Milea tersadar dengan dua puluh jahitan di kepalanya. Ibunya terlihat menangis dan pucat. Bibirnya kehilangan warna dan wanita itu tampak cemas dan khawatir.
“Ma,” panggil Milea yang mulai tersadar.
“Oh Tuhan, syukurlah. Kamu nggak papa?” tanya Ibunya tampak lega.
Milea tidak menjawab. Kepalanya terasa sakit dan pandangannya masih buram.
“Untunglah Loka menemukanmu, kalo nggak ….” Ibunya kembali tersedu.
Milea memejamkan mata kembali dan tampak menahan sakit. Ayahnya muncul dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih. Mansy dan Mina juga datang, namun wajah kakaknya tampak tidak bersahabat. Milea tahu, ini pasti karena Loka.
“Semua sudah jelas. Kalo tahu dari awal, aku nggak sudi terima dia di keluarga kita. Anak hasil perselingkuhan!” teriak Mansy yang memang tidak bisa mengerem mulut lancangnya.
“Keluar, Mansy! Sebelum papa hilang kesabaran!” bentak ayahnya mulai naik pitam.
Milea merasa lemas. Mereka sudah tahu semuanya. Kini makin bertambah kebencian kedua saudaranya. Dengan hati yang begitu sakit, Milea menahan air mata yang sudah mendesak keluar.
Inikah hidup yang menjadi takdirnya?
-Bagian 3-