Hari Kamis, sepulang kantor, aku menjemput Kennis dirumah ibunya, dia sudah siap, dan ada rantang besar susun tiga dari bu Harso untuk bu Probo.
"Kata Rudy, kalau sampai sore kita belum pulang, dia akan jemput kita barengan dengan suamimu,..." aku mengiyakan..
Kita memasuki Green Village dan terus mengarah ke selatan, kearah pekuburan. Keadaannya  sepi saja, tidak ada seorangpun yang tampak.
Tiba-tiba hujan turun, tidak deras, tapi membuat suasana agak temaram redup, aku berpandangan dengan Kennis.
Surabaya akhir-akhir ini cuacanya memang tidak bisa ditebak, tiba-tiba saja hujan turun, padahal saat ini sudah masuk musin kemarau
"Aku tadi sudah bawa payung besar,... " kataku, aku menengok kiri kanan untuk mencari Diran dan kulirik dari jauh pohon beringin besar itu tampak bergerak-gerak tertiup angin dan rintik hujan.
"Itu Put,... pak Diran.. " Kennis menunjuk ketengah kuburan, aku tuter mobil, dia menengok dan aku buka jendela dan melambai kearahnya.
Kulihat dia segera berjalan menghampiri  mobil, Kennis membukakan pintunya, dia segera masuk.
Aku menengok lewat spion, Kennis mengulurkan minuman yang sudah kita persiapkan tadi dan kue di plastik, yang segera diterimanya.
"Minum dan makan kuenya dulu pak,... " kataku, dia segera nyeruput kopi panas sambil memakan kuenya.
"Ini kita kearah mana  ?" tanyaku. " Itu terus saja bu, ... " mobil melaju perlahan, hujan masih rintik, cuaca mulai sejuk dan kian remang..