Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Arung Jermal,   anak pawang laut?" anak bertanya tidak percaya.

"Iya. Maka Arung Jermal diberi kesaktian dari ayahnya, pawang laut, bisa menyelam sampai ke dasar laut."

"Sebelum menolong putri Merak Jingga dan ayahnya, Arung Jermal sedang berada di laut.  Dia berjumpa dengan bidadari laut, untuk menanyakan sesuatu mengenai seekor ikan."

"Pasti putri Merak Jingga sangat merindukan kekasihnya."

"Arung Jermal ternyata lebih memilih putri Merak Jingga. Arung menyelamatkan putri dan membawanya ke gunung. Pasukan Raja Tiongkok mengejar. Namun, Arung Jermal dan Putri Merak Jingga  selamat.  Mereka menikah.  Setelah menikah mereka pun memiliki beberapa orang anak. Salah satunya diberi nama putri Hijau."

"Putri Hijau????" si anak pun bertanya-tanya. Ibu pun melanjutkan dongengnya.

 " Raja Tiongkok tidak menyerah. Pasukan raja Tiongkok menyerang kembali. Arung Jermal dengan istri dan anaknya terpisah. Terdesak, Putri Merak Jingga akhirnya naik ke kahyangan. Namun, satu putri tertinggal, yaitu putri yang ibu sebutkan tadi."  Anak pun tertidur.

                                                                                                                                                          """"

               Siapa yang tidak kenal dengan kerajaan Haru?  Kerajaan Haru memiliki istana yang bertempat di Deli Tua. Kerajaan ini dekat sekali dengan kerajaan Indraloka yang bertempat di dekat sungai yang sangat panjang. Bentuk sungainya berkelok-kelok sampai ke tanah Deli. Banyak masyarakat yang memiliki mata pencaharian bercocok tanam. Alangkah indahnya kehidupan masyarakat di sana.

            Kerajaan Haru sangat identik dengan Melayu,  Karo, dan Aceh mulai dari sebelum abad ke XV sampai dengan abad ke XV. Namun, di masa ini pula munculnya konflik. Konflik ini muncul akibat dari mencari lahan ekonomi.  Pada waktu itu, suatu selat yang sangat terkenal  memang begitu ramai. Selat ini bernama selat Malaka.  Negeri Aceh, Batak, dan Melayu saling mengakui daerah ini, termasuk bangsa yang jauh, yaitu bangsa Portugis.  Pada saat itu, bangsa Portugis memang sudah masuk di wilayah Aceh.

            Kerajaan Haru akan dipimpin oleh seorang wanita. Situasi yang saling berhubungan ini membuat di masyarakat muncul cerita turun temurun,  yang disebut legenda Putri Hijau. Legenda Putri Hijau ini menjadi dongeng. Entah iya entah betul. Berarti betul. Hahahaha. Legenda yang dimaksud adalah legenda yang menyangkut putri yang sangat cantik jelita, sehingga memancarkan cahaya hijau sampai ke negeri Aceh, dengan adiknya yang berperang dan berubah menjadi meriam,  dan karena kepanasan meriam tersebut menjadi puntung. Satu di istana Deli Muda (istana maimun), dan satu lagi di daerah Batak. Abangnya putri Hijau adalah seekor naga yang mendiami sungai Deli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun