Pagi sekali, Nandi sms aku. Hatiku sudah bahagia tingkat nasional, begitu ku buka ternyata dia hanya memberi tahu rumah cewek itu. Ya seperti ini dia sekarang, dekat denganku kalau hanya lagi perlu aja.
Aku sudah menunggu sekitar 5 menit lebih, tapi cewek itu tidak keluar dari rumahnya. Segera ku kirim pesan ke Nandi.
Nan, dia ko ga keluar-keluar sih? udah siang nih.
Nandi juga tidak membalas pesanku. Ahh…cape hidupku. Suara talkhson motor mengejutkanku, ku lihat motor yang melaju di jalan. Kalau nggak salah, itu Nandi sama cewek yang kemarin. Oh, jadi gini. Pura-pura minta bantuan, ternyata cuma mau buat mamerin pacar baru. Sial mau aja, aku di tipu dia.
Tepat bel berbunyi aku baru sampai di parkiran, aku berjalan menuju kelas penuh dengan amarah. Ku lemparkan tas di meja, Yosa yang duduk di sebelahku terkejut.
“Santai bro, kesiangan ya?” sergap Yosa.
“Kesiangan gimana, aku itu berangkat jam setengah enam buat jemput cewek yang kemarin sore nungguin Nandi.”
“Lah, tapi tadi mereka berangkat bareng.”
“Nah, itu dia masalahnya. Tadi malem, Nandi nginbox aku, minta bantuan sama aku buat jemput cewek itu, dia juga nyuruh aku ngaku-ngaku pacaran sama dia. Maksudnya apa coba, udah nyuruh-nyuruh gitu malahan dia berangkat bareng. Gila tuh orang, udah nggak punya otak kali.”
“Cemburu ya…” Yosa masih sempat meledek.
“Yosa, aku tuh kesel. Bayangin kalau kamu di posisi aku.”