"Biar appa tebak. Apa kau ingin dia membuka toko cabang baru dan kau berencana menjadi investor?"
"Appa selalu tau apa yang kuinginkan. Bagaimana menurut appa tentang bisnis baru ini?"
"Kita belum punya bisnis di cabang yang satu ini, dan appa lihat cabang ini punya peluang untuk semakin berkembang setidaknya dalam dua tahun ke depan sebelum toko serupa menjamur di Seoul. Dan juga appa melihat Jungmin, appa memang bisa melihat naluri bisnis dalam dirinya. Appa pikir ini ide yang bagus."
Mataku terbelalak senang, "benarkah, appa? Baiklah, besok aku akan langsung bicarakan bisnis ini dengan Jungmin. Aku ingin toko itu dibuka secepatnya. Tiga minggu mungkin waktu yang cukup. Bagaimanapun aku ingin segera mengurus perusahaan cabang baru."
"Tapi appa tidak ingin kau yang mengurusi toko itu, nak."
"Hah? Waeyo, appa?"
"Itu hanya toko kecil yang tidak sepenting perusahaanmu yang lain, Siwonnie."
"Jadi maksud appa, membiarkan Jungmin mengurus semua itu sendirian?"
"Bukan juga. Kasihan anak muda itu kalau harus mengurus dua toko. Appa ingin Meifen yang memegang alih kekuasaanmu, mengurus toko itu bersama Jungmin."
Meifen? Kenapa appa menginginkan Meifen? Bukannya appa tau Meifen baru kuliah bisnis di semester ketiganya? Apa ini jebakan? Tapi appa... tidak mungkin kan akan memperlakukan Meifen seperti dulu lagi?
"Appa... boleh aku tau... kenapa harus Meifen?" tanyaku.