Ya, dorongan untuk mengakhiri hidupnya sering mendominasi benaknya. Semakin dia mencoba menghindar, dorongan itu semakin kuat. Kini ia berdiri di atas jembatan yang menghubungkan perbatasan kota. Sungai yang deras mengalir di bawahnya.Â
Milea merasa bimbang dan berpikir.Â
Bagaimana rasanya terjun dan berada di bawah sana?Â
Apakah kematian yang menjemputnya nanti akan mudah? Atau menyakitkan?
Dengan gemetar, ia menyusup di antara celah pagar besi yang menjadi pemisah dengan jalan raya. Tangannya ke belakang untuk mencengkeram erat-erat pagar tersebut.Â
Kepalanya kemudian menunduk dan menatap ke aliran air dengan mata berkaca-kaca.
Tidak ada lagi alasan bagi dirinya untuk melanjutkan hidup.Â
"Pada saat seseorang yang tenggelam, refleks pertama adalah berusaha mencari udara. Air kemungkinan akan mulai masuk dan memicu reaksi laryngospasm. Reaksi ini yang membuat pita suara mengencang menutup saluran udara demi melindungi paru-paru. Suplai oksigen berkurang dan orang yang tenggelam pun akan terkena hipoksia yang membuat kesadarannya hilang. Tubuh masuk fase relaksasi sehingga air bisa mengisi paru-paru. Percayalah, itu bukan proses yang menyenangkan," ucap seseorang dengan nada tenang tapi cepat.Â
Milea terkejut dan menoleh. Loka? Atau dia hanya berhalusinasi? Milea melihat mobil berwarna hitam terparkir. Itu bukan mobil Loka!
"Lo-Loka?" ucap Milea mencoba meyakinkan diri.
"Loki. Aku Loki, saudara kembar Loka. Entah bagaimana kamu bisa kenal dia, tapi aku rasa kita harus nyari tempat yang lebih nyaman untuk ngobrol," ajak Loki dengan senyum yang sama. Seketika hati Milea menjadi hangat.