"Ya udah, mau jelasin darimana?" ucap Sandra mengalah.
"Dengerin dulu, aku bener kakak kamu. Oke, aku emang ga pernah cerita tentang keluarga aku, tapi aku sengaja karena ga sembarang orang harus tahu. Bertahun-tahun yang lalu ayah ibuku memutuskan untuk pisah, dengan alasan karena saat itu ibu punya penyakit parah dan ngotot tidak ingin menyusahkan ayah karena perusahaan ayah bangkrut dan Ibu butuh biaya yang cukup mahal untuk berobat. Dengan terpaksa ayah melepas ibu"
"Terus?" tanya Sandra penasaran.
"Saat itu aku dan kamu masih kecil, aku bersama ayah dan kamu bersama ibu. Kita gak pernah ketemu lagi. Sampai akhirnya terdengar kabar kalau ibu meninggal, dan kamu entah berada dimana"
Ardan terus menjelaskan sampai detail.
"Masih ga percaya?" tanya Ardan.
Sandra diam dengan tatapan kosong.
"Tanda lahir warna coklat di lengan kanan kamu cukup menjadi bukti kalau kamu adikku, San. Aku awalnya tidak peduli dengan kamu, tapi kamu benar-benar mirip dengan semua hal yang ayah ceritakan tentang kamu"
"Serumit itu hidupku ya" ucap Sandra sambil tertawa hambar. Tatapannya masih lurus ke arah depan.
"Kamu pikir hidupku ga hancur ? Sejak hari-hari ibu pergi dari rumah aku tak pernah ada yang mempedulikan. Ayah terus bekerja keras karena dulu hidup kami tidak seenak sekarang. Aku melampiaskan semua kekosongan hidupku di dunia luar, makanya aku dikenal sebagai anak yang nakal, tapi yaa aku masih bisa mengendalikan diri"
"Sekarang ayah dimana?" tanya Sandra.