1.Teori dan Pandangan tentang Konflik
Menurut Miles dalam Steers, istilah "konflik" merujuk pada situasi di mana dua kelompok tidak dapat mencapai tujuan mereka secara bersamaan. Dalam hal ini, perbedaan tujuan menjadi faktor utama yang memicu konflik. Pendapat ini sejalan dengan definisi konflik yang disampaikan oleh Dubin, seperti yang dikutip oleh Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman, yang menyatakan bahwa konflik erat kaitannya dengan motif, tujuan, keinginan, atau harapan dari dua individu atau kelompok yang tidak dapat berjalan secara bersamaan (incompatible). Ketidaksepakatan ini dapat mencakup perbedaan pandangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, maupun terhadap cara atau metode yang digunakan untuk mencapainya. Sementara itu, Hardjana menjelaskan bahwa konflik adalah bentuk perselisihan atau pertentangan antara dua individu atau kelompok, di mana tindakan salah satu pihak bertentangan dengan pihak lainnya, sehingga menyebabkan gangguan di antara mereka.
Para ahli manajemen memiliki pandangan yang beragam mengenai konflik dalam organisasi. Menurut Muhyadi, seperti yang dikutip oleh Soetopo, terdapat tiga pendekatan utama terhadap konflik: aliran tradisional, aliran behavioral, dan aliran interaksi.
a.Aliran Tradisional
Pandangan ini melihat konflik sebagai sesuatu yang buruk, merugikan, dan harus dihindari dalam organisasi. Konflik dianggap sebagai penghambat yang perlu dicegah dan dihentikan secepat mungkin. Cara yang dianggap efektif untuk menangani konflik menurut pandangan ini adalah dengan mengidentifikasi akar penyebabnya dan mengatasinya secara langsung.
b.Aliran Behavioral
Aliran ini menganggap konflik sebagai sesuatu yang wajar dan alami dalam organisasi. Konflik diyakini akan terjadi tanpa perlu diciptakan, karena merupakan bagian dari dinamika organisasi. Dalam pendekatan ini, konflik tidak selalu dianggap merugikan, tetapi juga dapat memberikan manfaat jika dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pengelolaan konflik menjadi hal yang penting untuk menjaga keseimbangan dan memanfaatkan dampak positifnya.
c.Aliran Interaksi
Berbeda dari dua pandangan sebelumnya, aliran ini justru berpendapat bahwa konflik dalam organisasi perlu dirangsang atau diciptakan. Pemikiran ini didasari oleh keyakinan bahwa organisasi yang terlalu tenang, harmonis, dan damai cenderung menjadi statis dan kurang inovatif. Konflik yang terkendali diyakini dapat mendorong organisasi untuk lebih dinamis, inovatif, dan kompetitif dalam menghadapi tantangan.
Ketiga pendekatan ini memberikan sudut pandang yang beragam mengenai konflik dan bagaimana seharusnya konflik dipahami serta dikelola dalam suatu organisasi.
Beberapa ahli berpendapat bahwa konflik merupakan bagian dari dinamika kehidupan yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kepentingan antarindividu. Dengan demikian, konflik tidak harus dihilangkan, melainkan dikelola dengan baik sehingga memberikan manfaat bagi kelompok maupun organisasi. Maragustam Siregar mengemukakan bahwa konflik dapat dipahami dalam dua cara: (1) sebagai gejala yang berpotensi membahayakan dan menjadi tanda instabilitas lembaga, serta (2) sebagai dinamika organisasi yang dapat menjadi pendorong kemajuan.