***
Sandra melewati hari-harinya dengan bersemangat. Waktu begitu tak terasa lamanya, hampir tengah semester Sandra bersekolah. Teman-temannya sangat menyenangkan, mereka memang dari berbagai kalangan, jadi wajar saja kalau ada perbedaan sikap diantara mereka. Sandra mempunyai sahabat baru, Jihan dan Lia namanya. Keduanya berasal dari keluarga berada tapi tidak pernah merendahkan Sandra, bahkan Jihan dan Lia  suka membantu Sandra menawarkan gorengan dagangannya.
Ketiganya berkeliling sekolah untuk menjajakan dagangan Sandra. Banyak siswa-siswi yang membeli. Katanya sih gorengan buatan ibu Sandra beda rasanya dengan yang di kantin, lebih enak.
"De, aku beli gorengannya ya tiga ribu" pinta seorang kakak kelas cowok pada Sandra.
"Ohh iya kak"
Saat itu ada seseorang yang mendekat. Orang itu dengan tanpa bersalah langsung mengambil gorengan dan memakannya lalu pergi begitu saja.
"Ehh eh kak, kok ga bayar sih!"
Semua pandangan tertuju pada orang itu. Seseorang itu berbalik badan. Tampilannya berantakan layaknya anak yang nakal. Dia orang yang tak asing untuk Sandra. Dia Ardan. Ardani Mahendra, kakak kelas cowok yang menjadi persoalan di awal Sandra sekolah.
"Terserah aku lah. Ini tuh gak seberapa dengan ocehan kamu di hari itu!. Ngomong-ngomong gorengannya enak juga, thanks ya" ucap cowok itu dengan santainya lalu kembali berjalan.
Sandra hanya bisa menghela nafas. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu lagi dengan cowok itu. Ia pikir masalahnya akan selesai setelah kejadian di koridor itu. Nyatanya cowok itu datang kembali dengan tiba-tiba, mengganggu kehidupan Sandra. Memang belum berakhir, dan mungkin ini baru dimulai.
"San, itu siapa sih? Kok iseng banget kayak gitu" ucap Jihan.