Sandra terdiam, seakan tak percaya dengan kata-kata Ardan. Hah? Adiknya? Mana mungkin bisa? Sandra masih terdiam, benar-benar tak percaya dengan semua itu. Keduanya terdiam, berada dalam lamunannya masing-masing.
"Jangan becanda, sumpah ini gak lucu!. Kakak boleh hibur aku, tapi gak gini caranya. Kakak itu cuma kakak kelas aku, ga mungkin kalau kita saudara. Kakak boleh nasehatin aku buat rubah sikap aku, tapi gak lewat cara ini" ucap Sandra dengan nada meninggi. Ia benar-benar kacau. Ia berdiri dari kursi, berniat meninggalkan Ardan.
"Tunggu, San. Aku serius. Kamu beneran adik aku" ucap Ardan yang menyusul berdiri, menahan Sandra agar tidak pergi.
Sandra tak tahan lagi, matanya yang mulai berkaca-kaca tak bisa terbendung lagi. Sandra menangis tersedu-sedu. Ia rasa Ardan main-main dengan ucapannya. Sandra meluapkan emosinya, memarahi Ardan dengan suara tercekat karena menangis.
"Harusnya kakak ngerti perasaan aku! Aku tahu aku bukan anak kandung orang tuaku, aku tahu aku cuma anak angkat mereka, aku juga sedang berusaha menjadi aku yang dulu, tapi bukan berarti kakak becanda bilang kalau aku adik kandung kakak"
"Aku ga becanda, San. Aku serius. Kamu beneran adik aku. Aku bisa buktiin kalau kamu mau"
"Terserah" ucap Sandra sambil pergi meninggalkan Ardan.
***
Hiporia Festival, tempat biasanya Sandra dan Ardan menikmati penghujung hari. Disana biasanya mereka menghabiskan waktu dengan menonton konser musik, drama musikal, jalan-jalan, jelajah kuliner, dan lain-lain. Di tempat ini juga tempat dimana Ardan mengatakan rahasianya pada Sandra, rahasia bahwa Sandra adalah adiknya. Namun, hingga sekarang Sandra masih belum percaya.
"San"
"Ngapain lagi sih kesini?" jawab Sandra dengan ketus.
"Beri aku kesempatan buat jelasin"
Sandra menghela nafas, seakan sudah lelah dengan semua yang terjadi. Tentang kehidupannya di sekolah, tentang ayah ibu yang ternyata bukan orang tua kandungnya, dan sekarang tentang Ardan yang mengaku kakaknya. Kali ini Ardan datang ke rumah Sandra, berusaha ingin menjelaskan semuanya.