"Kamu tuh masih adik kelas udah cari perhatian aja. Tiap hari jualan gorengan keliling, mau cari perhatian sama orang-orang ya biar banyak yang iba sama kamu, terus kamu banyak yang kagum gitu?!"
Sandra hanya diam. Menatap tidak percaya. Jadi, hari ini ia dikerjain kakak kelasnya dengan cara begini. Sandra menahan emosi, ia tahu mana mungkin ia melawan, toh ia sendiri, sedangkan yang mencaci maki lebih dari satu.
"Jadi kalian semua manggil aku kesini buat ngomong itu doang? Buat ejek aku? Kalian jebak aku supaya aku disini dan kalian permalukan di depan banyak orang, keterlaluan kalian!" ucap Sandra kecewa.
"Lagian sih ngapain orang miskin sekolah disini, udah tahu biaya sekolahnya mahal. Bener ga temen-temen ?" ucap salah seorang lagi.
Semuanya menjadi ricuh mengolok-olok Sandra.
Sandra malu. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia tak tahan dipertontonkan seperti ini.
"Aku tahu kalian semua anak-anak orang kaya. Tapi aku gak kayak kalian yang bisanya cuman nyusahin orang tua!" ucap Sandra sambil menerobos dan hendak kembali ke kelasnya.
"Ehh mau kemana kamu ? Berani juga ngelawan kita" ucap salah seorangnya lagi.
"Maaf, aku harus ke kelas. Hampir bel masuk" lanjut Sandra.
Siswa-siswi itu menahan Sandra pergi. Mereka tetap saja mengolok-olok Sandra sebagai tukang gorengan dan mengejeknya orang miskin. Mereka bilang hanya anak-anak orang kaya saja yang berhak sekolah disana.
Sandra tak bisa apa-apa. Ia bingung harus bagaimana. Ia tak bisa keluar dari koridor kelas XII atas itu.
"Apa apaan ini ?"