Tapi itu tidak mudah baginya. Loka seharusnya menjadi pria pertama yang ada di hati Milea.
“Bang Loka pesan nggak boleh kasih tahu Bu Melia mengenai kepergiannya. Kartu itu bisa saya serahkan jika ibu datang mencarinya.” Penjelasan adik Loka membuat Milea makin terpukul.
Milea akhirnya menerima kartu itu dan membaca dengan dada berdebar juga tangan gemetar.
'Part of me will wait for you under the rainbow. Even for a thousand days, my love for the one and only, Milea Nektarini.'
Milea tergugu. Pertahanannya runtuh dan air mata itu mengalir tanpa henti. Mungkin itu tulisan terakhir Loka. Dia akan menyesal seumur hidup!
-Bagian 5-
Setahun berlalu sejak Milea meninggalkan lokasi pemakaman yang menggoreskan luka mendalam untuknya. Hidup dalam penyesalan memang tidak menyenangkan. Semua hal serba mengingatkan dia pada satu sosok hangat, Loka.
Milea berjalan di antara pohon mahoni kampusnya. Buah mahoni yang berbentuk seperti sendok sangat menarik perhatiannya. Melia memungut satu biji dan mengamati dengan seksama. Dia teringat akan kenangan masa kecil yang sebetulnya menggoreskan luka yang lebih dalam.
Masa lalunya tidak ada satu pun kenangan indah jika mengingat perlakuan Mansy dan Mina. Masa depan juga terasa suram.
Seketika Milea tidak memiliki alasan untuk hidup. Rasa putus asa mendera jiwanya.
Langkah kaki itu terus menuju ke sebuah tempat yang ia selalu hindari, jembatan.