Matias yang baru saja akan menuju ke ruang makan, tentu terkejut ketika seorang pelayan memberi kabar kedatangan Nivea disana. Segera saja Matias menuju ke ruang tamu. Dan ketika jarak mereka hanya tinggal dua langkah, Nivea bergerak maju dan meraih tubuh lelaki itu.
Sungguh Matias tak mengerti dengan sikap itu. Namun kedua tangannya telah membalas pelukan itu, bahkan lebih erat. Hingga akhirnya salah satu dari mereka mau membuka suara.
"Kau kenapa Nivea?"
"Mereka akan mengirimmu ke wilayah perbatasan." ucapnya bernada sedih seraya memundurkan kepalanya untuk menatap wajah Matias.
"Hmm! Apa kau bersedih karena hal itu?"
Nivea mengangguk, "Aku tak ingin kau pergi sejauh itu."
"Hei.. Aku akan kembali, sayangku.."
"Tapi kau harus berjanji untuk kembali dengan keadaan yang baik."
Kini Matias yang mengangguk, "Aku berjanji. Aku akan kembali dengan baik-baik saja. Kau harus bersabar menungguku, karena aku... akan kembali untukmu."
Kekhawatiran luar biasa yang dirasakan Nivea saat ini, sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Martha. Gadis itu langsung berlari ke dalam kamarnya sejak makan malam berakhir, dan tidak mau keluar dari kamarnya hingga saat ini. Dia dilanda kesedihan saat mengetahui Daniel akan pergi, dengan satu tujuan yang sama dengan Matias.
Saat-saat seperti ini adalah saat terberat bagi para gadis-gadis di kota itu, yang harus rela melepas kepergian kekasihnya untuk mengabdikan diri pada negerinya. Kekhawatiran dan kesedihan yang seperti apa rasanya, gadis-gadis itu tak mampu lagi menjelaskannya hanya dengan sebuah rangkaian kata.