Milea menutup diri dengan rapat, karena profesinya sebagai pengajar akan hancur jika mereka mengetahui masa lalunya.
Menerima kejutan yang istimewa hari ini, membuat Milea menyadari bahwa tidak banyak hal menyenangkan yang terjadi dalam hidupnya.
Sejak hari itu juga, Milea sering menerima kiriman bunga misterius. Selalu pengirim dengan inisial yang sama. Tidak ambil pusing, Milea menikmati perhatian yang sepertinya cukup menghiburnya tersebut.
Hari-harinya jauh lebih bersemangat dan ada gelitik rindu saat kiriman bunga terlambat hadir.
Pagi ini, Milea berharap kiriman bunga itu datang lagi. Dirinya butuh sesuatu yang mengingatkan jiwanya jika ia cukup berharga. Semalam dia mengalami kemunduran percaya diri.
Ternyata hidup sendiri tanpa keluarga dan teman apalagi sahabat lumayan membuatnya tersiksa. Kesepian mulai menderanya dan Milea ingin mencoba hidup yang berbeda.
Hingga menjelang sore, tidak ada satu pun bunga untuknya. Milea bertanya dalam hati. Kemana pengagum rahasianya?
“Eko, bunga untuk saya belum ada, ya?” tanya Milea dengan sungkan.
“Belum, Bu. Iya ya, tumben bapak itu nggak keliatan,” jawab Eko sambil berpikir.
“Bapak? Bapak yang mana?” tanya Milea heran. “Bapak pengirim bunganya?” sambung Milea penasaran.
“Bapak-bapak ganteng, Bu. Kayaknya bukan tukang kirim bunga, deh. Pakaiannya rapi kayak orang kantoran. Ada logo di dadanya, bank apa gitu. Saya lupa,” jawab Eko.