“Aku yang pergi,” ucap Milea tanpa emosi.
Dia sudah meminta mbak Nur untuk membereskan semua barang miliknya. Lima kardus dan tiga koper sudah siap di taksi tanpa sepengetahuan siapa pun.
“Milea, ini bukan keputusan mereka!” tahan papanya tidak ingin dia pergi.
Milea menoleh dan menatap pria yang telah membesarkan dia dengan baik. Kemudian dia berpaling pada ibunya, wanita cerdas yang berhati mulia dan telah mengasuhnya dengan sangat adil.
“Kebaikan kalian lebih dari cukup, terima kasih atas semuanya,” pamit Milea singkat dan tidak berbelit-belit.
Ibunya menatap Milea dengan hati hancur. Dia sangat menyayangi Milea yang sepertinya tahu akan posisinya. Anak yang ia besarkan ini selalu pandai menjaga hati dan menyenangkan dirinya.
Diam-diam dalam hati ia mengakui bahwa Milea jauh lebih baik dibandingkan kedua putri kandungnya.
Dengan langkah berat, Milea pergi dari rumah, tempat ia dibesarkan dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Hati sangat terluka dan ia merasa tersingkir. Namun apa daya? Milea harus meninggalkan rumah yang menyimpan banyak kenangan menyenangkan.
***
Tinggal di indekos dekat kampus adalah pilihan yang terbaik. Selain murah, dia juga bisa menerima tawaran untuk menjadi dosen di kampusnya.