Disebelah kanan ruangan itu ada pintu besar sebuah kamar, tertutup rapat, entah mengapa aku merasa ada sesuatu didalam kamar itu, kuperhatikan sepi saja.
Seorang ibu sepuh keluar dan memandang kita berdua " Kennis ya, .. " Kennis bangkit dan segera berpelukan dengan ibu sepuh itu.
Kemudian beliau duduk disebuah kursi besar didepan meja ukiran dan memandang padaku.
"Ini mbak Puteri, putrinya bu Satrio kan ? "  sapanya ramah, beliau berdiri, kuhampiri  dan memeluk aku.
Kemudian kita duduk kembali berhadap-hadapan, suasana sepi, seperti ewuh pakewuh untuk membuka percakapan.
Aku menelan ludah dan membuka pembicaraan ini
"Saya beberapa hari yang lalu bertemu Arum ibu, di supermarket, saya berjanji ingin bertandang kerumahnya. Dia agak tergesa karena anaknya sedang sakit dirumah,..." aku berkata agak sendat, beliau memandang dengan tatapannya yang kosong kepadaku.
"Ini tadi dengan siapa, kok tahu rumahku ?" Â beliau bertanya
"Kita dengan pak Diran ibu, yang menjaga pemakaman itu,... " aku menyahut.
Diran tidak ikut masuk kedalam, rupanya dia ada dimobil.
"Bagaimana kabar ibumu Kennis, sehat-sehat saja ?"