akhir bulan, waktunya menyerahkan laporan bulan pertama pada Mr. Choi, Meifen jadi cemas. Dia tidak yakin menceritakannya pada Siwon, jadi dia memilih Yifang yang malam itu sedang bersantai di depan laptopnya. Tidak bisa dibilang bersantai sih, dia sedang membalas reply-reply di Twitter-nya ketika Meifen masuk ke kamarnya.
"Aih, Aqian, kulihat kau semakin lama semakin malam saja pulangnya," ucap Yifang, "lihat, sekarang sudah jam sebelas malam."
"Aku ada kesulitan sih. Aku ingin cerita padamu," ujar Meifen.
"Tentang bisnismu? Ada apa? Ceritakan padaku."
Focus Yifang sekarang sepenuhnya ada pada Meifen. Meifen menceritakan bagaimana laporannya bisa berubah tiba-tiba. Yifang mengajukan beberapa pertanyaan, seperti apakah Meifen memasang kunci pengaman pada komputernya ("Sudah kupasang"), mengunci semua dokumennya ("Sudah kukunci") dan memastikan jaringan internet sudah diputus ketika dia menutup computer ("Sudah kuputus"). Yifang ikut-ikutan mengerutkan dahinya.
"Pastikan kau membuat data itu dalam keadaan baik sebelum kau serahkan pada Choi ahjussi besok, dan ceritakan pada Siwonnie oppa saja. Kurasa dia bisa menyampaikan beberapa pendapatnya. Aku heran sekali, harusnya tidak ada masalah."
"Idemu bagus. Kurasa aku memang harus merepotkan Siwon."
"Mudah-mudahan keadaan keuangan kalian baik-baik saja dan hanya laporannya saja yang dalam masalah. Itu sih tergantung pada data yang tersimpan di tempat Jungmin oppa juga."
Meifen tegang, dia lupa sama sekali bahwa Jungmin juga memiliki laporan keuangan. Dia berharap Jungmin menyimpan data yang benar, dan merasa bodoh sekali lupa menanyakan pada Jungmin apa ada yang tidak beres pada data di komputernya. Meifen nyaris tidak bisa tidur malam itu, memikirkan kesulitan apa yang akan dihadapinya besok.
SIWON'S POV
Aku terburu-buru pulang ke rumah setelah appa menelepon. Aku heran Meifen yang katanya tadi jam Sembilan ingin menemuiku di kantor malah tidak muncul-muncul. Setauku jam sebelas ini dia, Jungmin dan appa akan membicarakan perkembangan Dr. SJDog di bulan pertama pembukaannya, tapi aku heran kenapa aku disuruh pulang oleh appa. Aku langsung saja ke ruang baca appa. Aku melihat appa duduk bersama Meifen dan Jungmin, appa sedang membaca kertas-kertas laporan.
"Appa, ada apa?" tanyaku begitu masuk ke ruangan itu.
Meifen memandangiku, dan dari sorotan matanya, aku tau dia sedang ketakutan. Apa yang terjadi sebenarnya? Jungmin juga memandangku dengan sorot cemas, melirik appa dengan cemas juga, lalu balik melirikku lagi. Ini pasti ada yang tidak beres. Aku duduk bersama Meifen dan Jungmin.
"Kau tidak perlu Tanya. Kau cukup mengerti soal sepele seperti ini, Siwonnie. Lihat saja sendiri," pinta appa sambil menunjuk tumpukan kertas.
Aku meraih dua lembar kertas laporan itu dan melihat keadaan keuangan Dr. SJDog. Sejauh ini laporan itu baik-baik saja, toko itu tidak mengalami kerugian, meski hanya untung sangat tipis.
"Tidak ada masalah, appa."
"Dan coba kau bandingkan dengan yang ini."
Aku meraih selembar kertas yang disodorkan appa. Laporan yang sama. Iya kan, harusnya sama, kan? Tapi... aku jadi bingung sendiri. Bagaimana untuk tanggal satu ada perbedaan seperti itu? Kenapa harusnya 131.000 won menjadi 113.000 won?
"Bagaimana... bisa berbeda?"
Aku melihat lembaran-lembaran berikutnya, dan langsung saja menemukan berbagai perbedaan. Laporan Meifen dan laporan Jungmin berbeda. Bagaimana bisa begini?
"Kau Tanya mereka, Siwonnie."
Aku memandangi Meifen dan Jungmin bergantian. Meifen dan Jungmin terlihat bingung dan takut pada saat bersamaan.
"Meifen, aku sudah pernah bilang kalau kau butuh konsultasi, kau harus berkonsultasi denganku, tapi kau tidak melakukannya. Aku pikir semua pekerjaan baik-baik saja," ucap appa, "tapi lihatlah hasilnya."
Meifen terlihat makin ketakutan.
"Tapi appa, toko masih mendapat profit."
"Itu menurut laporan Meifen, tapi untuk laporan Jungmin, toko rugi 400.000 won. Jadi yang mana yang bisa dipercaya?"
"Jungmin, Meifen, kita pulang ke toko dan menghitung semuanya dengan jelas. Ayo, aku bantu kalian."
"Meifen, aku masih memberimu kesempatan bulan depan. Kalau hal yang seperti ini terjadi lagi, aku akan merasa sangat kecewa padamu."
Aku cepat-cepat menarik Meifen dan Jungmin dan tidak bicara sampai keduanya sudah masuk ke mobilku.
"Kenapa bisa begini?" tanyaku bingung.
Meifen dan Jungmin bicara nyaris bersamaan, menjejali otakku dengan banyak informasi. Sekarang aku tidak tau yang mana laporan yang benar.
"Kita ke toko saja dulu kalau begitu."
Begitu sampai ke toko dan aku meneliti setiap pengeluaran dan pemasukan toko, aku bisa melihat bahwa toko merugi sekitar 100.000 won. Itu artinya baik laporan Meifen atau laporan Jungmin tidak ada yang benar.
"Sebenarnya... oppa... aku merasa laporan yang kumasukkan dan sudah kucek dengan benar, berubah di keesokan harinya," ujar Meifen tergagap.
"Begitukah, Meifen? Tapi aku tidak tau laporannya berubah. Aku hanya mengeceknya seminggu sekali. Waktu itu sih aku menemukan perbedaan dan aku sudah perbaiki," jelas Jungmin, "tapi aku tidak tau kalau itu berubah lagi."
"Kurasa laporan yang benar itu yang ini, aku sempat punya print out-nya selama seminggu pertama."
Meifen mengeluarkan setumpuk kertas dari laci meja kerjanya dan menyerahkannya padaku. Aku meneliti tiga jenis laporan itu. Ada kemungkinan bahwa laporan print out seminggu pertama itu benar, tapi tetap saja tidak bisa langsung dipercaya, karena tetap tergantung pada tiga minggu berikutnya.
"Angka-angka bisa berubah sendiri..." gumamku tidak jelas.
"Apa ada yang berusaha mencuri data-data ini, hyung?" tebak Jungmin.
"Yifang pernah menduga itu, oppa, tapi aku sudah memutus sambungan internet waktu aku mau menutup computer," ucap Meifen.
"Tapi aku juga memutusnya sih."
"Lagipula siapa yang mau mencuri data-data toko yang baru dibuka seperti ini? Aneh sekali... jadi kau sudah cerita pada Yifang, Meifen?" tanyaku.
"Ne, oppa," jawab Meifen.
"Mencuri... hmm... Meifen, seingatku Yifang sangat mahir soal computer kan?"
"Iya, benar, oppa. dia... err... mempelajari program-program yang ada hubungannya dengan hacker..."
"Hacker? Apa sekarang dia ada waktu luang? Suruh Yifang kesini dan periksa, Meifen."
"Ng... ne, oppa, aku akan meneleponnya."
Meifen keluar ruangan untuk menelepon Yifang. Hacker? Bisa jadi ini kerjaan orang-orang yang ingin mencelakai Choi Company. Tapi untuk menyerang perusahaan-perusahaan cabang atau perusahaan utama yang sudah maju akan sangat berbahaya, jadi dia mulai menyerang yang kecil duluan. Tapi siapa yang melakukan ini?
"Oppa, dia akan datang dalam sejam. Dia baru selesai syuting dan akan mengambil apa saja yang perlu untuk penyelidikan disini."
"Baiklah, kita akan menunggunya. Aku bisa mengerti kalau Yifang mencurigai ini kerjaan hacker. Bisa jadi hacker itu adalah salah satu lawanku," kataku.
"Ah, aku pernah dengar tentang itu, hyung. tapi bukannya pemimpin perusahaan lawan Choi Company itu dipenjara karena nyaris membunuh hyung?" Tanya Jungmin.
"Tapi dia punya banyak kaki tangan, Jungmin. Bisa jadi mereka masih ingin balas dendam."
"Oppa... mianhae... aku tidak menceritakan apa-apa pada oppa. aku takut oppa repot hanya karena masalah ringan yang harusnya bisa kuatasi sendiri," sesal Meifen.
"Justru karena kau merasa itu masalah ringan, seharusnya kau rela aku direpotkan olehnya, Meifen."
"Sekarang Choi ahjussi sudah kecewa padaku. Aku... takut sekali, oppa. dia tidak pernah menerimaku berada di sisi oppa."
"Jangan takut, Meifen, bagaimanapun aku akan tetap bersamamu."
Tidak lama kemudian kami mendengar ada yang mengetuk pintu kantor kami. Jungmin pergi untuk membuka pintu itu.
"Anyong, Jungmin hyung," sapa Wookie.
Mendengar suara Wookie, aku langsung menoleh dan melihatnya muncul bersama Yifang. Jungmin terpana memandangi Yifang.
"Eh? Ini Mugung kan?" Tanya Jungmin bingung.
"Hai... ini pastilah Jungmin oppa, rekan kerja Meifen. Salam kenal. Aku Mugung, tapi panggil aku Yifang saja," sapa Yifang sambil menyalami Jungmin.
Jungmin masih tampak bingung ketika menyambut uluran tangan Yifang. Sejurus kemudian mereka menghampiri kami.
"Mana yang tidak beres? Mana yang perlu kucek?"
"Yifang, sebenarnya aku juga curiga ini kerjaan hacker," jawabku.
"Jangan khawatir, oppa, aku akan menyelidikinya."
Yifang duduk di kursi di hadapan computer Meifen, sementara Wookie duduk di sampingnya. Sepertinya kerjaan Wookie selain menjadi asisten Yifang, dia juga memberi dukungan moral dengan merangkul Yifang selama Yifang sibuk di depan computer. Aku tidak tau sejak kapan Yifang beralih dari dunia main game dan media sosial ke dunia yang lebih membingungkan seperti dunia hacker.
"Itu... password-ku..." gagap Meifen.
"Tidak perlu kau beritau lagi, Aqian, aku sudah mendapatkannya."
Kami hanya bisa ternganga ketika Yifang menusukkan flash disk-nya, membuka salah satu program dan mendapatkan tulisan-tulisan yang banyak dan berwarna-warni, tapi entah darimana dia bisa membedakan yang mana password Meifen atau yang mana yang bukan. Yang pasti tangan Yifang sangat cepat menari di atas keyboard, dengan Wookie memasukkan berbagai CD ke rom untuk membantu Yifang.
"Sial! Rapi sekali kerjaan mereka."
"Apa, Yifang?" tanyaku waspada.
"Benar, oppa, ada yang mencuri data-data ini. Tapi kapan, bagaimana atau siapa yang mencuri data-data ini, aku masih butuh waktu untuk menyelidikinya."
"Yifang, tolong ya," pinta Meifen.
"Aigo, jangan sungkan begitu. Kebetulan hari ini jadwalku sudah selesai. Mau berapa lama penjahat ini bersembunyi dariku? Ujung-ujungnya mereka tetap akan tertangkap olehku. Beri aku waktu beberapa jam lagi, oke?"
Aku membantu Meifen dan Jungmin melayani pelanggan sementara Yifang dan Wookie sibuk di depan computer Meifen dan computer Jungmin sekaligus. Beberapa kali aku mendengar Yifang menelepon Kibummie, bertukar pendapat dengan Wookie, atau bahkan bergumam sendiri. Aku jadi bingung juga, sejak kapan Kibummie juga belajar hal-hal seperti ini.
"Aha! Sudah dapat!"
Kami bertiga yang di depan langsung berlarian masuk kantor ketika mendengar sorakan kemenangan dari Yifang. Aku melihat layar computer Meifen yang sudah penuh tulisan-tulisan tidak jelas seperti bahasa computer.
Yifang membacakan tulisan-tulisan itu untuk kami, "data-data ini nyaris dicuri setiap hari. Dari yang kukumpulkan, mereka mencuri pada tanggal 2, 3, 5, 6, 11, 14, 19, dan masih banyak lagi. Jam pencurian juga pada jam-jam kerja, seperti jam 3 sore, 6 malam, 8 pagi, 9 pagi, 2 sore, 10 pagi, 11 siang, dan jam lainnya. Jam-jam yang mirip juga dipakai untuk mengirimkan kembali data palsu. Berani sekali mereka ini."
"Bagaimana mereka bisa mencuri data-data itu?" Tanya Jungmin.
"Lewat internet. Malahan mereka berani mencurinya ketika kalian menyalakan jaringan internet kalian, malahan bukannya ketika kalian memutusnya."
"Dan... apakah kau mendapatkan info siapa yang mencurinya, Yifang?" Tanya Meifen.
"Aku sudah dapat IP Address-nya. Selalu dicuri dari computer yang sama. Beri aku waktu sebentar. Tunggu yah."
Yifang kembali memasukkan kombinasi angka dan huruf yang tidak jelas dan muncul sebagai tanda bintang-bintang di layar computer. Lalu perlahan, tulisan yang bisa kami mengerti muncul. Acquairing address: Choi Main Company. Mataku terbelalak.
"Apa? Bagaimana mungkin?" teriakku.
"Sabar, oppa, kita bisa dapatkan computer yang mana..."
Yifang meng-klik beberapa tombol di layar dan ada peta kecil yang muncul di sudut layar. Yifang membawanya ke tengah dan meng-klik zoom. Perlahan, peta itu makin jelas, menuju kantor perusahaanku... menuju lantai lima... ruangan 42...
"Nah, computer yang ini nih biang keladinya."
"Andwae... itu computer milik Park ahjussi..."
"Apa oppa ingat username dan password yang dipakainya untuk menggunakan fitur-fitur khusus di website perusahaan? Dengan itu aku bisa menyelidiki apakah memang dia yang mencuri data, atau orang lain yang menjadikan dia kambing hitam."
"Tunggu. Aku akan tanyakan pada sekretarisku."
Aku segera menelepon sekretarisku dan menyerahkan data yang Yifang butuhkan. Dengan lincah, Yifang kembali menggunakan software anehnya untuk menyelidiki berbagai data.
"Oppa... ternyata memang dia," ucap Yifang, "aku akan memberikan print out semua jejaknya supaya kalau-kalau oppa ingin mendesaknya, oppa punya bukti yang jelas."
"Oppa, siapa itu Park ahjussi?" Tanya Meifen.
"Dia... sudah bekerja di perusahaan selama dua belas tahun lamanya. Dia adalah sahabat appa, jadi bagaimana mungkin... atau kenapa? Kenapa dia melakukan semua ini?" tanyaku bingung.
Jungmin menepuk bahuku, "hyung, tanyakan langsung padanya. Itu lebih baik daripada kita terus menebak. Lakukan ini secepatnya, juga untuk membersihkan nama baik Meifen di hadapan Mr. Choi."
"Kau benar, Jungmin. Aku benar-benar ingin tau mengapa... karena selama ini dia memberi sumbangsih yang begitu besar untuk Choi Company, aku tidak percaya kali ini dia melakukan hal-hal yang begitu berlawanan..."
"Orang yang terlihat baik justru terkadang patut dicurigai," celetuk Wookie.
"Nah, ini semua print out-nya. Sekarang apa yang akan terjadi, semuanya tergantung pada oppa," ucap Yifang sambil memberiku setumpuk kertas.
Aku memegang kertas itu dengan tangan gemetar. Bagaimana paman yang begitu baik, yang sudah melihatku tumbuh, melakukan hal seperti ini? Aku mengajak Jungmin dan Meifen ke kantorku, dan aku juga sudah meminta appa untuk datang. Appa datang satu jam kemudian, sementara Park ahjussi sudah menunggu bersama kami selama lima menit lamanya.
"Ada apa ini?" Tanya appa, memandangi kami bergantian.
Aku mendorong tumpukan kertas ke hadapan Park ahjussi yang memandang kami kebingungan.
"Ahjussi, tolong baca semua itu," pintaku.
Park ahjussi mengambil kertas print out dari Yifang itu. Pertamanya dia cukup tenang ketika membacanya, tapi lama kelamaan tangannya bergetar. Appa yang melihat sahabatnya seperti itu juga mengambil kertas itu untuk dibaca.
"Park ahjussi, kenapa... kenapa Anda melakukan itu?"
"Bagaimana mungkin? Ini pasti salah! Heehyun, katakan kau tidak melakukan semua ini!"
Tapi Park ahjussi tertawa getir.
"Kau harus pikirkan kenapa aku tidak berhak melakukan ini, Sibum! Aku sudah dua belas tahun berada di perusahaan ini, tapi kau tidak pernah menaikkan pangkatku! Di dunia yang kehidupannya semakin keras ini, bagaimana caranya aku bisa bertahan?" Tanya Park ahjussi.
Itu... artinya... Park ahjussi...
"Heehyun, aku tidak menaikkan pangkatmu karena memang dedikasimu masih kurang. Aku selalu berlaku adil soal ini, seharusnya kaupun tau."
"Tapi kau sama sekali tidak mempertimbangkan keadaanku! Setidaknya berilah aku kenaikan pangkat yang berarti! Hanya akulah yang bekerja paling lama disini dan hanya mendapat sekali kenaikan pangkat!"
"Tapi kau tetap tidak boleh melakukan hal buruk seperti mencuri data perusahaan."
"Jadi kau mau menyerahkanku pada polisi, Sibum?"
"Aku akan menyerahkannya pada Siwonnie."
Aku masih terkesiap dan agak berat menerima kenyataan bahwa seorang ahjussi yang melihatku tumbuh dewasa adalah orang yang mencuri data dan nyaris mencelakai Meifen-ku di hadapan appa. Apa yang harus kulakukan? Meifen diam-diam meraih dan menggenggam lenganku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum tipis.
"Aniyo, ahjussi... saya tidak akan menyerahkan Anda pada polisi. Saya mengerti kesulitan ahjussi, namun saya juga mengerti alasan appa sepenuhnya. Saya hanya meminta ahjussi bisa mengembalikan dana yang dimanipulasi," kataku tenang.
Park ahjussi masih tersenyum getir, "aku tidak butuh uang itu. Aku hanya ingin kau dan Sibum terlibat pertengkaran, tapi sepertinya aku tidak berhasil. Aku akan kembalikan semuanya, dan aku akan mengundurkan diri."
"Sayang sekali... kenapa Anda berpikir seperti itu, ahjussi... kenapa Anda ingin aku dan appa bertengkar... tapi... saya tidak ingin Anda mengundurkan diri."
"Mworago?" Tanya appa heran.
"Ne, appa. Aku mohon appa mengizinkan aku untuk membiarkan Park ahjussi menjadi manager di perusahaan cabang di Ulsan. Toh dari pangkatnya yang sekarang, menjadi manager di perusahaan cabang itu sama saja hanya menaikkan pangkatnya satu tingkat. Bisakah, appa?"
Aku tidak tau apa yang ada di otakku sebenarnya, tapi kupikir berhubungan dengan Meifen membuat pikiranku terbuka lebar. Memberi kesempatan kedua bagi setiap orang yang melakukan kesalahan pada kita adalah salah satu hal yang Meifen bagikan padaku. Melihat dedikasi Park ahjussi bertahan selama dua belas tahun, menurutku dia pantas mendapatkan kenaikan pangkat, walau hanya setingkat.
"Siwonnie, apa kau yakin tentang itu?"
"Ne, appa. Hanya kalau appa setuju."
"Hmm... baiklah. Aku... juga tidak bisa kehilanganmu begitu saja, Heehyun. Aku memaafkanmu... aku juga minta maaf karena telah berlaku sedikit tidak adil padamu."
"Siwon... Sibum... kalian... benar-benar tidak menghukumku?" Tanya Park ahjussi.
Sesaat aku melihat Park ahjussi terlihat sangat rapuh, sangat ringkih. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi.
"Tidak akan, ahjussi," jawabku.
"Kam... kam... kamsahamnida..."
Kami semua berpelukan haru. Syukurlah, ternyata semua ini bukan kesalahan Meifen. Aku berharap ke depannya... tidak akan ada lagi kejadian aneh yang muncul di kehidupanku dan Meifen.
"Oppa... menurut oppa kenapa tiba-tiba aku dipanggil Choi ahjussi ke rumah?" Tanya Meifen.
Aku hanya mengedikkan bahu. Empat hari sudah lewat sejak kejadian penggelapan uang terungkap, dan sekarang Park ahjussi sudah kami tempatkan di Ulsan. Sejauh ini pekerjaannya disitu cukup baik. Aku dan Meifen baru saja turun dari mobilku di areal parkir rumahku. Appa ingin Meifen datang, jadi setelah aku pulang kantor aku langsung saja menjemputnya. Tapi aku tidak tau kenapa appa ingin bertemu Meifen.
"Aku tidak melakukan kesalahan kan, oppa?"
"Hahaha... jangan takut, Meifen. Tampaknya tidak ada yang salah. Jangan takut, disini ada aku, oke?" ucapku menenangkan.
Aku menggandeng dan membimbingnya menuju ruang baca appa. Melihat wajah appa yang selalu tenang, aku tetap tidak tau apa yang appa inginkan.
"Bagaimana keadaan toko?" Tanya appa tiba-tiba.
"Ah... ahjussi, segalanya baik-baik saja. Maksudku, toko masih ramai seperti biasa," jawab Meifen.
"Baguslah kalau begitu. Ingat, harus hati-hati kalau-kalau ada kejadian aneh apapun."
"Ne, ahjussi, aku akan waspada."
Appa tiba-tiba mendorong sebuah kotak pipih ke hadapan kami. Aku dan Meifen bertukar pandang bingung.
"Itu untukmu, Meifen."
Kami berdua masih kebingungan.
"Kau tidak mau menerima hadiah dariku, Meifen?"
"Ahh... aku mau, ahjussi."
Dengan tangan gemetar, Meifen membuka kotak pipih itu. Mata kami terbelalak begitu melihat kalung emas putih dengan hiasan bertatahkan permata, sangat indah.
"I... ini..."
"Waktu itu aku menyalahkanmu begitu saja, padahal bukan salahmu sehingga data-data di laporan itu berbeda dengan kenyataannya. Kuharap kau tidak memikirkan itu lagi," ujar appa.
"A... aku tidak memikirkan itu lagi, ahjussi. Jadi... aku tidak pantas menerima hadiah ini. Ini terlalu mahal."
"Itu hanya cocok untukmu. Ambillah."
Meifen memandangku cemas, tidak tau apa yang seharusnya dia lakukan. Aku menganggukkan kepalaku menandakan supaya Meifen menerimanya.
"Appa... gomapsumnida," ujarku.
"Hanya ada satu syarat yang kuajukan untuk Meifen."
Tiba-tiba senyum menghilang dari wajah kami. Appa... apa lagi yang dia inginkan?
"Meifen, kau jangan pernah berpaling dari Siwonnie kami, apapun yang terjadi. Kau boleh melakukannya kalau berani, dan aku tidak akan pernah memaafkanmu."
Aku dan Meifen kembali bertukar pandang, tapi Meifen sudah tidak terlihat takut lagi. Sedetik berikutnya kami sama-sama mendengus.
"Ahjussi, aku tidak akan mencintai yang lain selain Siwon oppa. ahjussi jangan khawatir," ucap Meifen sambil tertawa.
"Aku sudah tau itu sebenarnya. Hanya yeoja gila yang bisa menolak pesona Siwonnie."
Kami semua tertawa. Syukurlah... syukurlah... ini tandanya appa semakin menerima Meifen. Aku perlu bersyukur mengalami kejadian aneh, buktinya kami mendapatkan hasil akhir yang menyenangkan. Tinggal tunggu waktu saja sepertinya aku bisa menikahi Meifen.
Oh too perfect! I appear in your eyes
I will not let anyone else stay with you instead of me woo~
Your brows and eyes, your side face, your neck, your charm
Your everything from head to heel, I have already fallen for you
Dear Diary,
Bulan ini bisa dibilang bulan yang menyenangkan untukku. Pertama, aku berhasil mencium Yifang tanpa ditolaknya, dan malahan dia terlihat bahagia. Dengan begini aku jadi punya kepercayaan diri untuk kesempatan mendatang. Yang kedua, aku senang Yesungie hyung menerima Kkoming dengan baik, bahkan sekarang dia senang sekali menghabiskan waktu dengan Kkoming. Rupanya kado pilihan Yifang memang tepat.
Dan yang barusan, Choi ahjussi memberikan aku dan Yifang hadiah untuk berlibur lima hari di pulau Jeju lengkap dengan fasilitas keluarga Choi, semuanya gratis. Memang sekarang kami tidak bisa menikmati hadiah itu karena baik aku dan Yifang sangat sibuk, tapi kami bisa menyimpannya untuk nanti. Menurut Choi ahjussi, itu adalah hadiah karena Yifang bisa membongkar urusan pencurian data. Jujur aku juga bingung dan merasa bangga pada Yifang karena dia bisa mempelajari urusan dunia hacker itu di waktu senggangnya. Menurutnya, Kibummie juga mempelajari ini, jadi tidak jarang mereka sama-sama praktek untuk memecahkan kasus. Sebagai aktris yang sibuk dengan urusan acting dan sangat up to date di media sosial, aku bangga dia masih punya kemampuan lain. Aku benar-benar semakin mencintainya.
Ryeowook (September)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H