"Maksud ibu apa sih? Ohhhh pasti ibu sama bapak tau aku ngambil uang majikan ibu itu kan? Gimana lagi dong, aku kan terpaksa soalnya pengen beli apa yang aku mau. Waktu itu aku liat uang banyak di meja ruang tamu majikan ibu ya terus aku ambil deh"
"Cukup Sandra, kamu kelewatan! Ibu gak tahan lagi ngurus kamu, kamu gak tau balas budi. Kalau aja kamu tahu sejak dulu kamu itu bukan anak kandung kami mungkin kamu gaakan bersikap seperti ini pada kami!!" Bu Rumi mengatakan hal sesungguhnya, ia memang keceplosan, tapi gara-gara tak tahan lagi dengan ulah Sandra yang berkali-kali memusingkan kepalanya.
"Bu, kenapa ibu bilang itu?" ucap Pak Yono kepada istrinya. Ia takut kalau hal ini sampai terjadi, dan faktanya hari ini terjadi, terdengar jelas di telinga Sandra.
Bu Rumi diam, Sandra diam. Hanya bapak yang berusaha membujuk Sandra kalau itu tidak benar. Ardan yang masih berada di halaman rumah Sandra melihat semuanya, dan ia juga mendengar semuanya. Mungkin ini juga sebuah jawaban untuk Ardan.
Sandra masih diam, matanya berkaca-kaca. Apalagi Bu Rumi yang sejak tadi tak tahan menahan tangisnya pecah sudah sekarang. Sandra masuk ke dalam rumah sambil menangis. Ia datang kembali membawa wadah berisi air. Ia berlutut pada ibu dan bapaknya, menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan beribu kata maaf.
"Aku minta maaf sama ibu, sama bapak, maafin aku, aku emang anak yang gatau diuntung. Aku gak nyangka kalau aku bukan anak kalian, aku cuma anak angkat yang gatau diri. Aku bisanya cuma nyusahin kalian. Sekarang aku sadar diri Bu, Pak, kalau kalian benar-benar berarti buat aku. Maafin aku karena aku ga bisa ngatur diri aku sendiri, aku ga bisa nahan egoku, aku jadi kasar sama kalian. Harusnya aku ga usah peduli dengan ejekan orang lain, harusnya aku bersyukur." Sandra tak henti-hentinya meminta maaf sambil menangis. Kedua orangtuanya pun menangis sambil memeluk Sandra.
"Sekarang izinkan Sandra mencuci kaki bapak dan ibu, Sandra minta maaf atas kesalahan Sandra"
"Maafin bapa sama ibu juga, Nak. Maaf kalau kamu tahu semua ini dengan cara seperti ini"
"Gapapa Pak, Bu, ini semua udah terjadi. Ini tamparan keras buat aku biar aku sadar diri. Makasih buat semua pengorbanan bapak dan ibu. Sekali lagi aku minta maaf" ucap Sandra dengan sangat menyesal.
"Kami memaafkan kamu Sandra. Kamu harus tetap disini, bagi kami kamu adalah anak kami"
Ardan yang ikut menyaksikan kejadian sejak awal entah sedari kapan perginya. Ia sudah tidak ada di halaman rumah Sandra lagi. Mungkin ia pergi ke suatu tempat, dimana ia bisa menemukan bukti agar misinya selesai.
***