Begitu mengangkat muka, Milea terhenyak. Dia adalah pemuda yang tadi siang ditabraknya.
“Loka.” Pemuda itu mengulurkan tangan dengan senyum hangat.
“Milea,” sambutnya dengan segan dan buru-buru menarik tangan.
“Maaf, kalo Mansy dan Mina memang cerewet. Tapi Milea itu pemalu banget,” timpal ibunya dengan cepat. Loka tertawa kecil.
“Kami ketemu tadi di toko buku. Nggak nyangka ternyata dia adiknya Mansy,” tanggap Loka tidak bermaksud menyembunyikan. Seketika Mansy tampak cemburu.
“Jadi kalian tadi udah kenalan?” selidik Mansy dengan suara yang tampak sekali tidak suka.
“Mana sempat? Adikmu buru-buru kabur,” jawab Loka setengah bercanda.
Mansy tersenyum kecut. Makan malam berlanjut dan Milea hanya menenggelamkan diri dengan santapannya tanpa berniat untuk nimbrung.
Kesan malam itu tidak ada yang istimewa bagi Milea. Namun, bagi Loka, ada sesuatu yang membuatnya ingin mengenal Milea lebih dalam.
***
Berulang kali Milea memeriksa skripsinya. Ini adalah tahun terakhir dia menempuh pendidikan. Sebentar lagi dia akan wisuda dan menerima gelar sarjana sastra Inggris.