"Ah... ahjussi, segalanya baik-baik saja. Maksudku, toko masih ramai seperti biasa," jawab Meifen.
"Baguslah kalau begitu. Ingat, harus hati-hati kalau-kalau ada kejadian aneh apapun."
"Ne, ahjussi, aku akan waspada."
Appa tiba-tiba mendorong sebuah kotak pipih ke hadapan kami. Aku dan Meifen bertukar pandang bingung.
"Itu untukmu, Meifen."
Kami berdua masih kebingungan.
"Kau tidak mau menerima hadiah dariku, Meifen?"
"Ahh... aku mau, ahjussi."
Dengan tangan gemetar, Meifen membuka kotak pipih itu. Mata kami terbelalak begitu melihat kalung emas putih dengan hiasan bertatahkan permata, sangat indah.
"I... ini..."
"Waktu itu aku menyalahkanmu begitu saja, padahal bukan salahmu sehingga data-data di laporan itu berbeda dengan kenyataannya. Kuharap kau tidak memikirkan itu lagi," ujar appa.