"Ini bisa dijadikan praktek untuknya, kan? Bukannya kelak dia akan membantumu mengurus semua perusahaan Choi Company? Ini bisa dijadikan awal yang baik untuknya, juga membantu dia semakin mengerti dunia nyata sambil dia berkuliah. Coba kau pikirkan baik-baik."
Otakku berputar. Ah, babo, Choi Siwon. Bagaimana mungkin kau berani mencurigai appa-mu sendiri? Dia pernah berbuat salah pada Meifen karena dia juga terlalu menyayangimu. Kalau dipikir-pikir, kalau bukan appa memberi kami cobaan, hubungan kami tidak akan bisa seperti sekarang. Appa adalah orang yang membesarkanku, dia pasti menyayangiku, dia pasti tidak akan mencelakaiku.
"Appa benar. Aku akan bicara pada Meifen soal ini."
"Dan appa akan berada langsung di atasnya, bukan kau, nak. Biar appa yang melatihnya. Tentunya kau tidak akan berpikir appa akan menyiksanya kan?"
"Tentu, appa. Aku... berterimakasih appa sudah memberikan kesempatan pada Meifen."
Iya, tenang saja, Choi Siwon, kau tetap bisa membantunya. Aku tetap akan memantau semua kerjaan Meifen supaya dia tidak dalam kesulitan. Keesokan harinya aku membuat janji dengan Jungmin pada jam satu siang, sedangkan aku ingin Meifen datang satu jam sebelumnya untuk ngobrol dan sekalian makan siang denganku. Kami kali ini sengaja makan di ZhongHan House.
"Anyong, Siwon oppa, Aqian!" sapa Xili yang hari itu bekerja sebagai kasir.
"Halo Xili. Kami kelaparan nih..." canda Meifen.
Xili sendiri yang langsung turun tangan mengantar kami ke meja kosong. Aku merasa terhormat diperlakukan begini oleh calon nyonya ZhongHan House.
"Aku akan pesankan menu kalian ke koki di belakang. Kalian butuh Hangeng oppa?"
"Boleh juga sih. Ajak saja dia kesini kalau dia cukup santai," jawabku.